Monday, August 30, 2010
Quratull aen (syeh quro)
RIWAYAT DI KETEMUKAN MAKAM
SYEKH QUROTUL’AIN
KARAWANG,PELITA-.
Pada abad ke-17 seorang yang
bernama Raden Somaredja alias
Ayah Djiin alias juga,Penganten
Sambri.Beliau keturunan
Munding Kawangi dari
leluhurnya Kerajaan Galuh
Pakuan Pajajaran yang di minta
bantuaan oleh kesulatn
Cirebon,untuk mencari di
mana,adanya atau tempatnya
Maha guru leluhur Cirebon yang
bernama Syekh Quro.
Setelah adanya permohonan
dari kesultanan Cirebon
tersebut,Raden Somaredja
dengan membawa pengawalnya
dari,Kesultanan menuju kearah
barat yaitu,ke daerah
Cianjur,lalu.ke Bogor yaitu,ke
dusun Citeurep menemui
pangeran Sake turunan dari
Syekh Maulana Yusuf dari
Banten.
KEMUDIAN,Raden Somaredja
menceritakan maksud dan
tujuannya.Di tempat
itulah,Raden Somaredja
mendapat ilham untuk
melanjutkan pencariannya ke
daerah Karawang hingga
sampailah di Kuta
Tandingan.Dilokasi
tersebut,beliau bertemu dan di
sambut baik oleh Eyang
Sarpi.Karena Raden Someredja
orang yang baik hati dan
cerdas,oleh Eyang Sarpi di
angkat menjadi menantu atau di
nikah kan dengan salah seorang
putri angkatnya yang bernama
Nyai Anisa.
Pernikahan Raden Someredja
dengan Nyai Anisah,di karuniai
tiga putra yaitu:
1.Raden Suryadiredja alias
Dji’in
2.Raden Suryadidjaya alias Mian
3.Raden Suryawidjaya alias
Embeh.
Dari ke tiga turunan inilah,yang
telah menurunkan para
pemimpin desa Pulokalapa dan
Pengurus Makom Syekh
Quro.sejak punya anak pertama
Raden Suryaredja alias
Dji’in,maka Raden Somaredja
di sebut Ayah Dji’in dan Nyai
Anisah istri nya di sebut Ma
INI.Eyang Sarpi sebagai mertua
dari Raden
Somaredja,mengingatkan agar
Raden Somaredja segera
melanjut kan perjalanannya.
Seterusnya,Somaredja beserta
keluarga dan para
pengawalnya,melanjutkan lagi
ke daerah Karawang sebelah
Utara hingga sampai,ke salah
satu perkampungan yang
disebut Pulo kalapa dan
sebelumnya,mereka sempat
mampir dan istirahat di
Kaliwedi.sampai di desa
Pulokalapa pada tahun 1850
dan pada waktu itu,Lahannya
masih rawa-rawa
belantara.yang selajutnya di
olahnya oleh Raden
Somaredja,menjadi lahan
pertanian yang subur.
Namun pada sewaktu
pengelolaan lahan tersebut,ada
sesuatu yang aneh,di suatu
lahan yaitu,di Tanah
Timbul.karena di situ selalu
banyak binatang-binatang buas
dan berbisa,seperti ular,harimau
dan sebagai nya.Bahkan,di
tempat itu setiap
malamnya,terlihat oleh Raden
Somaredja selalu munculnya
cahaya yang bersinar,juga para
pengikut Raden Somaredja pun
ketika, membuka lahan tersebut
banyak yang sakit.
Raden Somaredja semakin
penasaran dan berniat untuk
meneliti tempat
itu.tetapi,setelah ada niatan
tersebut di setiap tidurnya,Dia
selalu bermimpi dan melihat
seorang Ulama Besar yang
berpakaian Jubah putih
memegang tasbih,sedang
bertawasul dan berdzikir kepada
allah SWT .hingga tiga kali
mimpi itu selalu muncul hal
yang sama.Dengan berulangnya
mimpi yang sama,lalu Raden
Somaredja melakukan istikomah
dengan hati yang tulus dan
ikhlas.untuk memohon petunjuk
dari Allah SWT.
Namun sebelumnya,Beliau
melantunkan adzan terlebih
dahulu di tempat tersebut,tiba-
tiba ada yang
menyahutnya,ketika selesai
tawasul,di bacakannya
salam,ada juga yang
menyahutnya.ketika di lihat,di
depannya ada cahaya yang
bersinar dan bersuara serta
mengatakan,bahwa beliau
adalah Syekh Quro.tepatnya
persis di atas tumpukan bata-
bata yang ukurannya tidak sama
dengan bata biasa.dan tempat
itu sampai sekarang di sebut
Kramat Pulobata.
Atas temuannya itu,Raden
Somaredja langsung
melaporkan ke keraton
Cirebon,sekaligus ingin adanya
saksi atas temuan
itu.Sehingga,sesuhunan Cirebon
mengutus Juru Kunci Astana
Gunung Jati yakni ,Kyai Talka
atau Kyai Tolakoh,untuk segera
pergi ke tempat dimana temuan
Raden Somaredja tersebut.
Kyai Tolakoh dan Raden
Somaredja setelah sampai di
Pulobata, ternyata di tempat
yang sama itu masih ada cahaya
yang bersinar dan terbayang
dan, kelihatan oleh
keduanya.seseorang yang
berpakaian jubah putih
memegang tasbih yang sedang
berdzikir.
Dan ketika di beri
salam,bayangan orang yang
sedang berdzikir itu,lalu
menjawabnya sambil
memberikan pesan,“ JAGA DAN
PELIHARALAH TEMPAT INI,INSYA
ALLAH AKAN MEMBAWA
KEBERKAHAN UNTUK
SEMUANYA“.
Setelah itu,bayangan dan sinar
tersebut menghilang tanpa
wujud.Pada waktu
itu,bertepatan pada Hari
Jum’at malam Sabtu Kliwon
akhir bulan Rewah atau
Sya’ban tahun 1277 H / 1859
M . Sejak itu,Raden Somaredja
dan Kyai Talka melaporkan
temuan tersebut ke
kesultanan ,sehingga para
ulama Kraton Cirebon
berkunjung ke tempat
tersebut.untuk melakukan
istigosah bersama, dan ternyata
semua sependapat dan
meyakini ,bahwa di tempat
itulah ,Keberadaan Makam
Karomah Syeh Quro.Kemudian
tempat itu diberi tanda,dengan
membawa Batu Jahul / Batu
nisan dari Cirebon.
Hal tersebut,di perkuat oleh
Sunan Kanoman Cirebon yaitu,
Pangeran Haji Raja Adipati
Jalaludin saat berkunjung ke
tempat itu dan surat,penjelasan
sekaligus pernyataan dari Putra
Mahkota Pangeran Jayakarta
Adiningrat XII Nomor : P-062/
KB/ PMPJA/XII/11/1992 pada
tanggal 05 Nopember 1992
yang di tunjukan kepada kepala
Desa Pulokalapa.Dari sejak
itulah,Disetiap Jum’at malam
Sabtu akhir bulan Sya’ban
diperingati Haul Syeh Quro dan
di setiap malam
Sabtunya,ribuan jamaah
mengadakan Dzikir / Tawasul
Akbar di Makam Syeh Quro
Dusun Pulobata Desa Pulobata
Kecamatan Lemahabang
Kabupaten Karawang.
Atas amanah tersebut,Raden
Somaredja memelihara tempat
itu hingga wafatnya,pada tahun
1916 Masehi dan dimakamkan di
Dusun Krajan I Desa
puloklapa.Untuk mengenang
jasa-jasanya, makam Raden
Somaredja pun di setiap harinya
ramai di kunjungi peziarah.
Sebelum Raden Somaredja alias
Ayah jiin atau Pangeran Sambri
yang turunan Munding Kawangi
Raja Galuh Pakuan Pajajaran
meninggal,Beliau memberikan
pesan atau wasiat kepada
turunanya,untuk melanjutkan
melihara makam Syeh Quro dan
Syeh Bentong dipelihara dan
dikelola oleh turunan Raden
Somaredja.
Demikian sejarah ditemukannya
Makam Syeh Quro ini, di ambil
dari keterangan Raden
Suryadidjaya alias Bah Mian atau
Mail ,putra kedua Raden
Somaredjan yang ketika
wafatnya berusia 105 tahun
dan, di makamkan di dekat
Makam Syeh Quro Pulobata pada
tahun 1950 Masehi.
Ada pun turunan Raden
Somaredja yang ke satu Raden
Suryadireja ( Dji’in ) dan Raden
Suryawidjaya ( Embeh ),setelah
wafatnya di makamkan di dekat
makam Raden Somaredja di
dusun kerajan I desa Puloklapa.
Pada waktu pemerintahan desa
di pimpim oleh lurah Anderan
tahun 1926,turunlah peraturan
dari pemda melalui surat
Camat,bahwa di setiap tanah
Gege atau Tanah Mati adalah,hak
desa. Dan pada tahuin
1957,turun lagi peraturan
bahwa,pengelola makam
tersebut akan di ambil alih oleh
Pemda.sehingga turunan Raden
Somaredja merasa resah
mempertahankan amanah.maka
terjadilah suatu sidang dan,di
lanjutkan dengan musyawarah
yang dihadiri oleh turunan
Raden Somaredja,Kepala
Desa,Camat,Wedana,Bupati dan
Residen Purwakarta.
Musyawarah
tersebut,menghasilkan suatu
kesepakatan , Bahwa yang
berhak mengelola makam Syeh
Quro adalah pemerintah desa
Pulokalapa dan, Turunan Raden
Somaredja.
Melalui kisah ini,Sebuah pesan
untuk kita semua,khususnya
para pengunjung atau jamaah
pecinta Waliyullah Syeh
Qurotul;ain dan, Syehk Abdilah
Dargom / Syeh Darugem atau
Bentong,hendaknya tempat
yang penuh karomah ini,
Tidaklah di salah hartikan dan, di
iklaskan segalan
sesuatunya.Maka Insya Allah kita
semua akan mendapat
keberkahan-nya.Amiiien ya
robbal alamiin…./Ikhtisiar /Red.
Diposkan oleh PELITA
KARAWANG ON LINE
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment