Friday, September 10, 2010

Bahasa Indonesia punya siapa

Negara jiran Malaysia mengancam akan mengklaim bahasa nasional Indonesia sebagai bahasa Melayu (bahasa Malaysia). “Pemerintah Malaysia akan mengklaim bahasa Indonesia sebagai bahasa Melayu. Karena bahasa Melayu adalah bahasa Malaysia, ” ujar Wakil Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Datuk Abdul Azis Harun kepada wartawan di sela-sela helaran “ Kemilau Nusantara 2007″ di Gedung Sate Bandung, Minggu (25/11). Ancaman tersebut, katanya, akan dilaksanakan apabila masyarakat dan pemerintah Indonesia masih mempermasalahkan klaim Malaysia terhadap kesenian reog Ponorogo dan lagu “Rasa Sayange”. Menurutnya, lagu “Rasa Sayange” dibuat pada 1907 dan reog Ponorogo jauh lebih tua karena muncul saat bangsa Indonesia belum lahir. Yang ada pada waktu itu, baik Indonesia maupun Malaysia satu rumpun, dan disebut Nusantara. “Masyarakat dan pemerintah Malaysia menganggap Indonesia dengan Malaysia adalah bagian dari Nusantara. Munculnya permasalahan ini, karena bangsa Indonesia mempersempit arti Nusantara tersebut, ” tambahnya. Sedangkan negara-negara yang masuk ke dalam Nusantara itu, ujarnya, selain Indonesia dan Malaysia, ada Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand bagian selatan. Jadi, apabila ada kesenian lagu tradisional Indonesia yang berkembang di Malaysia, hal itu merupakan sesuatu yang wajar, karena kesenian itu dibawa oleh suku- suku di Indonesia ke Malaysia sejak ratusan tahun lalu. “ Suku-suku di Indonesia datang bersama seni dan budaya tradisional dan dikembangkan di Malaysia. Kami tidak mungkin memisahkan mereka dengan seni budayanya, ” ujarnya. Abdul Azis pun menyebutkan, pemerintah Indonesia dan Malaysia telah membicarakan masalah yang saat ini ramai diperbincangkan, seperti seni reog Ponorogo dan lagu “Rasa Sayange”. Dalam pembicaraan tersebut, katanya, pemerintah Malaysia lebih mengedepankan persatuan Nusantara. “Namun secara detailnya, saya tidak tahu hasil dari pembicaraan antara Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Menteri Kebudayaan Malaysia, ” paparnya. Dia pun menyebutkan, kasus kesenian tradisional reog Ponorogo dan lagu “Rasa Sayange” ini menjadi ramai lebih karena pers Indonesia. Sedangkan pers Malaysia sendiri, tambahnya, tidak terlalu membesar-besarkan masalah tersebut. “Pasalnya, kedua kesenian tersebut sudah ada di Malaysia sejak ratusan tahun lalu, yang dibawa orang Indonesia dan kemudian menetap di Malaysia, ” paparnya. (B.81)** Sumber: http://www.klik- galamedia.com/ Sumber foto: http:// erween.files.wordpress.com/ 2008/11/bendera_indonesia_ 27e203.jpg

Thursday, September 9, 2010

Bikin status fb dengan kalimat yg terbalik

Mau Membalik Status di Facebook?? Gampang!! Sebenanrnya ide ini sudah cukup lama. Bagi kamu yang bosen dengan status facebook atau bingung cari ide buat status facebook yang unik, lucu, dan aneh?? baca artikel ini lebih lanjut. Oke, ide status facebook untuk saat ini adalah dengan membalik tulisan di facebook kamu. Diputar 360 derajat gitu deh.. Kayak di cermin. Bingung maksud saya? pokoknya status facebook kamu akan menjadi ¿¿ ɯɐɥɐd ˙ıuı ıʇɹǝdǝs ʞılɐqɹǝʇ. Gimana? cukup menarik bukan? Okeh.. inilah langkah- langkahnya: 1. Kamu harus login ke akun facebook. 2. Masuk ke flip.joodin.com si pemutar status facebook 3. Tuliskan status yang kamu inginkan disana. 4. Secara otomatis tulisan tersebut akan dibalik oleh programnya. CAnggih bukan?? 5. Copy status tersebut di bagian status facebook kamu. 6. Publikasikan status itu dan buat temanmu terkesima

Wednesday, September 8, 2010

situs candi jiwa

Jalan setapak beton itu
membelah sawah simetris. “Ini
jalan baru,”kata Ujang, lelaki
muda yang jalan bersisian
dengan saya. Karpet hijau
hamparan padi, mengiringi
langkah menuju bangunan
coklat yang menyembul dari
kejauahan.
Semakin dekat, baru tampak,
bangunan ini ternyata sebuah
candi. Bahannya dari bata
merah. Mungkin inilah yang
membuat sekujur bangunan
tampak kecoklatan. Saat
didekati, candi ini seperti berada
dalam tanah. Karena pondasi
candi yang berada satu meter
dibawah permukaan lahan
persawahan yang
mengepungnya.
Candi ini dibangun di atas lapik
bujur sangkar. Memiliki panjang
sisi 19 meter. Bagian atas lapik,
bergelombang membentuk helai
bunga teratai. Sayang puncak
bangunan sudah runtuh, hanya
sisa-sisa susunan bata tak
beraturan. Padahal disinilah--
dulu--stupa menjulang. Inilah
Candi Jiwa. Salah satu candi
dalam komplek situs Batujaya.
Situs ini terletak di perbatasaan
Desa Segaran-Kecamataan
Batujaya dan Desa Telagajaya-
Kecamatan Pakis Jaya,
Kerawang, Jawa Barat. Berlokasi,
20 km disebelah barat laut kota
Rengasdengklok atau 43 km dari
pintu tol Kerawang Barat. Bisa
dilaju selama 3 jam dari Jakarta
berkendara.
Situs seluas 5 kilometer persegi
ini, pertama kali ditemukan di
tahun 1984 oleh tim arkeologi
Fakultas Sastra Universitas
Indonesia--kini bernama
Fakultas Ilmu Budaya UI.
Awalnya ada kecurigaan warga
setempat, soal suburnya unur-
unur--bukit kecil di tengah
sawah. Baru setelah diekskavasi,
dari perut unur-unur ini
ditemukan ribuan batang bata
bangunan candi. Hingga kini
masih banyak unur-unur yang
terserak di persawahan
Batujaya, lengkap dengan
pepohonan yang tumbuh lebat
di atasnya.
Sejak awal penelitian di tahun
1985 sampai 1999, ditemukan
13 situs di Desa Segaran dan 11
situs di Desa Tegaljaya. Dan tak
kurang dari 24 candi ditemukan.
Tapi, baru 11 candi yang diteliti
dan digali secara intensif.
Penemuan candi yang luasnya
mencapai ratusan hektare di
Provinsi Jawa Barat tersebut
sekaligus menggugurkan
pendapat bahwa kompleks
percandian hanya berada di
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Bahkan bisa jadi, “ Batujaya
merupakan kompleks
percandian tertua di Pulau
Jawa," kata Hasan Djafar
arkeolog Universitas Indonesia.
Alasannya, candi-candi itu
berhubungan dengan Kerajaan
Tarumanagara, yang berkuasa
pada abad ke-5-7 Masehi.
Kompleks percandian Batujaya
memperlihatkan ciri keagamaan
yang bersifat Buddhis, seperti
ditemukannya votive tablet--
semacam materai--bergambar
relief Buddha, fragmen prasasti
terakota berisi mantram agama
Buddha dengan huruf Pallawa
berbahasa Sanskerta.
Saat ini ada dua candi berukuran
cukup besar yang di
rekonstruksi. Yakni Candi Jiwa--
rampung-- dan Candi
Blandongan--masih
berlangsung. Candi yang
terakhir ini memiliki denah bujur
sangkar, panjang sisinya 25
meter dengan ketinggian 4
meter.
Candi Blandongan memiliki
undakan tangga di keempat
sisinya--dibangun simetris-- dan
semacam ruang lapang di
bagian tengahnya. Diperkirakan
ruang lapang ini dipakai untuk
pertemuan atau peribadatan.
Di sekitar candi Blandongan
ditemukan amulet yang
menggambarkan relief Buddha.
Jadi bisa disimpulkan bahwa
bangunan di kompleks ini
adalah bangunan candi Buddha.
Penemuan Amulet dan gerabah
–terutama yang dikenal sebagai
Romano-Indian roulleted
pouttery- berasal dari kota
pelabuhan kuno Arikamedu di
India Selatan, membuktikan
bahwa tempat ini jadi pusat
niaga. Dan sempat didatangi
pelayar India, lalu meninggalkan
pengaruh budayanya.
Kedua bangunan candi terbuat
dari bata. Lain dengan bata
biasa, bata candi ini dicampur
dengan pecahan kulit kerang.
Begitu pula lapisan dinding dan
hiasan candi Blandongan.
Terbuat dari campuran pasir,
kerikil dan kulit kerang. Bahan
campuran ini disebut stuko.
Selain bangunan candi dan
artefak, pada bulan Juli 2005
sebuah tim kerja sama
Puslitbang Arkeologi Nasional
dan Ecole Francaise d’Extreme-
Orient dari Perancis menemukan
kerangka manusia yang masih
utuh lengkap bersama bekal
kuburnya di Unur Lempeng--
masih dilokasi situs Batujaya.
Ia dikuburkan memakai gelang
emas di tangan kanan sambil
memegang pisau--parang--besi.
Di antara dua lutut dan dan di
bagian punggungnya juga
terdapat senjata dari besi. Di
bagian kaki dan atas kepalanya
terdapat wadah tembikar. Di
dekat kerangka tersebut juga
ditemukan lima kerangka lain
yang semuanya ditemukan
bersama bekal kubur berupa
tembikar. Penemuan ini begitu
istimewa--tak pernah dalam
sejarah arkeologi ditemukan
artefak dan kerangka manusia
pembuatnya--dalam satu
tempat secara sangat lengkap.
Selain kerangka, di sekitar situs
Batujaya juga terserak menhir--
batu besar--biasanya terkait
dengan penyembahan nenek
moyang. "Sebagai agama
prasejarah bersifat animisme-
dinamisme," kata Hasan.
Tak jauh dari situs Batujaya--
berjarak 20 kilometer sebelah
timur--ditemukan situs Cibuaya.
Situs ini bernafas Hindu, dengan
banyak ditemukannya arca-arca
Wisnu. Singkat kata, "Pada masa
yang bersamaan dengan
Kerajaan Tarumanagara, di
Karawang hidup tiga agama
yang berdampingan secara
harmonis," kata Hasan.
Sikap terbuka masyarakat dalam
menerima kedatangan agama-
agama baru di Karawang juga
berlangsung pada masa-masa
sesudahnya. Petilasan Syekh
Hasanuddin Quro di Desa Pulo
Kalapa, Lemah Abang,
menunjukkan penerimaan yang
baik dari warga Karawang
terhadap agama Islam. Syekh
Hasanuddin Quro dikenal
sebagai pendiri pesantren tertua
di Karawang dan Jawa Barat,
pada 1416.
Suasana damai juga dirasakan
umat Buddha yang mendirikan
Wihara Sian Jin Kupo pada 1770
dan Wihara Bio Kwan Tee Koen
pada akhir abad ke-19. Begitu
pula umat Nasrani yang pada
1899 mendirikan Gereja Kristen
Pasundan Jemaat Immanuel.
Maka tak heran, pada perayaan
waisak silam, sejumlah umat
Buddha menggalang duit
pribadi buat membangun jalan
beton yang membelah sawah.
Kondisi ini memudahkan
pengunjung menyambangi
candi. “dulu jalannya lewat
pematang,”jelas Ujang, yang
juga kuncen candi.
Meski sudah dipagari dengan
undang-undang cagar budaya,
tetap saja situs ini tak steril
ancaman. Saat mendatangi
kompleks candi pekan silam, tak
satu pun penjaga terlihat. Hanya
pagar sepinggang yang
membatasi candi dengan jalan.
Yang paling ketara adalah
vandalisme, berupa corat-coret
tangan jahil. “Karena banyak
pengunjung tak mengerti
sejarah apalagi candi ini,”tukas
ujang menambahkan.
Buat wisatawan seperti saya,
informasi singkat soal sejarah
candi jadi keniscayaan.
Bagaimana bisa menikmati
kemegahan peninggalan
sejarah, jika tidak ada jembatan
informasi yang membantu
mengenalkan peninggalan
sejarah bersangkutan. Dan hal
yang sederhana ini bisa saja
menyengat rasa kepemilikan,
buat siapapun yang datang.
Parah lagi situs Cibuaya, di sana,
tidak ada pagar pembatas candi.
Contohnya lokasi Candi Lemah
Duhur Lanang dan Wadon.
Sekilas yang terlihat hanya
tumpukan bata terserak. Kondisi
ini membuat candi bersahabat
dengan ancaman kepunahan.
Tidak hanya tangan jahil, lokasi
candi yang berada dilapisan
tanah kaya akan minyak bumi,
menjadikan ancaman nyata.
Pertamina bahkan telah
melakukan survey di sekitar
situs Batujaya. Setidaknya 200
ribu titik dari 15 kecamatan dan
305 desa sedang disurvei.
Dari uji seismik, Pertamina
dalam waktu dekat akan
melakukan pengeboran di
Kecamatan Pakisjaya. Karena
memang, sejak 1960-an,
Pertamina telah
mengeksploitasi minyak mentah
Rengasdengklok di Desa Tambak
Sumur, Kecamatan Tirtajaya,
Karawang.
Kini kerawang hanya dikenal
sebagai salah satu titik riuh
industri. Pembangunan pabrik,
gudang, bangunan kantor
seperti berlomba dengan
putaran matahari. Tak banyak
yang kenal situs Batujaya,
kecuali, sejarawan, peneliti atau
wisawatan minat khusus.
Buktinya, dari buku tamu, yang
disodorkan ke pengunjung tiap
menjejak halaman situs,
terekam data, hanya 23 orang
yang datang sepanjang tahun.
Sungguh ironis, melihat
kemegahan situs Batujaya.
Padahal dulu, disinilah tapak
pusat lalu lintas perniagaan
internasional, sekaligus lokasi
persemaian yang subur lima
agama sejak abad 5 masehi.
Tinggalah Ujang sendiri, yang
gesit mengantarkan
pengunjung--jika diminta--itu
pun dengan pengetahuan
informasi yang terbatas.
Selebihnya, hanya susunan batu
membisu di tengah sawah.

Tuesday, September 7, 2010

Sekelumit tentang segi tiga bermuda

Segitiga bermuda
yang juga biasa
disebut segitiga setan
terletak di wilayah
lautan samudera
atlantik seluas 1,5 juta
mil2 atau 4juta km2
yang membentuk
garis segita antara
wilayah2 teritorial
britania raya sbg titik
di sebelah utara,
puerto rico teritorial
amerika serikat titik di
sebelah selatan dan
miami negara bagian
florida amerika serikat
sbg titik disebelah
barat.
Pasti pernah dgr kan
peristiwa2 aneh di
sana yang sering
terjadi kapal2 hilang
baik laut maupun
udara secara
misterius.Ada yang
bilang segitiga
bermuda itu adalah
tempat mangkalnya
alien dan ufo.Ada yg
bilang itu adalah pusat
magnet terbesar
didunia.Ada juga yang
bilang itu pusat bumi
dan terdapat black
hole yang mampu
menyedot apapun yg
melintas.Lalu apa
pendapat islam
tentang segita
bermuda?
Ada hadist yg
diriwayatkan Abu
Hurairah bahwa
Rasulullah SAW
telah bersabda
" Apabila salah
seorang berada
ditempat yg
terbuka atau
ditengah matahari
sedang bersinar,
lalu bayangan yg
meneduhinya
bergerau sehingga
sebagian dari
dirinya terletak
ditempat panas
dan sebagibn lagi
di tempat sejuk,
maka hendaklah
dia berdiri atau
meninggalkan
tempat itu "
dikatakan
larangan ini
karena tempat
seperti itu adalah
tempat yang
paling digemari
oleh Syaitan.Jadi
apa kaitannya
dengan
bermuda???
Alasannya karena
bermuda terletak di
perairan atlantik di
pertengahan antara
benua Amerika bagian
utara dan
Afrika.Secara mudah
lokasi ini adalah
kawasan
pertembungan dua
arus panas dari afrika
dan sejuk dari Amerika
Utara. Dengan hadist
ini maka terjawablah
misteri segitiga
bermuda.Perkara2
aneh yg terjadi itu
tentu antara lain
disebabkan
pertembungan antara
panas dan sejuk dan
istana Syaitan yang
mungkin tersembunyi
disitu.
Ada sebuah buku yang
berjudul "Dajjal akan
muncul dari kerajaan
jin di segitiga
bermuda " Karya
Sheikh Muhammad Isa
Dawuud dari
Mesir,bahwa kawasan
bermuda adalah
kawasan Jin dimana
dari situlah akan
muncul Dajjal. Jika
benar dakwaan buku
itu, tidak aneh lagi apa
yang di Sabdakan Oleh
Nabi SAW itu nyata
adanya dan bahkan
mendahului zaman
sekaligus Nabi SAW
membuktikan bahwa
islam memiliki semua
jawaban untuk semua
pertanyaan.
Menurut Syaikh
Imam M.
Ma 'rifatullah Al-
arsy, segitiga
bermuda merupan
tempat titik
terujung di dunia
ini. Ditengah
kawasan itu
terdapat sebuah
telaga yang airnya
dapat membuat
siapa saja yg
meminumnya
menjadi panjang
umur, ditempat
itu pula Nabiyullah
Khidzir A.S
bertahta sebagai
penjaga sumber
air kehidupan
tersebut.Syaitkh
imam M. M
berkata kalau
penyelamat akhir
Zaman Imam
Mahdi akan keluar
dari Ghaibnya
melalui tempat
tersebut dengan
menggukan jubah
suci berwarna
kebiruan.
Lalu apa penyebab
hilangnya berbagai
macam kapal ditempat
itu??? Menurut Syaikh
Imam M lagi, para iblis
dan Syaitan tersebut
yang tak bisa
mendekati pusat
kawasan agung
itu,maka mereka pun
berjaga disekelilingnya
dan bertujuan untuk
menghalangi setiap
manusia yang
mencoba untuk
memasuki kawasan
agung itu(segitiga
bermuda).Karena
sesungguhnya barang
siapa yg bisa sampai
ketempat titik tengah
kawasan segitiga
bermuda, maka dia
akan mengetahui
kebenaran alam yg
sesungguhnya.
Banyak orang2 jaman
dahulu yang telah
mencoba kepusat
Segitiga bermuda dan
kebanyakan dari
mereka enggan untuk
kembali pulang
kedunianya. Menurut
sebuah artikel kuno,
Raja Iskandar Agung
pernah mencoba
masuk ke kawasan
agung itu.Dan
sekembalinya mereka
mengatakan bahwa
tempat itu berpasirkan
permata dan
berbatukan
berlian.Tempat yang
dipenuhi dengan
kabut putih tebal itu
sangat indah untuk
dipandang tapi sangat
berbahaya untuk di
datangi. PS: ya
Allahu 'alam… Semua
kembali kepada sang
pencipta Alam Allah
SWT, karena
sesungguhnya Allah
SWT lah yang paling
tahu apa sebenarnya
segitiga bermuda itu.

Misteri yg tak terungkap dari nabi khidir alaihissalam

Etimologi Al-Khiḍr secara harfiah berarti 'Seseorang yang Hijau' melambangkan kesegaran jiwa, warna hijau melambangkan kesegaran akan pengetahuan “ berlarut langsung dari sumber kehidupan.” Dalam situs Encyclopædia Britannica, dikatakan bahwa Khidr memiliki telah diberikan sebuah nama, yang paling terkenal adalah Balyā bin Malkān.[7] Biografi Al-Khiḍr (kanan) dan Dzu al-Qarnayn (yang selalu dihubungkan dengan Alexander the Great), takjub dengan penglihatannya terhadap seekor ikan air asin yang kembali hidup ketika ditaruh ke dalam Air Kehidupan. Menurut Syaikh Imam M. Ma ’rifatullah al-Arsy, Segitiga Bermuda merupakan tempat titik terujung di dunia ini. Ditengah kawasan itu terdapat sebuah telaga yang airnya dapat membuat siapa saja yg meminumnya menjadi panjang umur, ditempat itu pula Khidr bertahta sebagai penjaga sumber air kehidupan tersebut. [8] Teguran Allah kepada Musa Kisah Musa dan Khiḍr dituturkan oleh Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahf ayat 65-82. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka'ab menceritakan bahawa beliau mendengar nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya, “ Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa, “Aku” Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, “ Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu. ” Lantas Musa pun bertanya, “ Wahai Tuhanku, dimanakah aku dapat menemuinya?” Allah pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu. ” Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang shalih itu. Di samping itu, Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut. Musa kemudiannya menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun. Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta- ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya` tertegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan semula ikan yang telah mati itu. Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya' tertidur dan ketika terjaga, beliau lupa untuk menceritakannya kepada Musa Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya, “ Nabi Musa berkata kepada Yusya` “ Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini. ” (Surah Al- Kahfi : 62) ” Ibn `Abbas berkata, “Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui hamba- Nya yang lebih berilmu itu. ” Yusya’ berkata kepada Nabi Musa, “ “Tahukah guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut itu dengan cara yang amat aneh. ” (Surah Al- Kahfi : 63) ” Musa segera teringat sesuatu, bahwa mereka sebenarnya sudah menemukan tempat pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya tersebut. Kini, kedua-dua mereka berbalik arah untuk kembali ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan. “ Musa berkata, “ Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Surah Al- Kahfi : 64) ” Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Musa dengan Khidir. Ada yang mengatakan bahawa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Parsia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah. Persyaratan belajar Setibanya mereka di tempat yang dituju, mereka melihat seorang hamba Allah yang berjubah putih bersih. Nabi Musa pun mengucapkan salam kepadanya. Khidir menjawab salamnya dan bertanya, “Dari mana datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak mempunyai kesejahteraan? Siapakah kamu ” Jawab Musa, “Aku adalah Musa.” Khidir bertanya lagi, “Musa dari Bani Isra’il?” Nabi Musa menjawab, “Ya. Aku datang menemui tuan supaya tuan dapat mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada tuan. ” Khidir menegaskan, “ Sesungguhnya kamu sekali- kali tidak akan sanggup bersabar bersama- samaku. ” (Surah Al-Kahfi : 67) “Wahai Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebahagian daripada ilmu karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya. ” “ Nabi Musa berkata, “ Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun. ” (Surah Al- Kahfi : 69) ” “ Dia (Khidir) selanjutnya mengingatkan, “ Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu. ” (Surah Al-Kahfi : 70) ” Perjalanan Khidr dan Musa Demikianlah seterusnya Musa mengikuti Khidir dan terjadilah beberapa peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahawa baginda tidak akan bertanya sebab sesuatu tindakan diambil oleh Nabi Khidir. Setiap tindakan Nabi Khidir a.s. itu dianggap aneh dan membuat Nabi Musa terperanjat. Kejadian yang pertama adalah saat Nabi Khidir menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama. Nabi Musa tidak kuasa untuk menahan hatinya untuk bertanya kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir memperingatkan janji Nabi Musa, dan akhirnya Nabi Musa meminta maaf karena kalancangannya mengingkari janjinya untuk tidak bertanya terhadap setiap tindakan Nabi Khidir. Selanjutnya setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh seorang anak yang sedang bermain dengan kawan-kawannnya. Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut membuat Nabi Musa tak kuasa untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir. Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu wilayah perumahan. Mereka kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar. Namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh Nabi Musa untuk bersama- samanya memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak di daerah tersebut. Nabi Musa tidak kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir ini yang membantu memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi mereka. Akhirnya Nabi Khidir menegaskan pada Nabi Musa bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa untuk menjadi muridnya dan Nabi Musa tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan perjalannya bersama dengan Nabi Khidir. Selanjutnya Nabi Khidir menjelaskan mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa bertanya. Kejadian pertama adalah Nabi Khidir menghancurkan perahu yang mereka tumpangi karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu miliki rakyatnya. Kejadian yang kedua, Nabi Khidir menjelaskan bahwa beliau membunuh seorang anak karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur. Kematian anak ini digantikan dengan anak yang shalih dan lebih mengasihi kedua bapak-ibunya hingga ke anak cucunya. Kejadian yang ketiga (terakhir), Nabi Khidir menjelaskan bahwa rumah yang dinding diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota tersebut. Didalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk mereka berdua. Ayah kedua kakak beradik ini telah meninggal dunia dan merupakan seorang yang shalih. Jika tembok rumah tersebut runtuh, maka bisa dipastikan bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu yang sebagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua kakak beradik tersebut masih cukup kecil untuk dapat mengelola peninggalan harta ayahnya. Dipercaya tempat tersebut berada di negeri Antakya, Turki. Akhirnya Nabi Musa as. sadar hikmah dari setiap perbuatan yang telah dikerjakan Nabi Khidir. Akhirya mengerti pula Nabi Musa dan merasa amat bersyukur karena telah dipertemukan oleh Allah dengan seorang hamba Allah yang shalih yang dapat mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat dituntut atau dipelajari yaitu ilmu ladunni. Ilmu ini diberikan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki- Nya. Nabi Khidir yang bertindak sebagai seorang guru banyak memberikan nasihat dan menyampaikan ilmu seperti yang diminta oleh Nabi Musa dan Nabi Musa menerima nasihat tersebut dengan penuh rasa gembira. Saat mereka didalam perahu yang ditumpangi, datanglah seekor burung lalu hinggap di ujung perahu itu. Burung itu meneguk air dengan paruhnya, lalu Nabi Khidir berkata, “ Ilmuku dan ilmumu tidak berbanding dengan ilmu Allah, Ilmu Allah tidak akan pernah berkurang seperti air laut ini karena diteguk sedikit airnya oleh burung ini. ” Sebelum berpisah, Khidir berpesan kepada Musa: “ Jadilah kamu seorang yang tersenyum dan bukannya orang yang tertawa. Teruskanlah berdakwah dan janganlah berjalan tanpa tujuan. Janganlah pula apabila kamu melakukan kekhilafan, berputus asa dengan kekhilafan yang telah dilakukan itu. Menangislah disebabkan kekhilafan yang kamu lakukan, wahai Ibnu `Imran. ” Hikmah kisah Khidir Dari kisah Khidir ini kita dapat mengambil pelajaran penting. Diantaranya adalah Ilmu merupakan karunia Allah SWT, tidak ada seorang manusia pun yang boleh mengklaim bahwa dirinya lebih berilmu dibanding yang lainnya. Hal ini dikarenakan ada ilmu yang merupakan anugrah dari Allah SWT yang diberikan kepada seseorang tanpa harus mempelajarinya (Ilmu Ladunni, yaitu ilmu yang dikhususkan bagi hamba-hamba Allah yang shalih dan terpilih) Hikmah yang kedua adalah kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami. Hikmah ketiga adalah setiap murid harus memelihara adab dengan gurunya. Setiap murid harus bersedia mendengar penjelasan seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak diluar perintah dari guru. Kisah Nabi Khidir ini juga menunjukan bahwa Islam memberikan kedudukan yang sangat istimewa kepada guru.

Kemiripan antara sai baba dan dajjal laknatullah

1. Dajjal seorang laki yang
berpostur pendek, gempal,
berambut kribo, berkaki
bengkok (agak pengkor). Sai
Baba seorang yang berpostur
pendek dan berambut kribo.
2. Dajjal memiliki mata yang
buta. Sai Baba pernah
mengalami kebutaan di waktu
muda kemudian sembuh
kembali.
3. Dajjal datang dan bersama
ada gunung roti dan sungai air.
Sai Baba memiliki kemampuan
mengeluarkan vibhuti (tepung
suci) dari udara melalui
tangannya.
4. Dajjal memiliki kemampuan
berpindah dari satu tempat ke
tempat lain dengan depat dan
kecepatannya seperti hujan
badai atau secepat awan yang
ditiup angin kencang. Sai Baba
memiliki kemampuan berjalan
menjelajahi bumi dalam
hitungan kejapan mata.
5. Dajjal mengikuti pengikut
yang sangat banyak, bahkan di
akhir zaman nanti banyak
manusia yang berangan-angan
untuk berjumpa dengan Dajjal.
Sai Baba memiliki pengikut yang
jumlahnya puluhan juta manusia
dari berbagai macam suku ,
bangsa, negara dan agama.
6. Dajjal akan muncul dengan
mengaku sebagai orang bijak/
baik, sehingga banyak sekali
orang yang tertarik untuk
mengikutinya. Sai Baba
mengaku seabgai orang yang
bijak yang membawa misi
perdamaian, cinta kasih
menghapuskan segala
persengketaan dengan
bijaksana.
7. Dajjal akan muncul dan
sebagai nabi. Sai Baba
memposisikan dirinya sebagai
nabi kepada pengikut2nya.
8. Dajjal akang menggunakan
nama Al-Masih. Sai Baba
mengaku akan menjelma
sebagai Isa Al-Masih setelah
tahun 2020.
9. Dajjal akan mengaku sebagai
Tuhan. Sai Baba mengklaim
bahwa dirinya adalah Tuhan
penguasa alam semesta.
10. Dajjal akan mendakwahkan
agama Allah. Dalam banyak
majelis darshanya Sai Baba
banyak be rbicara tentang Islam,
Al-Qur'an dan keharusan untuk
memahaminya.
11. Dajjal mampu
menghidupkan orang mati dan
menyembuhkan orang sakit. Sai
Baba memiliki kemampuan
menghidupkan orang mati juga
menyembuhkan penyakit
kanker.
12. Dajjal dapat menurunkan
hujan. Sai Baba memiliki
kemampuan menurunkan hujan
dan mendatangkan air untuk
irigasi (di NTT sedang di bangun
proyek Sai Baba untuk
pengairan di daerah yang
kering).
13. Dajjal bisa mengeluarkan
perbendaharaan (perhiasan dan
harta) dari bangunan yang
roboh, lalu perbendaharaan itu
akan mengikuti ratunya. Sai
Baba mampu menciptakan
patung emas, kalung emas, injil
mini dan berbagai bentuk
medalai berlafadz ALLAH dalam
sekejap.
14. Dajjal akan membunuh
seseorang dan
menghidupkannya kembali. Sai
Baba bisa menghidupkan orang
yang sudah meninggal dunia.
15. Dajjal bi sa berpindah raga
dan tempat dari satu bentuk ke
bentuk lainnya. Sai Baba bisa
berpindah dari satu jasad ke
jasad lainnya yang merupakan
benruk reinkarnasi dirinya.
16. Dajjal bisa membesarkan
tubuhnya. Sai Baba memliki
kemampuan berjalan di udara
dan membuat kemukjizatan
pada sebuh pesawat terbang.
17. Dajjal biasa keluar masuk
pasar dan makanan. Sai Baba
juga manusia biasa yang makan
dan minum sebagaimana
manusia lainnya, ia juga bisa
berjalan ke pasar, rumah sakit,
proyek irigasi dan tempat lain
yang biasa dikunjungi manusia.
18. Dajjal bisa memerintahkan
bumi untuk mengeluarkan
tumbuh2an dan air. Sai baba
bisa mengeluarkan air dengan
hentakan kakinya.
19. Dajjal tidak memliki anak. Sai
Baba mandul, ia tidak beranak
dan tidak berkeluarga (tidak
menikah).
20. Dajjal memimpin orang
yahudi. Sai Baba memiliki misi
menyebarkan teologi zionis.
21. Dajjal muncul di zaman
pertikaian. Sai Baba mengklaim
bahwa ia datang dari masa
banyak pertikaian dan
persengketaan, dan
kedatangannya untuk
menegakkan kebenaran dan
membinasakan kejahatan wahai
kaum muslimin, apa lagi yang
kita tunggu,marilah segera kita
kembali kepada Allah dan
rasulnya.
Kiranya ada 21 ciri dajjal yang
dimiliki oleh seorang bernama
Sai Baba ini yang mengklain
dirinya Tuhan Semesta Alam.
Dengan melihat kemampuan
supranatural yang dimiliki dajjal
ini, orang awam dan orang
modern yang lemah imannya
akan tentu saja terpengarah
dengan decak kagum. Kekuatan
supranatural Sai Baba yang
kemudian mengklain dirinya
sebagai Tuhan Semesta Alam,
Jika dibandingkan dengan
Rasulullah SAW saja tidak
seberapa. Bukankah semua
kekuatan yang sai baba miliki
hanyalah sebagian dari
kelebihan yang dikandung-
terangkan dalam Al Quran,
sedangkan Al Quran itu sendiri
adalah mukjijat pemberian Allah
kepada Rasulullah Muhammad
SAW sebagai nabi akhir zaman.
Sekiranya Rasul berkemauan,
bisa saja Beliau
mendemonstrasikan kekuatan
seperti ini. So, Berhati-hatilah,
initilah tipu muslihat yang
nyata, oleh karenanya, sebagai
muslim seharusnya selalu
memohon perlindungan Allah
SWT bukan pada yang lain
"Jika salah seorang diantara
kalian telah menyelesaikan
bacaan tasyahhud akhirnya,
hendaklah ia meminta
perlindungan kepada Allah dari
empat hal. Hendaknya ia
berkata : 'Ya Allah, aku
memohon perlindungan pada
Mu dari siksa Neraka Jahannam,
adzab kubur, fitnah (cobaan)
hidup dan mati serta
dari keburukan fitnah Dajjal."

Mengetahui masa subur wanita

Menghitung Masa Subur Dengan Siklus Haid Pantang Berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender merupakan salah satu cara/ metode kontrasepsi sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan sanggama pada masa subur. Metode ini efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan sistem kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap kehamilannya. Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini cara mengetahui dan menghitung masa subur : Bila siklus haid teratur (28 hari) : Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid Contoh : Seorang isteri mendapat haid mulai tanggal 9 Januari. Tanggal 9 Januari ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 januari dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Januari. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Januari hingga tanggal 24 Januari. Pada tanggal-tanggal tersebut suami isteri tidak boleh bersanggama. Jika ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus (bisa dilihat di artikel tentang sanggama terputus). Bila siklus haid tidak teratur : Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya. Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur. RUmus Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18 Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang - 11 Contoh : Seorang isteri mendapat haid dengan keadaan : siklus terpendek 26 hari dan siklus terpanjang 32 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya) Perhitungannya : 26-18 = 8 dan 32 –11 = 21. jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-8 sampai ke 21 dari hari pertama haid. Pada masa ini suami isteri tidak boleh bersanggama. Jila ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus. Kontrasepsi dengan menggunakan sistem kalender dapat menghindari risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. Bagi keluarga yang kesulitan untuk mendapatkan alat kontrasepsi sangat cocok untuk menggunakan metode kontrasepsi ini selain tidak memerlukan biaya juga tidak perlu mencari tempat pelayanan kontrasepsi. Menggunakan sistem kalender perlu kerjasama yang baik antara suami istri karena metode ini perlu kemauan dan disiplin pasangan dalam menjalankannya. Masa berpantang yang cukup lama akan mengakibatkan pasangan tidak bisa menanti sehingga melakukan hubungan pada waktu masih berpantang. Tapi bukan masalah bila saja pasangan membiasakan menggunakan kondom pada saat subur. Sumber : pikas.bkkbn.go.id/gemapria/ article-detail.php?artid=30

Sunday, September 5, 2010

Cikal bakal siliwangi

Sri Baduga Maharaja (Ratu Jayadewata) mengawali pemerintahan zaman Pajajaran, yang memerintah selama 39 tahun ( 1482-1521). Pada masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya. Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika Jayadewata menerima tahta Kerajaan Galuh dari ayahnya (Prabu Dewa Niskala) yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewapranata. Yang kedua ketika ia menerima tahta Kerajaan Sunda dari mertuanya, Susuktunggal. Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Sunda- Galuh dan dinobatkan dengar gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Jadi sekali lagi dan untuk terakhir kalinya, setelah "sepi" selama 149 tahun, Jawa Barat kembali menyaksikan iring-iringan rombongan raja yang berpindah tempat dari timur ke barat. Untuk menuliskan situasi kepindahan keluarga kerajaan dapat dilihat pada Pindahnya Ratu Pajajaran Prabu Siliwangi Di Jawa Barat Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Nama Siliwangi sudah tercatat dalam Kropak 630 sebagai lakon pantun. Naskah itu ditulis tahun 1518 ketika Sri Baduga masih hidup. Lakon Prabu Siliwangi dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan. Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang sama besarnya dengan Wastu Kancana (kakeknya) alias Prabu Wangi (menurut pandangan para pujangga Sunda). Menurut tradisi lama. orang segan atau tidak boleh menyebut gelar raja yang sesungguhnya, maka juru pantun mempopulerkan sebutan Siliwangi. Dengan nama itulah ia dikenal dalam literatur Sunda. Wangsakerta pun mengungkapkan bahwa Siliwangi bukan nama pribadi, ia menulis: "Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira". Indonesia: Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya. Biografi Masa muda Waktu mudanya Sri Baduga terkenal sebagai kesatria pemberani dan tangkas bahkan satu-satunya yang pernah mengalahkan Ratu Japura (Amuk Murugul) waktu bersaing memperbutkan Subanglarang (istri kedua Prabu Siliwangi yang beragama Islam). Dalam berbagai hal, orang sezamannya teringat kepada kebesaran mendiang buyutnya (Prabu Maharaja Lingga Buana) yang gugur di Bubat yang digelari Prabu Wangi. Tentang hal itu, Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/2 mengungkapkan bahwa orang Sunda menganggap Sri Baduga sebagai pengganti Prabu Wangi, sebagai silih yang telah hilang. Naskahnya berisi sebagai berikut (artinya saja): "Di medan perang Bubat ia banyak membinasakan musuhnya karena Prabu Maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya diperintah dan dijajah orang lain. Ia berani menghadapi pasukan besar Majapahit yang dipimpin oleh sang Patih Gajah Mada yang jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena itu, ia bersama semua pengiringnya gugur tidak tersisa. Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Jawa Barat. Kemashurannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran Sang Prabu Maharaja membangkitkan (rasa bangga kepada) keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Jawa Barat. Oleh karena itu nama Prabu Maharaja mewangi. Selanjutnya ia di sebut Prabu Wangi. Dan keturunannya lalu disebut dengan nama Prabu Siliwangi. Demikianlah menurut penuturan orang Sunda". Perang Bubat Kesenjangan antara pendapat orang Sunda dengan kenyataan sejarah seperti yang diungkapkan di atas mudah dijajagi. Pangeran Wangsakerta, penanggung jawab penyusunan Sejarah Nusantara, menganggap bahwa tokoh Prabu Wangi adalah Maharaja Linggabuana yang gugur di Bubat, sedangkan penggantinya ("silih"nya) bukan Sri Baduga melainkan Wastu Kancana (kakek Sri Baduga, yang menurut naskah Wastu Kancana disebut juga Prabu Wangisutah). Nah, orang Sunda tidak memperhatikan perbedaan ini sehingga menganggap Prabu Siliwangi sebagai putera Wastu Kancana (Prabu Anggalarang). Tetapi dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahwa Niskala Wastu Kancana itu adalah "seuweu" Prabu Wangi. Mengapa Dewa Niskala (ayah Sri Baduga) dilewat? Ini disebabkan Dewa Niskala hanya menjadi penguasa Galuh. Dalam hubungan ini tokoh Sri Baduga memang penerus "langsung" dari Wastu Kancana. Menurut Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara II/4, ayah dan mertua Sri Baduga (Dewa Niskala dan Susuktunggal) hanya bergelar Prabu, sedangkan Jayadewata bergelar Maharaja (sama seperti kakeknya Wastu Kancana sebagai penguasa Sunda-Galuh). Dengan demikian, seperti diutarakan Amir Sutaarga (1965), Sri Baduga itu dianggap sebagai "silih" (pengganti) Prabu Wangi Wastu Kancana (oleh Pangeran Wangsakerta disebut Prabu Wangisutah). "Silih" dalam pengertian kekuasaan ini oleh para pujangga babad yang kemudian ditanggapi sebagai pergantian generasi langsung dari ayah kepada anak sehingga Prabu Siliwangi dianggap putera Wastu Kancana. Kebijakan dalam kehidupan sosial Tindakan pertama yang diambil oleh Sri Baduga setelah resmi dinobatkan jadi raja adalah menunaikan amanat dari kakeknya (Wastu Kancana) yang disampaikan melalui ayahnya (Ningrat Kancana) ketika ia masih menjadi mangkubumi di Kawali. Isi pesan ini bisa ditemukan pada salah satu prasasti peninggalan Sri Baduga di Kebantenan. Isinya sebagai berikut (artinya saja): Semoga selamat. Ini tanda peringatan bagi Rahyang Niskala Wastu Kancana. Turun kepada Rahyang Ningrat Kancana, maka selanjutnya kepada Susuhunan sekarang di Pakuan Pajajaran. Harus menitipkan ibukota di Jayagiri dan ibukota di Sunda Sembawa. Semoga ada yang mengurusnya. Jangan memberatkannya dengan "dasa", "calagra", "kapas timbang", dan "pare dongdang". Maka diperintahkan kepada para petugas muara agar jangan memungut bea. Karena merekalah yang selalu berbakti dan membaktikan diri kepada ajaran-ajaran. Merekalah yang tegas mengamalkan peraturan dewa. Dengan tegas di sini disebut "dayeuhan" (ibukota) di Jayagiri dan Sunda Sembawa. Penduduk kedua dayeuh ini dibebaskan dari 4 macam pajak, yaitu "dasa" (pajak tenaga perorangan), "calagra" (pajak tenaga kolektif), "kapas timbang" (kapas 10 pikul) dan "pare dondang" (padi 1 gotongan). Dalam kropak 630, urutan pajak tersebut adalah dasa, calagra, "upeti", "panggeureus reuma". Dalam koropak 406 disebutkan bahwa dari daerah Kandang Wesi (sekarang Bungbulang, Garut) harus membawa "kapas sapuluh carangka" (10 carangka = 10 pikul = 1 timbang atau menurut Coolsma, 1 caeng timbang) sebagai upeti ke Pakuan tiap tahun. Kapas termasuk upeti. Jadi tidak dikenakan kepada rakyat secara perorangan, melainkan kepada penguasa setempat. "Pare dondang" disebut "panggeres reuma". Panggeres adalah hasil lebih atau hasil cuma-cuma tanpa usaha. Reuma adalah bekas ladang. Jadi, padi yang tumbuh terlambat (turiang) di bekas ladang setelah dipanen dan kemudian ditinggalkan karena petani membuka ladang baru, menjadi hak raja atau penguasa setempat (tohaan). Dongdang adalah alat pikul seperti "tempat tidur" persegi empat yang diberi tali atau tangkai berlubang untuk memasukan pikulan. Dondang harus selalu digotong. Karena bertali atau bertangkai, waktu digotong selalu berayun sehingga disebut "dondang" (berayun). Dondang pun khusus dipakai untuk membawa barang antaran pada selamatan atau arak-arakan. Oleh karena itu, "pare dongdang" atau "penggeres reuma" ini lebih bersifat barang antaran. Pajak yang benar-benar hanyalah pajak tenaga dalam bentuk "dasa" dan "calagra" (Di Majapahit disebut "walaghara = pasukan kerja bakti). Tugas- tugas yang harus dilaksanakan untuk kepentingan raja diantaranya : menangkap ikan, berburu, memelihara saluran air (ngikis), bekerja di ladang atau di "serang ageung" (ladang kerajaan yang hasil padinya di peruntukkan bagi upacara resmi). Dalam kropak 630 disebutkan "wwang tani bakti di wado" (petani tunduk kepada wado). Wado atau wadwa ialah prajurit kerajaan yang memimpin calagara. Sistem dasa dan calagara ini terus berlanjut setelah zaman kerajaan. Belanda yang di negaranya tidak mengenal sistem semacam ini memanfaatkanna untuk "rodi". Bentuk dasa diubah menjadi "Heerendiensten" (bekerja di tanah milik penguasa atau pembesar). Calagara diubah menjadi "Algemeenediensten" (dinas umum) atau "Campongdiesnten" (dinas Kampung) yang menyangkut kepentingan umum, seperti pemeliharaan saluran air, jalan, rumah jada dan keamanan. Jenis pertama dilakukan tanpa imbalan apa-apa, sedangkan jenis kedua dilakuan dengan imbalan dan makan. "Preangerstelsel" dan "Cultuurstelsel" yang keduanya berupa sistem tanam paksa memanfaatkan tradisi pajak tenaga ini. Dalam akhir abad ke-19 bentuknya berubah menjadi "lakon gawe" dan berlaku untuk tingkat desa. Karena bersifat pajak, ada sangsi untuk mereka yang melalaikannya. Dari sinilah orang Sunda mempunyai peribahasa "puraga tamba kadengda" (bekerja sekedar untuk menghindari hukuman atau dendaan). Bentuk dasa pada dasarnya tetap berlangsung. Di desa ada kewajiban "gebagan" yaitu bekerja di sawah bengkok dan ti tingkat kabupaten bekerja untuk menggarap tanah para pembesar setempat. Jadi "gotong royong tradisional berupa bekerja untuk kepentingan umum atas perintah kepala desa", menurut sejarahnya bukanlah gotong royong. Memang tradisional, tetapi ide dasarnya adalah pajak dalam bentuk tenaga. Dalam Pustaka Jawadwipa disebut karyabhakti dan sudah dikenal pada masa Tarumanagara dalam abad ke-5. Piagam-piagam Sri Baduga lainnya berupa "piteket" karena langsung merupakan perintahnya. Isinya tidak hanya pembebasan pajak tetapi juga penetapan batas-batas "kabuyutan" di Sunda Sembawa dan Gunung Samaya yang dinyatakan sebagai "lurah kwikuan" yang disebut juga desa perdikan, desa bebas pajak. Peristiwa-peristiwa di masa pemerintahannya Beberapa peristiwa menurut sumber-sumber sejarah: Carita Parahiyangan Dalam sumber sejarah ini, pemerintahan Sri Baduga dilukiskan demikian : "Purbatisi purbajati, mana mo kadatangan ku musuh ganal musuh alit. Suka kreta tang lor kidul kulon wetan kena kreta rasa. Tan kreta ja lakibi dina urang reya, ja loba di sanghiyang siksa". (Ajaran dari leluhur dijunjung tinggi sehingga tidak akan kedatangan musuh, baik berupa laskar maupun penyakit batin. Senang sejahtera di utara, barat dan timur. Yang tidak merasa sejahtera hanyalah rumah tangga orang banyak yang serakah akan ajaran agama). Dari Naskah ini dapat diketahui, bahwa pada saat itu telah banyak Rakyat Pajajaran yang beralih agama (Islam) dengan meninggalkan agama lama. Pustaka Nagara Kretabhumi parwa I sarga 2. Naskah ini menceritakan, bahwa pada tanggal 12 bagian terang bulan Caitra tahun 1404 Saka, Syarif Hidayat menghentikan pengiriman upeti yang seharusnya di bawa setiap tahun ke Pakuan Pajajaran. [Syarif Hidayat masih cucu Sri Baduga dari Lara Santang. Ia dijadikan raja oleh uanya (Pangeran Cakrabuana) dan menjadi raja merdeka di Pajajaran di Bumi Sunda (Jawa Barat)] Ketika itu Sri Baduga baru saja menempati istana Sang Bhima (sebelumnya di Surawisesa). Kemudian diberitakan, bahwa pasukan Angkatan Laut Demak yang kuat berada di Pelabuhan Cirebon untuk menjada kemungkinan datangnya serangan Pajajaran. Tumenggung Jagabaya beserta 60 anggota pasukannya yang dikirimkan dari Pakuan ke Cirebon, tidak mengetahui kehadiran pasukan Demak di sana. Jagabaya tak berdaya menghadapi pasukan gabungan Cirebon-Demak yang jumlahnya sangat besar. Setelah berunding, akhirnya Jagabaya menghamba dan masuk Islam. Peristiwa itu membangkitkan kemarahan Sri Baduga. Pasukan besar segera disiapkan untuk menyerang Cirebon. Akan tetapi pengiriman pasukan itu dapat dicegah oleh Purohita (pendeta tertinggi) keraton Ki Purwa Galih. [Cirebon adalah daerah warisan Cakrabuana (Walangsungsang) dari mertuanya (Ki Danusela) dan daerah sekitarnya diwarisi dari kakeknya Ki Gedeng Tapa (Ayah Subanglarang). Cakrabuana sendiri dinobatkan oleh Sri Baduga (sebelum menjadi Susuhunan) sebagai penguasa Cirebon dengan gelar Sri Mangana. Karena Syarif Hidayat dinobatkan oleh Cakrabuana dan juga masih cucu Sri Baduga, maka alasan pembatalan penyerangan itu bisa diterima oleh penguasa Pajajaran]. Demikianlah situasi yang dihadapi Sri Baduga pada awal masa pemerintahannya. Dapat dimaklumi kenapa ia mencurahkan perhatian kepada pembinaan agama, pembuatan parit pertahanan, memperkuat angkatan perang, membuat jalan dan menyusun PAGELARAN (formasi tempur). [Pajajaran adalah negara yang kuat di darat, tetapi lemah di laut. Menurut sumber Portugis, di seluruh kerajaan, Pajajaran memiliki kira-kira 100.000 prajurit. Raja sendiri memiliki pasukan gajah sebanyak 40 ekor. Di laut, Pajajaran hanya memiliki enam buah Kapal Jung 150 ton dan beberaa lankaras (?) untuk kepentingan perdagangan antar-pulaunya (saat itu perdagangan kuda jenis Pariaman mencapai 4000 ekor/ tahun)]. Keadaan makin tegang ketika hubungan Demak-Cirebon makin dikukuhkan dengan perkawinan putera-puteri dari kedua belah pihak. Ada empat pasangan yang dijodohkan, yaitu : 1. Pangeran Hasanudin dengan Ratu Ayu Kirana (Purnamasidi). 2. Ratu Ayu dengan Pangeran Sabrang Lor. 3. Pangeran Jayakelana dengan Ratu Pembayun. 4. Pangeran Bratakelana dengan Ratu Ayu Wulan (Ratu Nyawa). Perkawinan Pangeran Sabrang Lor alias Yunus Abdul Kadir dengan Ratu Ayu terjadi 1511. Sebagai Senapati Sarjawala, panglima angkatan laut, Kerajaan Demak, Sabrang Lor untuk sementara berada di Cirebon. Persekutuan Cirebon-Demak inilah yang sangat mencemaskan Sri Baduga di Pakuan. Tahun 1512, ia mengutus putera mahkota Surawisesa menghubungi Panglima Portugis Alfonso d'Albuquerque di Malaka (ketika itu baru saja gagal merebut Pelabuhan Pasai atau Samudra Pasai). Sebaliknya upaya Pajajaran ini telah pula meresahkan pihak Demak. Pangeran Cakrabuana dan Susuhunan Jati (Syarif Hidayat) tetap menghormati Sri Baduga karena masing-masing sebagai ayah dan kakek. Oleh karena itu permusuhan antara Pajajaran dengan Cirebon tidak berkembang ke arah ketegangan yang melumpuhkan sektor-sektor pemerintahan. Sri Baduga hanya tidak senang hubungan Cirebon-Demak yang terlalu akrab, bukan terhadap Kerajaan Cirebon. Terhadap Islam, ia sendiri tidak membencinya karena salah seorang permaisurinya, Subanglarang, adalah seorang muslimah dan ketiga anaknya -- Walangsungsang alias Cakrabuana, Lara Santang, dan Raja Sangara -- diizinkan sejak kecil mengikuti agama ibunya (Islam). Karena permusuhan tidak berlanjut ke arah pertumpahan darah, maka masing masing pihak dapat mengembangkan keadaan dalam negerinya. Demikianlah pemerintahan Sri Baduga dilukiskan sebagai zaman kesejahteraan (Carita Parahiyangan). Tome Pires ikut mencatat kemajuan zaman Sri Baduga dengan komentar "The Kingdom of Sunda is justly governed; they are true men" (Kerajaan Sunda diperintah dengan adil; mereka adalah orang-orang jujur). Juga diberitakan kegiatan perdagangan Sunda dengan Malaka sampai ke kepulauan Maladewa (Maladiven). Jumlah merica bisa mencapai 1000 bahar (1 bahar = 3 pikul) setahun, bahkan hasil tammarin (asem) dikatakannya cukup untuk mengisi muatan 1000 kapal. Naskah Kitab Waruga Jagat dari Sumedang dan Pancakaki Masalah karuhun Kabeh dari Ciamis yang ditulis dalam abad ke-18 dalam bahasa Jawa dan huruf Arab-pegon masih menyebut masa pemerintahan Sri Baduga ini dengan masa gemuh Pakuan (kemakmuran Pakuan) sehingga tak mengherankan bila hanya Sri Baduga yang kemudian diabadikan kebesarannya oleh raja penggantinya dalam zaman Pajajaran. Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi yang dalam Prasasti Tembaga Kebantenan disebut Susuhuna di Pakuan Pajajaran, memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521). Ia disebut secara anumerta Sang Lumahing (Sang Mokteng) Rancamaya karena ia dipusarakan di Rancamaya.

Teka teki místik syeh siti jenar

Bukan Mistik Kejawen Sesat Setuju atau tidak, kehadiran mistik Syekh Siti Jenar telah mewarnai kehidupan mistik Kejawen. Mistik ini memang unik dan banyak menimbulkan kontro versi. Terlebih lagi, ketika Syekh Siti Jenar berbicara tentang Tuhan dan kematian, mungkin dapat mengundang kebencian. Namun, sebagai sebuah wacana kultur mistik kejawen hal ini pun patut diketahui. Ada yang berpendapat bahwa ajarannya termasuk golongan keras, bukan lembut dan sejuk. Dia lebih banyak menyampaikan mistik tajam, bukan lembut. Berbicara tentang Syekh Siti Jenar dalam konteks mistik memang sering diperdebatkan. Setidaknya, banyak pihak selalu meneror bahwa dia penganut ajaran sesat. Dia menyimpang dari petuah wali. Sementara itu, ada juga yang masih angkat topi terhadap paham mistik dia. Paling tidak, yang setuju ini akan berkilah bahwa Syekh Siti Jenar bukan penganut mistik yang sesat. Jika ada yang mengatakan demikian, berarti pemahaman mistiknya masih sepotong-potong. Memang, belakangan sempat muncul dua versi kematian Syekh Siti Jenar – yang mengimplikasikan dia berada di pihak yang salah atau benar. Pertama, di kalangan pesantren selalu ditekankan bahwa kematian Syekh Siti Jenar dihukum pancung. Alasan hukuman adalah ajaran dia yang dianggap menyesatkan masyarakat. Kedua, seperti yang pernah dikisahkan Abdul Munir Mulkan dalam bukunya Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar (2002) dan Achmad Chodjim dalam bukunya Syekh Siti Jenar, Makna Kematian (2002) - dia mati karena memilih kematiannya sendiri. Proses semacam itu, senada pula dengan kematian pujangga besar Jawa R. Ng. Ranggawarsita – di satu pihak ada yang mengisahkan dia mati terbunuh dan di lain pihak di mati karena mimilih jalan kematiannya. Bagi pemerhati mistik kejawen, yang penting bukan pada masalah ajaran Syekh Siti Jenar sesat atau tidak, melainkan perlu dipahami – mengapa Siti Jenar memandang dunia se- bagai “alam kematian”. Sedangkan para Wali Sanga tidak demikian halnya. Inilah tesis mistis Siti Jener yang luar biasa di zamannya. Karena, dia justru telah jenius memikirkan hidup sebagai hakikat. Dia super cerdas dan lebih berpikir tasawuf atau mistis ketimbang berpikir yang lugas. Mari kita renungkan ajarannya tentang hidup dan kehidupan secara mistis. Dia berpendapat bahwa hidup yang selalu sedih, sengsara, kebingungan, dan sejenisnya adalah penjara. Ini bukan hidup di alam kehidupan, melainkan hidup di alam “kematian”. Manusia yang demikian sedang terpuruk dalam kematian hidup. Manusia yang terdegradasi nilai, yang curang, yang keras, yang korup, dan sebagainya adalah manusia yang telah mati menurut Siti Jenar. Jika demikian, berarti dunia ini telah dipenuhi berjuta- juta mayat yang kotor, bangaki yang amis, dan struktur kehidupan yang mati tak karuan pula. Tak sedikit mayat yang kejar-kejaran mengais rejeki yang haram. Tak sedikit pula mayat yang berebut kedudukan. Apakah asumsi mistis semacam ini sesat??? Dia berpendapat bahwa di era kematian ini, manusia terikat oleh pancaindera. Kondisi ini bukan eksistensi yang sesungguhnya. Hidup nyata baru akan ditemukan setelah mati. Di sana keadaan terang benderang, dan semua hal yang mengandung kebaruan. Manusia tak lagi harus didampingi siapa-siapa. Manusia akan hidup mandiri. Siti Jenar berpandangan bahwa hidup setelah mati lebih indah dan lebih segalanya. Karena itu, dia rindu kematian. Dia sangat rindu terhadap alam real ketika dia belum jatuh ke kematian. Dia ingin kembali dalam keadaan suci atau semula, ketika belum kotor. Untuk itu, Siti Jenar mengajarkan bahwa hidup manusia akan mengalami proses mistis. Ajaran dia, tersimpul ke dalam lima pokok wejangan, yaitu : 1. Ajaran asal-usul kehidupan atau Sangkan Paraning Dumadi, 2. Ajaran tentang pintu kehidupan, 3. Ajaran tentang tempat manusia esok hari yang kekal dan abadi, 4. Ajaran alam kematian yang sedang dijalani manusia sekarang, 5. Ajarang tentang Yang Maha Luhur yang menjadikan bumi dan angkasa. Kalau demikan, apakah ajaran dia memang gelap? Tidak. Dari lima jalan kehidupan yang dia ajarkan, jelas positif. Yang menjadi masalah, mengapa dia selalu mendapat “cap merah” ketika itu? Mengapa konteks ajaran demikian membuat wali sanga marah? Pasalnya, ajaran Syekh Siti Jenar yang demikian dianggap tak sejalan dengan ajaran wali. Kiranya, semua itu yang keliru adalah penerapan mistik Siti Jenar yang disalah artikan. Tak sedikit memang orang yang menerima wejangan dia, lalu berbuat onar, bernuat jelek, bunuh diri, dan seterusnya. Pendek kata, tak sedikit di antara mereka yang segera ingin mati, karena hidup di kelak kemudian hari justru lebih sempurna. Kalau begitu, yang keliru adalah cara menjalani ajaran Siti Jenar, bukan ajaran itu sendiri. Cinta mati kan sebenarnya bagus, tetapi jika mereka segera ingin mati dengan jalan tak wajar, ini yang salah. Padahal, sejauh pemahaman saya, Siti Jenar tak mengajarkan orang harus bunuh diri, ini masalahnya. Guru Mistik Sejati Syekh Siti Jenar sesungguhnya tergolong guru midtik yang brilian. Dia guru mistik sejati yang tahu berbagai hal. Dia juga dikenal sebagai guru sekaligus wali yang menyebarkan Islam Jawa di tanah Jawa secara kontekstual. Dasar penyampaian ajarannya adalah realita, karenanya dalam berbagai hal ada yang disesuaikan dengan kondisi Jawa. Karena itu, ketika Ki Ageng Pengging tidak mau sowan ke Demak Bintara sebagai pembangkangan atas ajaran Siti Jenar, peristiwa ini masih perlu ditinjau lagi. Bukankah di dalam karya berjudul Syekh Siti Jenar itu, Ki Ageng Tingkir juga telah mengingatkan secara politis terhadap tindakan Ki Ageng Pengging?? Dalam kaitan itu, Ki Ageng Pengging memang menjadi manusia bebas. Ia hidup di bumi Tuhan, bukan bumi Demak. Paham semacan ini, kalau dipahami secara politis tentu akan keliru. Paham ini perlu diterjemahkan dari aspek mistis bahwa hakikat hidup memang kebebasan itu. Manusia bebas hidup di mana saja. Manusia bebas menentukan apa saja, sejauh dalam kerangka Tuhan. Kalau begitu apakah pandangan Ki Ageng Pengging atau Ki Kebokenanga itu salah? Tokoh yang semula tergores mistis dalam syair Semut Ireng lalu ada baris berbunyi : kebo bongkang nyabrang kali Bengawan (kerbau besar yaitu Kebokenangan yang menyeberang ke sebelah barat Majapahit), sebenarnya mulia. Dia pernah lari dari Majapahit, karena tak mau mengikuti ajaran yang disampaikan Sabdopalon dan Nayagenggong. Itulah sebabnya, dengan mengikuti paham Siti Jenar, Ki Kebokenanga tidak taku menghadapi resiko hidup. Hidup bagi dia adalah pilihan. Kematian bagi dia bukan hal yang sengsara, andaikata harus menerima hukuman mati. Bahkan menurut dia, takdir baginya sulit ditunda. Bagi dia, yang selalu dikendalikan Yang Maha Kuasa. Biarpun utusan Demak datang, dia tidak takut menhadapi bahaya. Karena, di situlah dia berjuang untuk hidup. Dalam perjuangan itu, jika selesai tugas kejiwaannya akan segera kembali ke alam aning anung yaitu alam bahagia, tentram, abadi. Yang menarik lagi dari pandangan dia adalah persoalan belajar (berbudaya). Jika hewan berdasarkan insting, manusia Jawa mengikuti guru. Dalam pandangan Islam Jawa, setidaknya ada empat macam guru : 1. Guru Ujud, yaitu seorang guru biasa, seperti guru di sekolah, guru mengaji, dsb. 2. Guru Pituduh, yaitu guru yang bertugas memberi petunjuk kepada murid- muridnya. 3. Guru Sejati, yaitu guru yang memahami hakikat hidup. Guru ini akan mengajarkan bagaimana menempuh jalan kematian, kesempurnaan, kelepasan. 4. Guru Purwa, yaitu guru yang tertinggi. Ia ibarat manifestasi Tuhan. Dia mengetahui kodrat dan iradatnya. Tampaknya, Syekh Siti Jenar meletakkan dirinya pada guru sejati dan guru purwa. Hal ini tampak pada pembahasan tentang kematian dia. Masalah proses dan makna kematian, digambarkan dari aspek psikologi Islam Jawa. Proses kematian dan maknanya ditinjau dari aspek kehidupan kejiwaan (psikologi Jawa), manusia harus melepaskan nafs (napas), napas adalah batin (rasa) yang keluar masuk dalam raga. Nafs terdiri dari tujuh tataran kejiwaan, yaitu : jiwa al amarah, jiwa lawwa-mah, jiwa mulhamah, jiwa mutmainah, jiwa spiritual, jiwa lubbi-yyah (kosmik), dan jiwa rahsa (nirwana). Jiwa al-amarah yang berfungsi mengoperasikan organ tubuh, tak sekedar membuat orang marah. Jiwa lawwamah, yaitu jiwa yang letaknya lebih dalam lagi, lebih halus, yang ketika orang tidur akan menciptakan mimpi yang menembus ruang dan waktu. Jiwa mulhamah yaitu batin manusia yang menyebabkan mereka dapat menerima petunjuk Tuhan. Jiwa mutmainah, yaitu batin manusia yang tenang. Jika ini diaktifkan manusia Jawa akan mampu melihat apa yang disebut clairvoyance, yaitu obyek atau peristiwa di luar fisik (metafisik). Namun, jiwa ini masih bersifat semu, misalkan kenikmatan seksual, misalkan suami impoten atau isteri figrid nyatanya tak diperoleh kenikmatan. Berarti masih lahiriah atau batin semu. Jiwa spiritual, yaitu batin manusia yang mampu melakukan kontak dengan alam gaib. Dalam masyarakat Jawa, tradisi semacam ini dinamakan alam supena, alam mimpi yang mempengaruhi jiwa manusia mampu menerawang terhadap kejadian mendatang. Batin ini ke arah futuristik atau jangka (ramalan), orang Jawa menyebut ngerti sadurunge winarah. Artinya mengetahui yang bakal terjadi. Misalkan lagi, gerak pikiran (batin) merasa nikmat secara otomatis. Ketika kita harus menganggukkan kepala, menyembah, melambaikan tangan pada saat berhubungan dengan orang lain, adalah wacana batin spiritual. Jiwa lubbiyyah (kosmik), telah meninggalkan alam pikiran, masuk ke alam intuisi. Kehidupan tak dapat selalu melalui kesadaran panca indera. Misalkan saja ketika orang berdzikir atau pun meditasi, mereka merasa hilang, yang ada hanyalah halusinasi dan ilusi. Dari sini orang akan menerima wisik. Jiwa rahsa (nirwana), yaitu keadaan nafs yang melukiskan bahwa alam ini adalah alam langit, alam murni, penuh ketiadaan (sunyaruri). Begitulah esensi apa yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar, yang kadang-kadang merasakan ketiadaan Tuhan, dan yang ada adalah ingsun (aku). Tapi pada baik lain, dia juga mengakui adanya Tuhan, misalkan kutipan berikut : Syekh Lemahbang darmastuteng karsa / sumarah ing Hyang dhawuhe. Kata Hyang yang merupakan bukti sinkretisme dengan ajaran Hindu, sebenarnya juga menunjukkan bahwa dia percaya kepada Tuhan. Ia pasrah total kepada Tuhan. Pada suatu saat, dia memang meremehkan sarengat dan pada bait lain juga menganggap sarengat itu penting dan seterusnya. Tegasnya, ajaran Syekh Siti Jenar masih merupakan teka-teki. Kemungkinan adanya rekayasa kultural dan politisasi ajaran juga sangat mungkin. Maka, pemahaman menyeluruh ajaran dia memang perlu, guna menyelami hakikat Islam Jawa. Tampaknya, bagi dia ajaran memang diramu dengan mistik kejawen. Jika ajaran ini dipahami sepenggal, maka orang awam akan menyatakan dia musyrik. Padahal, bagi dia hidup adalah proses untuk menemukan “ananeng, ananing, uninung, uninang”. Artinya, hidup untuk mencari kejernihan batin. Hidup untuk mencari dunung (tujuan). Tujuan hidup akan tercapai melalui sangkan paraning dumadi. Ini paham Islam Jawa yang selalu menjadi misterius. Sumber: Dikutip dari Buku Mistik Kejawen oleh Suwardi Endraswara. aak,2010 Ditulis oleh Mas Kumitir

Wejangan syeh Amongraja

WEJANGAN SYEKH AMONGRAGA KEPADA NIKEN TAMBANGRARAS (MANUNGGALING KAWULO KELAWAN GUSTI DALAM SERAT CENTHINI) September 4, 2010 3:16 pm Ini adalah bagian dari Serat Centhini yang membahas tentang tahap-tahap perjalanan seseorang saat mengalami ekstase. Yaitu sebuah kondisi spiritual saat seseorang mengalami “penyatuan” dengan Dzat-NYA atau manunggaling kawulo kelawan Gusti. Serat Centhini, kita tahu, adalah babon serat-serat Jawa yang terdiri dari 12 jilid dan bila dikumpulkan mencapai 6000 halaman lebih. Semoga pembaca mendapatkan secuil manfaat dari terjemahan ini. Rahayu. (Mas Kumitir). Syekh Amongraga memberikan wejangan kepada istrinya yang bernama bernama Niken Tambangraras selama 40 hari/ malam, baik yang berkenaan dengan makna hidup dan bagaimana cara manusia mendapatkan makrifat kepada Tuhan Dzat Yang Maha Besar, maupun yang berkenaan dengan kehidupan keluarga. Berikut bait-bait yang kamu dikutip dari Serat Centhini yang menggambarkan tentang kemanunggalan antara Tuhan dan manusia : 1. Yen nuli / winisik basa sempurna / sareng miarsa Ki Bayi / senggruk-senggruk anangis / tangis cumeplong ing kalbu / manah padang nerawang / ngraos tuwuk tanpa bukti / pangaraose wus ana sangisor aras. “Kemudia ia membisikkan kata-kata sempurna, ketika itu didengar oleh Ki Bayi dia mulai menangis tersedu-sedu, tetapi ia sekaligus ia merasakan suatu kepuasan batin yang besar. Batinnya menjadi terang- benderang, ia merasa kenyang tanpa menyantap sesuatu, ia merasa seolah-olah terangkat ke hadapan tahta Tuhan.” 2. Ambalik sami sekala / kramane mring Amongragi / mehmeh kaya ngabekti / saking tan nyipa kakalih / mung mangsud guru yekti / Ki Bayi aris turipun / rayi dalem kalihnya / sumangga ing kersa sami / ingkang mugi wontenan sih wulang tuan. “Pada saat yang sama sikapnya terhadap Amongraga berubah sama sekali, ia hampir berbakti kepadanya, karena sekarang ia hanya memikirkan satu-satunya ini, aku mendapatkan seorang guru sejati, kemudian dengan suara lembut Ki Bayi berkata, semoga anda berkenan, agar juga kedua adik anda menerima rahmat ajaran anda.” 3. Inggih kang basa punika / Mongraga umatur aris / gih putranta sekalihan / sampun kaula wejangi / ing ratri kala wingi / kalihewus sami suhud / matur alkamdu lilah / kaula dados wuragil / sakelangkung panrima kula satitah. “Yakni kata-kata yang tadi anda sampaikan, Amongraga mejawab, kedua putra Bapak sudah saya berikan ajaran itu tadi malam, keduanya sudah maklum akan kebenaran. Syukur kepada Tuhan, kalau demikian akulah yang bungsu, kata Ki Bayi, saya puas sekalai dengan urutan ini.” 4. Amongraga pan wus wikan / ing dalem papanceneki / Ki Bayi lan putranira / Jayengwesti / beda ganjaraneki / Ki Bayi ganjaranipura / sih kamulyan ing donya / kang putra ganjaraneki / pan cacalon ganjaran mulyeng akerat. “Amongraga tahu, apa yang ditujukan kepada Ki Bayi dan apa yang dituakan kepada kedua putranya, Jayengwesti dan Jayengraga. Ganjaran disediakan kemuliaan dunia ini, bagi kedua anaknya kemuliaan di akhirat.” 5. Kewawa ngelmi makripat / de Ki Bayi panurteki / kahidayat ngelmu sarak / Sarengat utameng urip / Mongraga matur aris / paduka ingkang akasud / tepakur maring Allah / lan tangat kala ning wengi / lawan ngagengena salat perlu kala. “Kedua anak itu mampu menerima ngelmu makrifat, sedangkan kepada Ki Bayi Panurta diberi tuntunan ngelmu sarak (agama menurut hukum), sehingga ia hidup dengan utama. Kemudian Amongraga berkata dengan lirih, tekunlah dalam menjalankan dan lakukanlah olah bakti malam hari, junjunglah sholat yang diwajibkan pada saat-saat tertentu.” 6. Ywa pegat adarus mulang / ing kitan Kur’an amerdi / ing janma pekir kasihan / Ki Bayi nor raga ajrih / ing wulang Amongragi. “Daraskanlah (membaca) ayat-ayat Al-Qur’an, rajinlah dalam mengajarkan Kitab Suci. Berilah sedekah kepada orang- orang miskin. Ki Bayi merendahkan diri ketika ia menerima ajaran Amongraga.” 7. Mongraga denya kasud / sunad wabin nem rekangatipun / tigang salam sawus ing bakda anuli / tangat kiparat tawajuh / kalih salam bakda manggon. “Guna mencapai keadaan ekstasis Amongraga melakukan sholat sunat wabin dengan enam rekaat dan tiga salam (pujian), sesudah itu olah kifarat tawajuh (pemulihan dan terarah kepada Tuhan) dengan dua salam, sesudah itu duduk tidak bergerak.” 8. Amapanaken junun / pasang wirid isbandiahipun / satariah jalalah barjah amupid / pratingkahe timpuh wiung / tyas napas kenceng tan dompo. “Sambil mempersiapkan diri untuk manunggal dengan Tuhan, ia melakukan wirid menurut (tarekat) Isbandiah, Satariah, Jalalah, dan Barjah, terserap olehnya, ia duduk bersimpuh (kakinya terlekuk ke belakang), hati sanubari dan pernapasan dalam keselarasan.” 9. Nulya cul dikiripun / lapal la wujuda ilalahu / kang pinusti dat wajibulwujudi / winih napi isbatipun / pinatut tyas wusa anggatok. “Kemudian ia mengawali dikirnya dengan kata-kata, la wujuda ilalahu (tak ada sesuatu selain Allah), Dat yang niscaya ada, itulah yang menjadi pusat perhatiaannya, dasar penyangkalan dan pengakuan dan dengan itulah hatinya diselaraskan. 10. Angguyer kepala nut / ubed ing napi lan isbatipun / derah ing lam kang akir wit puserneki / tinarik ngeri minduwur / lapal ilaha angengo. “Kepalanya mulai bergerak memutar, silih berganti menyangkal dan mengakui, pada lingkaran lam terakhir kepalanya bergerak dari pusat ke kiri ke atas. Pada ucapan ilalah kepalanya bergerak.” 11. Nganan pundak kang luhut / angleresi lapal ila mengguh / penjajahe kang driya mring napi gaib / ilalah isbat gaibu / ing susu kiwa kang ngisor. “Ke kanan ke atas ke arah bahunya, pada saat ia berkata ila inderanya memasuki penyangkalan tersembunyi, ilalah ialah pengakuan gaib di sebelah kiri dadanya.” 12. Nakirahe wus brukut / lapal la ilaha ilalahu / winot seket kalimah senapas nenggih / senapas malih motipun / ilalah tri atus manggon. “Demikianlah nakirah menjadi paripurna, kata-kata la ilalahu dirasakannya 50 kali dalam suatu pernapasan, kemudian 300 kali ilalah pada pernapasan berikut. Istirahat sebentar.” 13. Anulya lapal hu hu / senapas ladang winotan sewu / pemancade tyas lepas lantaran dikir / kewala mung wrananipun / muni wus tan ana raos. “Lalu hu, hu, 1000 kali dalam satu pernapasan panjang, demikianlah hatinya naik lepas bebas tanpa rintangan, dengan perantara dikir yang fungsinya hanya sebagai sarana. Suara- suara yang dikeluarkannya tak ada arti lagi.” 14. Wus wenang sedayeku / nadyan a a e e i i u u / sepadane sadengah-dengan kang uni / unine puniku suwung / sami lawan orong-orong. “Segalanya diperbolehkan, entah itu aa, ee, ii atau uu atau lain sebagainya, terserah apa saja. Kemudian suara-suara itu tiba-tiba lenyap seperti suara seekor orong-orong (yang tiba- tiba diam seketika).” 15. Ing sanalika ngriku / coplok ing satu lan rimbagipun / dewe-dewe badan budine tan tunggil / nis mikrad suhul panakul / badan lir gelodog. “Pada saat yang sama bata- bata dan bentuk terlepas, artinya badan dan budi masing- masing berdiri sendiri-sendiri, ia lenyap dan mi’raj, terlebur dalam Dat Ilahi, badannya tertinggal bagaikan sebatang glodog.” 16. Tinilar lagya kalbu / yekti ning napi puniku suwung / komplang nyenyed jaman ing mutelak haib / wus tan ana darat laut / padang peteng wus kawios. “Yang ditinggalkan oleh lebah-lebah, kosong. Kalbunya merupakan ketiadaan sejati, kosong sepi. Tiada ada lagi daratan maupun laut, terang dan gelap tiada lagi.” 17. Pan amung ingkang mojud / wahya jatmika jro ning gaibu / pan ing kono suhule dinera mupid / tan pae-pinae jumbuh / nora siji nora roro. “Yang ada hanya indah itulah yang meliputi yang batiniah dan lahiriah di alam gaib. Di sanalah usaha Amongraga untuk mencapai kemanunggalan sampai pada titik penghabisan. Tak ada lagi perbedaan, hanya kesamaan yang sempurna, mereka bukan satu bukan dua lagi.” 18. Wus tarki tanajul / mudun sing wahya jatmika ngriku / aningali tan lawan netranireki / Dat ing Hyang Kang Maha Luhur / patang prekara ing kono. “Sesudah tarakki menyusullah tanazzul, ia turun dari alam lahir dan atin (wahya jatmika), ia memandang lagi tetapi bukan dengan matanya, Dat Yang Maha Luhur, di sana terdapat empat hal.” 19. Sipat jalal gaibu / jamal kamal kahar gaibipun / wusna mijil saking gaib denyaa mupid / wiwit beda jinisipun / Gusti lan kawula reko. “Sifat jalal yang gaib, keindahan, kesempurnaan dan kekuasaan (jamal, kamal dan kahar) yang gaib. Sesudah keluar dari keadaan gaib mulailah perbedaan dua jenis, yaitu Gusti dan kawula.” 20. Dat ing gusti puniku / jalal kamal jamal kahar nengguh / sipat ing kawula pan akadiati / wahdat wakidiatipun / alam arwah adsam mengko. “Adapun hahekat Gusti itu ialah jalal, kamal, jamal adapun sifat-sifat kawula itu ialah ahadiyya, wahda, wahadiyya, alam arwah, alam ajsam.” 21. Misal insan kamilu / beda ning gusti lan kauleku / yekti beda ingriku lawan ingriki / kejaba kang wus linuhung / pramateng kawroh kang wus wroh. “Alam misal dan insan kamil. Perbedaan antara Gusti dan kawula ialah perbedaan antara dua jenis sifat-sifat itu, kecuali bagi manusia yang istimewa (linuhung) yang sudah mengetahui ilmu sejati.” 22. Sawusira aluhut / lir antiga tumiba ing watu / pan kumeprah tyasira lagyat tan sipi / tumitah ing jamanipun / aral ing kula katonton. “Sesudah ektasinya lewat, ia menyerupai sebutir telur yang jatuh di atas sebuah batu, demikian rasa terkejut di dalam hatinya ketika kembali dalam keadaan makhluk dan melihat kembali keterbatasannya selaku seorang hamba (kawula).” 23. Luaran denya suhul / angaringaken senapas landung / mot saklimah La ilaha ilalahi / mulya andodonga sukur. “Sesudah kemanunggalannya dengan Tuhan larut, ia bernafas panjang sambil mengucapkan satu kali syahadat, la ilaha ilalah, kemudian memanjatkan doa syukur.” 24. Yen wus munggah budimulya / Sang Hyang Mahamulya lan mulya ning budi / abeda nora neda / pan wus jumbuh sembah lawan puji / puji amuji ing dawakira / iya dewe nora dewe / tanpa dewe pupus. “Bila budi sudah naik ke tempat yang mulia, maka dalam keadaan mulia itu Yang Mahamulia dan budi berbeda dan tidak berbeda. Sembah dan pujian menjadi serupa. Pujian merupakan pujian terhadap dirinya. Manusia sendiri yang mengalami itu, tetapi juga bukan diri sendiri. Tiada lagi dirinya, hanya itulah yang dapat dikatakan. ” 25. Bakda dikir anuli / adonga sukur Hyang Agung / sawusira dodonga / asujud sumungkem siti / takrub asru tepekurira nelangsa. “Sesudah dikir ia memanjatkan doa syukur kepada Yang Agung, sesudah itu ia bersujud, merebahkan diri ke tanah, dan mendekati Tuhan dengan merasakan kerendahannya.” 26. Rumasa kinarya titah / beda ning kawula gusti / lir lebu kelawan mega / bantala lawan wiati. “Ia menyadari bahwa dia hanya buah ciptaan dan bahwa antara kawula dan Gusti ada perbedaan, seperti antara debu (di tanah) dan awan, atau seperti antara bumi dan ruang angkasa.” Dari beberapa pupuh yang ada dalam Serat Centhini ini, dapat memberikan suatu gambaran bahwa Tuhan dan manusia tidak sama, karena manusia adalah ciptaan Tuhan. Namun manusia bisa mencontoh sifat- sifat Tuhan dan mengingatnya dengan memperbanyak dikir sehingga dapat mengalami kondisi ekstasis, yakni kemanunggalan dengan Dzat Mutlak Tuhan. Akhir Ramadhan, Sidoarjo, 4 September 2010. Alang-alang kumitir. Ditulis oleh Mas Kumitir

Situs purbakala di Karawang

WISATA SEJARAH PURBAKALA DI
KARAWANG

Situs
Candi
Jiwa
adalah
salah
satu dari
17
Situs
di
Areal
Situs
Batujaya, disebut juga Situs
Segeran 2 atau oleh Masyarakat
setempat disebut Hunyur (Unur)
Jiwa. Situs Candi ini berukuran
19 x 19 m dengan ketinggian
4,7 m dari permukaan sawah,
pada bagian atas terdapat
sejumlah bola tersusun
melingkar diperkirakan adalah
tempat Stupa.Situs Candi Jiwa
terbuat dari bata merah, dan
hasil Carbon Dating menunjukan
pada satu sisi menunjukan abad
ke IV dan pada sisi lainnya
menunjukan Abad ke VII Masehi,
masa itu adalah Masa kejayaan
Kerajaan Tarumanegara. Pada
areal ini telah di exavasi pula
Situs Candi Blandongan yang
jaraknya hanya 100 m.
SITUS CANDI BLANDONGAN
Situs Candi Blandongan adalah
Candi dengan struktur pasangan
batu bata, pada Candi ini juga
ditemukan lantai Cor Beton
menurut analisa adalah
campuran batu koral, kapur kulit
kerang dan pasir atras,Candi ini
berukuran 24,6 m x 24,6 m
dengan ketinggian 4,9 m dari
permukaan sawah,di Candi ini
juga ditemukan meterai -
materai dalam keadaan utuh
sebanyak 10 buah dan sejumlah
pecahan.
Hasil Analisa Coedes Meterai-
materai termasuk Typologi 1
yang berkembang pada masa
Dvaravati,adegan menceritakan
Keajaiban Srasvati dari naskah
Diyavadana dari aliran
Sarvasteveda, Aliran dari
Threvada.
Dari hasil perbandingan dengan
Materai-materai yang ada di Asia
Tenggara,ternyata Materai-
materai yang ditemukan di
Candi Blandongan ada
persamaan dengan materai -
materai Kha Ok Dalu Phattalung
di Thailand Selatan,Periode
Dvaravati Abad ke 6-7 Masehi.
Tahun 2001 ditemukan kerang
bersama Fragmen
Perunggu,hasil Analisa Carbon
Datting yaitu Abad ke 2-4
Masehi,dan pada hasil Analisa
batu bata Abad ke 7-10 Masehi,
pada sisi lain menunjukan Abad
ke 12 Masehi,jadi Candi
Blandongan digunakan dari
abad ke 2-12 Masehi,pada Candi
Blandongan inilah membuktikan
bahwa Bangsa Indonesia sudah
mengenal Teknik Pembuatan
Gerabah,Beton Cor sampai ke
Hubungan Luar Negeri dari Abad
ke 2-12 Masehi.Lokasi Situs
Candi Blandongan terletak di
Desa Segaran,Kecamatan
Batujaya 45 km dari Ibu
Kota,Kabupaten Karawang.
TEMUAN PENINGGALAN
PURBAKALA
Lokasi Musium Purbakala,Desa
Segaran,Kecamatan
Batujaya,Kabupaten
Karawang,Jarak : 45 km dari
Pusat Kota Karawang.
SITUS KUTA TANDINGAN
Situs Kuta Tandingan
diperkirakan merupakan
meninggalan Kerajaan kecil
dalam Kekuasaan Kerajaan
Pajajaran,yang bernama
Kerajaan Kuta Tandingan Jaya
yang diperintah oleh Patih
Panatayuda,dibantu oleh Patih
Purnakuta dan Patih
Mangkubumi dengan penasehat
Pamanah Rasa dan Jaksa
Imbang Kencana.
Menjelang keruntuhan Pajajaran
Kerajaan Kuta Tandingan Jaya
melepaskan diri atau
diambil alih oleh tentara
Kesultanan Banten yang
dipimpin oleh Syech Maulana
Yusuf, sebab pada tahun 1626
daerah Udug -udug dijadikan
Markas Tentara Kesultanan
Banten dibawah pimipinan
Pager Gunung atau lebih dikenal
dengan Pangeran Puger, daerah
Udug-udug merupakan tempat
yang strategis untuk
pengawasan lalu lintas perahu
di Sungan Citarum,dari daerah
ini Pasukan Tentara Kesulatanan
Banten menyerang Sumedang
Larang juga merupakan Pos
Pertahanan untuk menangkal
serangan balik dari Sumedang
Larang dan Kerajaan Mataram
dibawah pimpinan Sultan
Agung.
Di daerah ini Banyak ditemukan
goa - goa Vertikal atau biasa
disebut Luweng, yang belum
dijamah ataupun diteliti
kedalamannya.Lokasi Situs Kuta
Tandingan terletak di Desa
Mulyasejati,Kecamatan Ciampel
38 km dari Ibu Kota Kabupaten
Karawang.
SITUS CIBUAYA I
Situs Cibuaya adalah Situs
peninggalan Megalitikum, ini
terbukti dengan adanya Batu
Lingga yang berdiri tegak diatas
susunan batu bata besar
berukuran 9 x 9 m, Masyarakat
setempat menyebutnya Lemah
Duhur Lanang (laki-laki).
Sedangkan Yoni yang tersisa
hanya Fondasinya saja yang
berukuran 6 x 6 m, dan
Masyarakat setempat
menyebutnya Lemah Duhur
Wadon (perempuan).
Dari Situs ini pada Tahun 1952
ditemukan Arca Wisnu bergaya
Pala India, diperkirakan dibuat
pada Abad 7-8 M dinamakan
Arca Wisnu Cibuaya I, Tahun
1972 ditemukan lagi Arca Wisnu
dengan motif yang sama namun
diperkirakan dari Abad ke 8-10
M dinamakan Arca Wisnu
Cibuaya II, dan pada Tahun 1975
ditemukan lagi Arca Wisnu
Cibuaya III, kini ke 3 Arca
tersebut disimpan di Musium
Nasional Jakarta.Lokasi Situs
Cibuaya I terletak di Desa
Cibuaya, Kecamatan Pedes 30
km dari Ibu Kota Kabupaten
Karawang/Di kutip HUMAS
PEMKAB KARAWANG./Red.
Diposkan oleh PELITA
KARAWANG ON LINE

Situs purbakala di Karawang

WISATA SEJARAH PURBAKALA DI
KARAWANG

Situs
Candi
Jiwa
adalah
salah
satu dari
17
Situs
di
Areal
Situs
Batujaya, disebut juga Situs
Segeran 2 atau oleh Masyarakat
setempat disebut Hunyur (Unur)
Jiwa. Situs Candi ini berukuran
19 x 19 m dengan ketinggian
4,7 m dari permukaan sawah,
pada bagian atas terdapat
sejumlah bola tersusun
melingkar diperkirakan adalah
tempat Stupa.Situs Candi Jiwa
terbuat dari bata merah, dan
hasil Carbon Dating menunjukan
pada satu sisi menunjukan abad
ke IV dan pada sisi lainnya
menunjukan Abad ke VII Masehi,
masa itu adalah Masa kejayaan
Kerajaan Tarumanegara. Pada
areal ini telah di exavasi pula
Situs Candi Blandongan yang
jaraknya hanya 100 m.
SITUS CANDI BLANDONGAN
Situs Candi Blandongan adalah
Candi dengan struktur pasangan
batu bata, pada Candi ini juga
ditemukan lantai Cor Beton
menurut analisa adalah
campuran batu koral, kapur kulit
kerang dan pasir atras,Candi ini
berukuran 24,6 m x 24,6 m
dengan ketinggian 4,9 m dari
permukaan sawah,di Candi ini
juga ditemukan meterai -
materai dalam keadaan utuh
sebanyak 10 buah dan sejumlah
pecahan.
Hasil Analisa Coedes Meterai-
materai termasuk Typologi 1
yang berkembang pada masa
Dvaravati,adegan menceritakan
Keajaiban Srasvati dari naskah
Diyavadana dari aliran
Sarvasteveda, Aliran dari
Threvada.
Dari hasil perbandingan dengan
Materai-materai yang ada di Asia
Tenggara,ternyata Materai-
materai yang ditemukan di
Candi Blandongan ada
persamaan dengan materai -
materai Kha Ok Dalu Phattalung
di Thailand Selatan,Periode
Dvaravati Abad ke 6-7 Masehi.
Tahun 2001 ditemukan kerang
bersama Fragmen
Perunggu,hasil Analisa Carbon
Datting yaitu Abad ke 2-4
Masehi,dan pada hasil Analisa
batu bata Abad ke 7-10 Masehi,
pada sisi lain menunjukan Abad
ke 12 Masehi,jadi Candi
Blandongan digunakan dari
abad ke 2-12 Masehi,pada Candi
Blandongan inilah membuktikan
bahwa Bangsa Indonesia sudah
mengenal Teknik Pembuatan
Gerabah,Beton Cor sampai ke
Hubungan Luar Negeri dari Abad
ke 2-12 Masehi.Lokasi Situs
Candi Blandongan terletak di
Desa Segaran,Kecamatan
Batujaya 45 km dari Ibu
Kota,Kabupaten Karawang.
TEMUAN PENINGGALAN
PURBAKALA
Lokasi Musium Purbakala,Desa
Segaran,Kecamatan
Batujaya,Kabupaten
Karawang,Jarak : 45 km dari
Pusat Kota Karawang.
SITUS KUTA TANDINGAN
Situs Kuta Tandingan
diperkirakan merupakan
meninggalan Kerajaan kecil
dalam Kekuasaan Kerajaan
Pajajaran,yang bernama
Kerajaan Kuta Tandingan Jaya
yang diperintah oleh Patih
Panatayuda,dibantu oleh Patih
Purnakuta dan Patih
Mangkubumi dengan penasehat
Pamanah Rasa dan Jaksa
Imbang Kencana.
Menjelang keruntuhan Pajajaran
Kerajaan Kuta Tandingan Jaya
melepaskan diri atau
diambil alih oleh tentara
Kesultanan Banten yang
dipimpin oleh Syech Maulana
Yusuf, sebab pada tahun 1626
daerah Udug -udug dijadikan
Markas Tentara Kesultanan
Banten dibawah pimipinan
Pager Gunung atau lebih dikenal
dengan Pangeran Puger, daerah
Udug-udug merupakan tempat
yang strategis untuk
pengawasan lalu lintas perahu
di Sungan Citarum,dari daerah
ini Pasukan Tentara Kesulatanan
Banten menyerang Sumedang
Larang juga merupakan Pos
Pertahanan untuk menangkal
serangan balik dari Sumedang
Larang dan Kerajaan Mataram
dibawah pimpinan Sultan
Agung.
Di daerah ini Banyak ditemukan
goa - goa Vertikal atau biasa
disebut Luweng, yang belum
dijamah ataupun diteliti
kedalamannya.Lokasi Situs Kuta
Tandingan terletak di Desa
Mulyasejati,Kecamatan Ciampel
38 km dari Ibu Kota Kabupaten
Karawang.
SITUS CIBUAYA I
Situs Cibuaya adalah Situs
peninggalan Megalitikum, ini
terbukti dengan adanya Batu
Lingga yang berdiri tegak diatas
susunan batu bata besar
berukuran 9 x 9 m, Masyarakat
setempat menyebutnya Lemah
Duhur Lanang (laki-laki).
Sedangkan Yoni yang tersisa
hanya Fondasinya saja yang
berukuran 6 x 6 m, dan
Masyarakat setempat
menyebutnya Lemah Duhur
Wadon (perempuan).
Dari Situs ini pada Tahun 1952
ditemukan Arca Wisnu bergaya
Pala India, diperkirakan dibuat
pada Abad 7-8 M dinamakan
Arca Wisnu Cibuaya I, Tahun
1972 ditemukan lagi Arca Wisnu
dengan motif yang sama namun
diperkirakan dari Abad ke 8-10
M dinamakan Arca Wisnu
Cibuaya II, dan pada Tahun 1975
ditemukan lagi Arca Wisnu
Cibuaya III, kini ke 3 Arca
tersebut disimpan di Musium
Nasional Jakarta.Lokasi Situs
Cibuaya I terletak di Desa
Cibuaya, Kecamatan Pedes 30
km dari Ibu Kota Kabupaten
Karawang/Di kutip HUMAS
PEMKAB KARAWANG./Red.
Diposkan oleh PELITA
KARAWANG ON LINE

Ka'bah sebagai pusat dunia

Mekkah, Pusat Dunia
26 May, 2009 2:09 pm
Neil Amstrong telah
membuktikan bahwa kota
Mekah adalah pusat dari planet
Bumi. Fakta ini telah di diteliti
melalui sebuah penelitian
Ilmiah.
Ketika Neil Amstrong untuk
pertama kalinya melakukan
perjalanan ke luar angkasa dan
mengambil gambar planet
Bumi, di berkata : "Planet
Bumi ternyata menggantung di
area yang sangat gelap, siapa
yang menggantungnya ?."
Para astronot telah
menemukan bahwa planet
Bumi itu mengeluarkan
semacam radiasi, secara resmi
mereka mengumumkannya di
Internet, tetapi sayang nya 21
hari kemudian website tersebut
raib yang sepertinya ada asalan
tersembunyi dibalik
penghapusan website tersebut.
Setelah melakukan penelitian
lebih lanjut, ternyata radiasi
tersebut berpusat di kota
Mekah, tepatnya berasal dari
Ka'Bah. Yang mengejutkan
adalah radiasi tersebut bersifat
infinite ( tidak berujung ), hal
ini terbuktikan ketika mereka
mengambil foto planet Mars,
radiasi tersebut masih berlanjut
terus. Para peneliti Muslim
mempercayai bahwa radiasi ini
memiliki karakteristik dan
menghubungkan antara
Ka'Bah di di planet Bumi
dengan Ka'bah di alam
akhirat.
Di tengah-tengah antara kutub
utara dan kutub selatan, ada
suatu area yang bernama
'Zero Magnetism Area',
artinya adalah apabila kita
mengeluarkan kompas di area
tersebut, maka jarum kompas
tersebut tidak akan bergerak
sama sekali karena daya tarik
yang sama besarnya antara
kedua kutub.
Itulah sebabnya jika seseorang
tinggal di Mekah, maka ia akan
hidup lebih lama, lebih sehat,
dan tidak banyak dipengaruhi
oleh banyak kekuatan gravitasi.
Oleh sebab itu lah ketika kita
mengelilingi Ka'Bah, maka
seakan-akan diri kita di-charged
ulang oleh suatu energi
misterius dan ini adalah fakta
yang telah dibuktikan secara
ilmiah.
Penelitian lainnya
mengungkapkan bahwa batu
Hajar Aswad merupakan batu
tertua di dunia dan juga bisa
mengambang di air. Di sebuah
musium di negara Inggris, ada
tiga buah potongan batu
tersebut ( dari Ka'Bah ) dan
pihak musium juga mengatakan
bahwa bongkahan batu-batu
tersebut bukan berasal dari
sistem tata surya kita.
Posted by tymask

Saturday, September 4, 2010

Mekkah sebagai pusat dunia

Mekkah, Pusat Dunia
26 May, 2009 2:09 pm
Neil Amstrong telah
membuktikan bahwa kota
Mekah adalah pusat dari planet
Bumi. Fakta ini telah di diteliti
melalui sebuah penelitian
Ilmiah.
Ketika Neil Amstrong untuk
pertama kalinya melakukan
perjalanan ke luar angkasa dan
mengambil gambar planet
Bumi, di berkata : "Planet
Bumi ternyata menggantung di
area yang sangat gelap, siapa
yang menggantungnya ?."
Para astronot telah
menemukan bahwa planet
Bumi itu mengeluarkan
semacam radiasi, secara resmi
mereka mengumumkannya di
Internet, tetapi sayang nya 21
hari kemudian website tersebut
raib yang sepertinya ada asalan
tersembunyi dibalik
penghapusan website tersebut.
Setelah melakukan penelitian
lebih lanjut, ternyata radiasi
tersebut berpusat di kota
Mekah, tepatnya berasal dari
Ka'Bah. Yang mengejutkan
adalah radiasi tersebut bersifat
infinite ( tidak berujung ), hal
ini terbuktikan ketika mereka
mengambil foto planet Mars,
radiasi tersebut masih berlanjut
terus. Para peneliti Muslim
mempercayai bahwa radiasi ini
memiliki karakteristik dan
menghubungkan antara
Ka'Bah di di planet Bumi
dengan Ka'bah di alam
akhirat.
Di tengah-tengah antara kutub
utara dan kutub selatan, ada
suatu area yang bernama
'Zero Magnetism Area',
artinya adalah apabila kita
mengeluarkan kompas di area
tersebut, maka jarum kompas
tersebut tidak akan bergerak
sama sekali karena daya tarik
yang sama besarnya antara
kedua kutub.
Itulah sebabnya jika seseorang
tinggal di Mekah, maka ia akan
hidup lebih lama, lebih sehat,
dan tidak banyak dipengaruhi
oleh banyak kekuatan gravitasi.
Oleh sebab itu lah ketika kita
mengelilingi Ka'Bah, maka
seakan-akan diri kita di-charged
ulang oleh suatu energi
misterius dan ini adalah fakta
yang telah dibuktikan secara
ilmiah.
Penelitian lainnya
mengungkapkan bahwa batu
Hajar Aswad merupakan batu
tertua di dunia dan juga bisa
mengambang di air. Di sebuah
musium di negara Inggris, ada
tiga buah potongan batu
tersebut ( dari Ka'Bah ) dan
pihak musium juga mengatakan
bahwa bongkahan batu-batu
tersebut bukan berasal dari
sistem tata surya kita.
Posted by tymask

7 peti mati pengendara motor

Artikel berikut adalah 7 skenario
tabrakan yg didasari dari
kecelakaan yg sebenarnya
dimana si pengendara2 motor
ybs tewas. Mereka tak sempat
menerangkan apa yg salah, jadi
dibuatlah skenario ini,
menghindari maut dan tetap
selamat dgn mempelajari
kesalahan mereka.
Perpotongan Jalur Berbahaya
(Junction Jeopardy)
Pembunuh nomor satu,
tabrakan di perpotongan jalur
selalu sama dan berakibat
serius, dapat terjadi pada siapa
saja yg biasanya pengendara
lain yg terlibat mengklaim
bahwa mereka tak melihat ada
motor datang, meskipun begitu
pengendara motor bisa
menghindari dgn defensive
riding dan tetap awas.
Apa yg salah :
Pengendara motor berjalan di
belakang sebuah mobil, ketika
mobil tsb belok kiri, motor
melaju bermanuver melewati
mobil tsb di sisi kanan, ternyata
dari arah kiri ada mobil lain yg
melaju baik lurus maupun belok
kanan/kiri.
Cara menghindar kesalahan :
jangan pernah mendahului
dari kanan dimana bisa jadi
ada kendaraan masuk/belok
di jalur anda tanpa
peringatan, dahului dari
kanan bila jelas2
perpotongan jalur tsb bersih
dan aman tak ada kendaraan
lain.
masuki tiap perpotongan
jalur dgn sebanyak mungkin
penglihatan dan informasi,
perhatikan posisi kendaraan
dan lampu2 sen, tapi jangan
menyimpulkan apa2.
Nantikan yg tidak dinanti
nanti.
tanyakan pada diri sendiri
"sudahkah saya terlihat?",
pastikan anda di garis lihat
pengendara mobil, kalau
perlu terjadi kontak mata,
bila ragu2 siapkan yg
terburuk.
Tikungan yg Kacau (Cornering
Chaos)
Jujur saja, tewas ditikungan
adalah mati konyol, karena bisa
dihindari dan tak ada alasan yg
pantas utk itu. Tetap hidup, dlm
kasus ini sangat sederhana,
berkendaralah dgn keterbatasan
anda. Status membuktikan
bahwa pengendara motor tak
berpengalaman atau yg sudah
lama tak bawa motor adalah yg
terbanyak mendapatkan
kecelakaan ini, yg mengejutkan
adalah terjadi meski jalan tidak
basah.
Apa yg salah :
Pengendara motor memasuki
tikungan terlalu cepat hingga
gagal prediksi radius tikungan
dan tak sempat melihat keadaan
di ujung tikungan lalu berada di
garis tikung yg tdk tepat hingga
terlalu dekat dgn jalur arah
lawan dan gagal menikung dgn
benar hingga panik (ada yg
menurunkan gas dan
mengerem) hingga ketika keluar
tikungan motor malah lari jauh
ke arah lawan hingga
bertabrakan dgn kendaraan dari
depannya.
Cara menghindar kesalahan :
rem dan atur posisi gigi
segera, atur kecepatan
hingga bisa merubah jalur
menikung bila diperlukan,
perhatikan keadaan tikungan
bila ada tanda2 marka jalan
kemana arah tikungan tsb.
masuki garis tikungan dgn
penglihatan terbaik utk
melewatinya - bukan garis
tikungan balapan, dgn
menyisakan ruang antara
anda dan kendaraan dari arah
lawan.
jika tiba2 tikungan
menyempit (baik keadaan
jalan maupun ada kendaraan
lain), jangan panik, karena
panik bisa membuat motor
hilang kendali.
Mendahului yg Kebablasan
(Overtaking Oblivion)
Tabrakan ketika mendahului
adalah kasus paling banyak ke
tiga dlm kecelakan motor,
meskipun si pengendara motor
biasa dan bisa mendahului
kendaraan yg melaju lebih
lambat.
Apa yg salah :
Pengendara motor melaju
terlalu dekat pada kendaraan
didepannya hingga banting setir
kekanan dan berusaha
mendahuluinya, ternyata
didepan kendaraan tsb ada
kendaraan lagi hingga si
pengendara motor berusaha
melewati keduanya, karena
salah perhitungan dan salah
atur jarak lalu keluar jalur
masuki arah lawan dgn tak ada
waktu dan jarak lagi utk pindah
jalur hingga terjadilah tabrakan
dgn kendaraan dari arah lawan.
Cara menghindar kesalahan :
kunci mendahului adalah
perencanaan yg matang,
jangan gak sabaran, terburu2
atau agresif, posisikan diri
anda dgn penglihatan terbaik
kearah jalan didepan,
pastikan posisi gigi yg pas utk
menaikkan akselerasi.
perhatikan jalan didepan dgn
seksama, adakah hal2 yg
berpotensi bahaya? jika ada
sedikit saja keraguan di hati,
jangan mendahului!, karena
sebentaran saja anda dapat
lagi kesempatan utk
mendahului.
lihat kaca spion dan area yg
tak nampak di kaca spion lalu
nyalakan lampu sen dan
segera mendahului secepat
dan semulus mungkin, ambil
segera jalur semula dan jaga
ruang antara anda dan
kendaraan lain seluas
mungkin.
Pemilahan yg Rusak (Filtering
F**k-Up)
Bisa memilah melaju melewati
kendaran2 di jalanan yg ramai
adalah praktis maju yg terbesar
dalam mengendarai motor
sekaligus berbahaya.
Apa yg salah :
Pengendara motor melaju
terlalu cepat di jalur 2 atau 3
dgn estimasi kecepatan 45kpj
lebih cepat dari kendaran lain
disekitarnya yg akan didahului,
tiba2 salah satu kendaraan
bermanuver pindah jalur tepat
didepannya hingga si
pengendara motor tak bisa
menghindarinya dan terjadilah
tabrakan.
Cara menghindar kesalahan :
berkendaralah dgn kecepatan
yg memungkinkan anda utk
berhenti atau bermanuver
dgn tepat, disarankan jangan
lebih dari 15kpj dari
kendaraan lain disekitar yg
akan didahului.
duduk tegak dan fokus
terhadap jalan didepan,
perhatikan tanda2 yg
berpotensi bahaya, awas
terhadap lampu2 sen
kendaraan lain, perempatan2,
pejalan kaki yg nyebrang dll,
sisakan ruangan antara anda
dan kendaraan lain.
Berkendara kelompok yg
Berdukacita (Group Riding Grief)
Berkendara dgn teman2 bisa
menyenangkan sekaligus dapat
menimbulkan masalah.
Berkendara kelompok tdk
termasuk dlm catatan resmi
kasus kecelakaan bermotor, tapi
secara tetap tercatat sbg faktor
penyumbang yg tidak bisa
diabaikan. Porblem terbesar
adalah si pengendara motor
beresiko kecelakaan karena
keinginan utk show off atau
pamer kebisaanya bermotor
didepan teman2nya.
Berkendaralah dgn kenyamanan
anda sendiri, jangan terpancing
oleh ulah teman anda.
Apa yg salah :
4 motor atau lebih berkendara
kelompok, dgn 3 motor di
belakang sebuah kendaraan lain
dan satu motor didepan
kendaraan lain tsb sekalgus di
belakang kendaraan lain, satu
dari 3 motor dibelakang
mencoba mendahului, tiba2
satu motor didepan tsb juga
mendahului kendaraan
didepannya tanpa memberi
tanda dan tak melihat spion,
motor yg dibelakangnya tak
sempat menghindar hingga
terjadi tabrakan.
Cara menghindar kesalahan :
kecuali anda memiliki
kepercayaan penuh terhdp
teman2 kelompok
berkendara di sekitar anda,
tetaplah dalam formasi dan
memberi ruang gerak yg
banyak utk mereka, jangan
coba2 menerka apa aksi dan
manuver yg akan mereka
lakukan.
beri kejelasan terhadap
teman2 kelompok
berkendara di sekitar anda
bila anda ingin bermanuver,
menolehlah dan beri tanda2
yg jelas.
ketika mendahului,
pertimbangkan pula teman2
kelompok berkendara di
sekitar yg dibelakang dgn
memberi ruang gerak yg
cukup. jika mengikuti motor
lain, jangan dasari gerak
mendahului anda dgn motor
yg ada didepan.
Tragedi Putaran (Turn Tragedy)
Ada beberapa kecelakaan yg
melibatkan kendaraan yg
memutar di U-Turn dgn
pengendara motor yg melaju
dari arah lawan. Pengendara
motor biasanya jarang
disalahkan terhadap jenis
kecelakaan ini, tapi tetaplah
berhati-hati.
Prediksi dan bereaksi akan
kecepatan dan keberadaan
kendaraan lain di jalur lawan
dari kemungkinan berputar
tiba2, jangan percaya pada
lampu sen yg diberikan karena
bisa terjadi kesalahpahaman
(seperti ketika berputar
memberi sen kanan, tiba setelah
dijalur lawan masuk ke kiri jalur)
.
Beri ruang gerak jika nampaknya
kendaraan dari arah lawan akan
berputar, jika mendahului di
satu jalur yg padat merayap,
kendaraan yg antri didepan
biasanya bermanuver kekanan
mencari celah jalan didepannya.
Tabrakan belakang (Rear-end
Wreck)
Melaju kencang di belakang
kendaraan lain sepertinya
terdengar bodoh ya? bisa jadi,
tapi mengejutkan, terhitung
10% kecelakan bermotor dalam
9 grup contoh kecelakaan fatal
dan menurut status,
pengendara motor biasanya
banyak disalahkan dalam
kecelakaan jenis ini daripada
kecelakan jenis lain, juga
menunjukan terjadi pada
pengendara motor yg masih
muda, laki laki dan mengendarai
motor yg kecil.
Perhatikan jalan didepan, jangan
terganggu dgn "pemandangan"
yg ada disekitar, bereaksilah
segera terhadap lampu rem yg
menyala didepan atau tanda2 yg
menyebabkan terjadinya
kelambatan didepan.
Kenali rem motor anda, banyak
pengendara motor tak
menyadari potensi akan rem
motor mereka, sering2 lah tes
rem mendadak dan kuat rem
motor anda di empat yg sepi
dan beraspal bagus utk
mengetahui seberapa cepat
motor anda berhenti, jangan
berhenti mencoba pada tes
pertama, terus lah mencoba,
usahakan berangsur angsur
hingga didapatkan perhentian
yg maksimal.
Kesalahan dalam Percobaan
(Error on Trial)
Kecelakaan tidak begitu saja
terjadi, ada sebabnya. Kesalahan
manusia menjadi faktor utama.
Berlawanan dari opini populer
yg ada, tak semua
kecelakaan disebabkan oleh
pengemudi mobil, pengendara
motorpun berbuat kesalahan.
Dari Error on Trial yg dilakukan
didapat data sbb :
Mobil
gagal melihat dgn semestinya
18%
gagal memutuskan10%
kecerobohan 9%
manuver yg buruk 8%
kehilangan kendali 8%
Motor
kehilangan kendali 14%
gagal melihat dgn semestinya
14%
gagal memutuskan10%
manuver yg buruk 10%
kecerobohan 9%
Artikel investigasi khusus ini
disadur bebas dari kolom
Feature "Stop Crashing"
Superbike Magazine edisi April
2007 halaman 62, berjudul
"7 Deadly Bins and How to Avoid
them", ditulis oleh Dave
Bradford, foto oleh Graeme
Brown & ilustrasi oleh Huw
Williams.
(ditranslate oleh bro Alvie)