Tuesday, August 31, 2010
Atlantis is Indonesia?
JAKARTA -- Para peneliti AS
menyatakan bahwa Atlantis is
Indonesia. Hingga kini cerita
tentang benua yang hilang
'Atlantis' masih terselimuti
kabut misteri. Sebagian orang
menganggap Atlantis cuma
dongeng belaka, meski tak
kurang 5.000 buku soal Atlantis
telah ditulis oleh para pakar.
Bagi para arkeolog atau
oceanografer moderen, Atlantis
tetap merupakan obyek menarik
terutama soal teka-teki dimana
sebetulnya lokasi sang benua.
Banyak ilmuwan menyebut
benua Atlantis terletak di
Samudera Atlantik.
Sebagian arkeolog Amerika
Serikat (AS) bahkan meyakini
benua Atlantis dulunya adalah
sebuah pulau besar bernama
Sunda Land (Paparan Sunda),
suatu wilayah yang kini
ditempati Sumatra, Jawa dan
Kalimantan. Sekitar 11.600
tahun silam, benua itu
tenggelam diterjang banjir besar
seiring berakhirnya zaman es.
''Para peneliti AS ini menyatakan
bahwa Atlantis is Indonesia,''
kata Ketua Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Prof Umar Anggara Jenny, Jumat
(17/6), di sela-sela rencana
gelaran 'International
Symposium on The Dispersal of
Austronesian and the
Ethnogeneses of the People in
Indonesia Archipelago, 28-30
Juni 2005.
Kata Umar, dalam dua dekade
terakhir memang diperoleh
banyak temuan penting soal
penyebaran dan asal usul
manusia. Salah satu temuan
penting ini adalah hipotesa
adanya sebuah pulau besar
sekali di Laut Cina Selatan yang
tenggelam setelah zaman es.
Hipotesa itu, kata Umar,
berdasarkan pada kajian ilmiah
seiring makin mutakhirnya
pengetahuan tentang
arkeologimolekuler. Tema ini,
lanjutnya, bahkan akan menjadi
salah satu hal yang diangkat
dalam simposium internasional
di Solo, 28-30 Juni.
Menurut Umar, salah satu pulau
penting yang tersisa dari benua
Atlantis -- jika memang benar --
adalah Pulau Natuna, Riau.
Berdasarkan kajian
biomolekuler, penduduk asli
Natuna diketahui memiliki gen
yang mirip dengan bangsa
Austronesia tertua.
Bangsa Austronesia diyakini
memiliki tingkat kebudayaan
tinggi, seperti bayangan tentang
bangsa Atlantis yang disebut-
sebut dalam mitos Plato. Ketika
zaman es berakhir, yang
ditandai tenggelamnya 'benua
Atlantis', bangsa Austronesia
menyebar ke berbagai penjuru.
Mereka lalu menciptakan
keragaman budaya dan bahasa
pada masyarakat lokal yang
disinggahinya dalam tempo
cepat yakni pada 3.500 sampai
5.000 tahun lampau. Kini
rumpun Austronesia menempati
separuh muka bumi.
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi
Indonesia (IAAI), Harry Truman
Simanjuntak, mengakui
memang ada pendapat dari
sebagian pakar yang
menyatakan bahwa benua
Atlantis terletak di Indonesia.
Namun hal itu masih debatable.
Yang jelas, terang Harry,
memang benar ada sebuah
daratan besar yang dahulu kala
bernama Sunda Land. Luas
daratan itu kira-kira dua kali
negara India. ''Benar, daratan itu
hilang. Dan kini tinggal Sumatra,
Jawa atau Kalimantan,'' terang
Harry. Menurut dia, sah-sah saja
para ilmuwan mengatakan
bahwa wilayah yang tenggelam
itu adalah benua Atlantis yang
hilang, meski itu masih menjadi
perdebatan.
Dominasi Austronesia Menurut
Umar Anggara Jenny,
Austronesia sebagai rumpun
bahasa merupakan sebuah
fenomena besar dalam sejarah
manusia. Rumpun ini memiliki
sebaran yang paling luas,
mencakup lebih dari 1.200
bahasa yang tersebar dari
Madagaskar di barat hingga
Pulau Paskah di Timur. Bahasa
tersebut kini dituturkan oleh
lebih dari 300 juta orang.
''Pertanyaannya dari mana asal-
usul mereka? Mengapa
sebarannya begitu meluas dan
cepat yakni dalam 3500-5000
tahun yang lalu. Bagaimana cara
adaptasinya sehingga memiliki
keragaman budaya yang tinggi,''
tutur Umar.
Salah satu teori, menurut Harry
Truman, mengatakan penutur
bahasa Austronesia berasal dari
Sunda Land yang tenggelam di
akhir zaman es. Populasi yang
sudah maju, proto-Austronesia,
menyebar hingga ke Asia
daratan hingga ke Mesopotamia,
mempengaruhi penduduk lokal
dan mengembangkan
peradaban. Tapi ini masih
diperdebatan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment