Tuesday, September 7, 2010
Misteri yg tak terungkap dari nabi khidir alaihissalam
Etimologi
Al-Khiḍr secara harfiah berarti
'Seseorang yang Hijau'
melambangkan kesegaran jiwa,
warna hijau melambangkan
kesegaran akan pengetahuan
“ berlarut langsung dari
sumber kehidupan.” Dalam
situs Encyclopædia Britannica,
dikatakan bahwa Khidr memiliki
telah diberikan sebuah nama,
yang paling terkenal adalah
Balyā bin Malkān.[7]
Biografi
Al-Khiḍr (kanan) dan Dzu
al-Qarnayn (yang selalu
dihubungkan dengan
Alexander the Great), takjub
dengan penglihatannya
terhadap seekor ikan air asin
yang kembali hidup ketika
ditaruh ke dalam Air
Kehidupan.
Menurut Syaikh Imam M.
Ma ’rifatullah al-Arsy, Segitiga
Bermuda merupakan tempat
titik terujung di dunia ini.
Ditengah kawasan itu terdapat
sebuah telaga yang airnya dapat
membuat siapa saja yg
meminumnya menjadi panjang
umur, ditempat itu pula Khidr
bertahta sebagai penjaga
sumber air kehidupan tersebut.
[8]
Teguran Allah kepada Musa
Kisah Musa dan Khiḍr
dituturkan oleh Al-Qur'an dalam
Surah Al-Kahf ayat 65-82.
Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin
Ka'ab menceritakan bahawa
beliau mendengar nabi
Muhammad bersabda:
“Sesungguhnya pada suatu
hari, Musa berdiri di khalayak
Bani Israil lalu beliau ditanya,
“ Siapakah orang yang paling
berilmu?” Jawab Nabi Musa,
“Aku” Lalu Allah menegur
Nabi Musa dengan firman-Nya,
“ Sesungguhnya di sisi-Ku ada
seorang hamba yang berada di
pertemuan dua lautan dan dia
lebih berilmu daripada kamu. ”
Lantas Musa pun bertanya,
“ Wahai Tuhanku, dimanakah
aku dapat menemuinya?” Allah
pun berfirman, “Bawalah
bersama-sama kamu seekor
ikan di dalam sangkar dan
sekiranya ikan tersebut hilang,
di situlah kamu akan bertemu
dengan hamba-Ku itu. ”
Sesungguhnya teguran Allah itu
mencetuskan keinginan yang
kuat dalam diri Nabi Musa untuk
menemui hamba yang shalih itu.
Di samping itu, Nabi Musa juga
ingin sekali mempelajari ilmu
dari Hamba Allah tersebut.
Musa kemudiannya menunaikan
perintah Allah itu dengan
membawa ikan di dalam wadah
dan berangkat bersama-sama
pembantunya yang juga
merupakan murid dan
pembantunya, Yusya bin Nun.
Mereka berdua akhirnya sampai
di sebuah batu dan
memutuskan untuk beristirahat
sejenak karena telah menempuh
perjalanan cukup jauh. Ikan
yang mereka bawa di dalam
wadah itu tiba-tiba meronta-
ronta dan selanjutnya terjatuh
ke dalam air. Allah SWT
membuatkan aliran air untuk
memudahkan ikan sampai ke
laut. Yusya` tertegun
memperhatikan kebesaran Allah
menghidupkan semula ikan
yang telah mati itu.
Selepas menyaksikan peristiwa
yang sungguh menakjubkan dan
luar biasa itu, Yusya' tertidur
dan ketika terjaga, beliau lupa
untuk menceritakannya kepada
Musa Mereka kemudiannya
meneruskan lagi perjalanan
siang dan malamnya dan pada
keesokan paginya,
“ Nabi Musa berkata
kepada Yusya`
“ Bawalah ke mari
makanan kita,
sesungguhnya kita
telah merasa letih
karena perjalanan
kita ini. ” (Surah Al-
Kahfi : 62) ”
Ibn `Abbas berkata, “Nabi Musa
sebenarnya tidak merasa letih
sehingga baginda melewati
tempat yang diperintahkan oleh
Allah supaya menemui hamba-
Nya yang lebih berilmu itu. ”
Yusya’ berkata kepada Nabi
Musa,
“ “Tahukah guru
bahwa ketika kita
mencari tempat
berlindung di batu
tadi, sesungguhnya
aku lupa
(menceritakan
tentang) ikan itu
dan tidak lain yang
membuat aku lupa
untuk
menceritakannya
kecuali syaitan dan
ikan itu kembali
masuk kedalam laut
itu dengan cara
yang amat
aneh. ” (Surah Al-
Kahfi : 63) ”
Musa segera teringat sesuatu,
bahwa mereka sebenarnya
sudah menemukan tempat
pertemuan dengan hamba Allah
yang sedang dicarinya tersebut.
Kini, kedua-dua mereka berbalik
arah untuk kembali ke tempat
tersebut yaitu di batu yang
menjadi tempat persinggahan
mereka sebelumnya, tempat
bertemunya dua buah lautan.
“ Musa berkata,
“ Itulah tempat
yang kita cari.”
Lalu keduanya
kembali, mengikuti
jejak mereka
semula. (Surah Al-
Kahfi : 64) ”
Terdapat banyak pendapat
tentang tempat pertemuan
Musa dengan Khidir. Ada yang
mengatakan bahawa tempat
tersebut adalah pertemuan Laut
Romawi dengan Parsia yaitu
tempat bertemunya Laut Merah
dengan Samudra Hindia.
Pendapat yang lain mengatakan
bahwa lautan tersebut terletak
di tempat pertemuan antara
Laut Roma dengan Lautan
Atlantik. Di samping itu, ada
juga yang mengatakan bahwa
lautan tersebut terletak di
sebuah tempat yang bernama
Ras Muhammad yaitu antara
Teluk Suez dengan Teluk Aqabah
di Laut Merah.
Persyaratan belajar
Setibanya mereka di tempat
yang dituju, mereka melihat
seorang hamba Allah yang
berjubah putih bersih. Nabi Musa
pun mengucapkan salam
kepadanya. Khidir menjawab
salamnya dan bertanya, “Dari
mana datangnya kesejahteraan
di bumi yang tidak mempunyai
kesejahteraan? Siapakah
kamu ” Jawab Musa, “Aku
adalah Musa.” Khidir bertanya
lagi, “Musa dari Bani
Isra’il?” Nabi Musa
menjawab, “Ya. Aku datang
menemui tuan supaya tuan
dapat mengajarkan sebagian
ilmu dan kebijaksanaan yang
telah diajarkan kepada tuan. ”
Khidir menegaskan,
“ Sesungguhnya kamu sekali-
kali tidak akan sanggup
bersabar bersama-
samaku. ” (Surah Al-Kahfi : 67)
“Wahai Musa, sesungguhnya
ilmu yang kumiliki ini ialah
sebahagian daripada ilmu
karunia dari Allah yang diajarkan
kepadaku tetapi tidak diajarkan
kepadamu wahai Musa. Kamu
juga memiliki ilmu yang
diajarkan kepadamu yang tidak
kuketahuinya. ”
“ Nabi Musa berkata,
“ Insya Allah tuan
akan mendapati
diriku sebagai
seorang yang sabar
dan aku tidak akan
menentang tuan
dalam sesuatu
urusan
pun. ” (Surah Al-
Kahfi : 69) ”
“ Dia (Khidir)
selanjutnya
mengingatkan,
“ Jika kamu
mengikutiku, maka
janganlah kamu
menanyakan
kepadaku tentang
sesuatu pun
sehingga aku sendiri
menerangkannya
kepadamu. ” (Surah
Al-Kahfi : 70) ”
Perjalanan Khidr dan Musa
Demikianlah seterusnya Musa
mengikuti Khidir dan terjadilah
beberapa peristiwa yang
menguji diri Musa yang telah
berjanji bahawa baginda tidak
akan bertanya sebab sesuatu
tindakan diambil oleh Nabi
Khidir. Setiap tindakan Nabi
Khidir a.s. itu dianggap aneh dan
membuat Nabi Musa terperanjat.
Kejadian yang pertama adalah
saat Nabi Khidir menghancurkan
perahu yang ditumpangi mereka
bersama. Nabi Musa tidak kuasa
untuk menahan hatinya untuk
bertanya kepada Nabi Khidir.
Nabi Khidir memperingatkan
janji Nabi Musa, dan akhirnya
Nabi Musa meminta maaf karena
kalancangannya mengingkari
janjinya untuk tidak bertanya
terhadap setiap tindakan Nabi
Khidir.
Selanjutnya setelah mereka
sampai di suatu daratan, Nabi
Khidir membunuh seorang anak
yang sedang bermain dengan
kawan-kawannnya. Peristiwa
pembunuhan yang dilakukan
oleh Nabi Khidir tersebut
membuat Nabi Musa tak kuasa
untuk menanyakan hal tersebut
kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir
kembali mengingatkan janji Nabi
Musa, dan beliau diberi
kesempatan terakhir untuk tidak
bertanya-tanya terhadap segala
sesuatu yang dilakukan oleh
Nabi Khidir, jika masih bertanya
lagi maka Nabi Musa harus rela
untuk tidak mengikuti
perjalanan bersama Nabi Khidir.
Selanjutnya mereka melanjutkan
perjalanan hingga sampai
disuatu wilayah perumahan.
Mereka kelelahan dan hendak
meminta bantuan kepada
penduduk sekitar. Namun sikap
penduduk sekitar tidak
bersahabat dan tidak mau
menerima kehadiran mereka,
hal ini membuat Nabi Musa
merasa kesal terhadap
penduduk itu. Setelah
dikecewakan oleh penduduk,
Nabi Khidir malah menyuruh
Nabi Musa untuk bersama-
samanya memperbaiki tembok
suatu rumah yang rusak di
daerah tersebut. Nabi Musa tidak
kuasa kembali untuk bertanya
terhadap sikap Nabi Khidir ini
yang membantu memperbaiki
tembok rumah setelah
penduduk menzalimi mereka.
Akhirnya Nabi Khidir
menegaskan pada Nabi Musa
bahwa beliau tidak dapat
menerima Nabi Musa untuk
menjadi muridnya dan Nabi
Musa tidak diperkenankan untuk
terus melanjutkan perjalannya
bersama dengan Nabi Khidir.
Selanjutnya Nabi Khidir
menjelaskan mengapa beliau
melakukan hal-hal yang
membuat Nabi Musa bertanya.
Kejadian pertama adalah Nabi
Khidir menghancurkan perahu
yang mereka tumpangi karena
perahu itu dimiliki oleh seorang
yang miskin dan di daerah itu
tinggallah seorang raja yang
suka merampas perahu miliki
rakyatnya.
Kejadian yang kedua, Nabi Khidir
menjelaskan bahwa beliau
membunuh seorang anak
karena kedua orang tuanya
adalah pasangan yang beriman
dan jika anak ini menjadi
dewasa dapat mendorong
bapak dan ibunya menjadi orang
yang sesat dan kufur. Kematian
anak ini digantikan dengan anak
yang shalih dan lebih mengasihi
kedua bapak-ibunya hingga ke
anak cucunya.
Kejadian yang ketiga (terakhir),
Nabi Khidir menjelaskan bahwa
rumah yang dinding diperbaiki
itu adalah milik dua orang kakak
beradik yatim yang tinggal di
kota tersebut. Didalam rumah
tersebut tersimpan harta benda
yang ditujukan untuk mereka
berdua. Ayah kedua kakak
beradik ini telah meninggal
dunia dan merupakan seorang
yang shalih. Jika tembok rumah
tersebut runtuh, maka bisa
dipastikan bahwa harta yang
tersimpan tersebut akan
ditemukan oleh orang-orang di
kota itu yang sebagian besar
masih menyembah berhala,
sedangkan kedua kakak beradik
tersebut masih cukup kecil
untuk dapat mengelola
peninggalan harta ayahnya.
Dipercaya tempat tersebut
berada di negeri Antakya, Turki.
Akhirnya Nabi Musa as. sadar
hikmah dari setiap perbuatan
yang telah dikerjakan Nabi
Khidir. Akhirya mengerti pula
Nabi Musa dan merasa amat
bersyukur karena telah
dipertemukan oleh Allah dengan
seorang hamba Allah yang
shalih yang dapat mengajarkan
kepadanya ilmu yang tidak
dapat dituntut atau dipelajari
yaitu ilmu ladunni. Ilmu ini
diberikan oleh Allah SWT kepada
siapa saja yang dikehendaki-
Nya. Nabi Khidir yang bertindak
sebagai seorang guru banyak
memberikan nasihat dan
menyampaikan ilmu seperti
yang diminta oleh Nabi Musa
dan Nabi Musa menerima
nasihat tersebut dengan penuh
rasa gembira.
Saat mereka didalam perahu
yang ditumpangi, datanglah
seekor burung lalu hinggap di
ujung perahu itu. Burung itu
meneguk air dengan paruhnya,
lalu Nabi Khidir berkata,
“ Ilmuku dan ilmumu tidak
berbanding dengan ilmu Allah,
Ilmu Allah tidak akan pernah
berkurang seperti air laut ini
karena diteguk sedikit airnya
oleh burung ini. ”
Sebelum berpisah, Khidir
berpesan kepada Musa:
“ Jadilah kamu seorang yang
tersenyum dan bukannya orang
yang tertawa. Teruskanlah
berdakwah dan janganlah
berjalan tanpa tujuan. Janganlah
pula apabila kamu melakukan
kekhilafan, berputus asa dengan
kekhilafan yang telah dilakukan
itu. Menangislah disebabkan
kekhilafan yang kamu lakukan,
wahai Ibnu `Imran. ”
Hikmah kisah Khidir
Dari kisah Khidir ini kita dapat
mengambil pelajaran penting.
Diantaranya adalah Ilmu
merupakan karunia Allah SWT,
tidak ada seorang manusia pun
yang boleh mengklaim bahwa
dirinya lebih berilmu dibanding
yang lainnya. Hal ini dikarenakan
ada ilmu yang merupakan
anugrah dari Allah SWT yang
diberikan kepada seseorang
tanpa harus mempelajarinya
(Ilmu Ladunni, yaitu ilmu yang
dikhususkan bagi hamba-hamba
Allah yang shalih dan terpilih)
Hikmah yang kedua adalah kita
perlu bersabar dan tidak
terburu-buru untuk
mendapatkan kebijaksanaan
dari setiap peristiwa yang
dialami. Hikmah ketiga adalah
setiap murid harus memelihara
adab dengan gurunya. Setiap
murid harus bersedia
mendengar penjelasan seorang
guru dari awal hingga akhir
sebelum nantinya dapat
bertindak diluar perintah dari
guru. Kisah Nabi Khidir ini juga
menunjukan bahwa Islam
memberikan kedudukan yang
sangat istimewa kepada guru.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment