Thursday, October 14, 2010

Dialog dengan syech siti jenar sebelum wafat

Syekh Siti Jenar, berasal dari
Bagdad beraliran Syi’ah
Muntadar, beliau menetap di
Pengging Jawa Timur, disana
Syekh Siti Jenar mengajarkan
agama kepada Ki Ageng
Pengging ( Kebo Kenongo ) dan
masyarakat, tetapi para Wali
Jawadwipa/ Wali Songo tidak
menyetujui alirannya, oleh
karena itulah Syekh Siti Jenar
dihukum mati th. 1506 M, dan
dimakamkan di Anggaraksa alias
Graksan, Cirebon sekarang ini.
Sebelum wafat, Syekh Siti Jenar
sempat berpesan kepada para
dewan wali/ Wai Songo bahwa
“ Kelak pada suatu zaman
akhir, kalau ada kerbo bule mata
kucing ( orang Belanda ) naik
dari laut, itulah tandanya
musibah kepada anak cucu
anda,” katanya, sedang
kenyataannya Belanda menjajah
Indonesia selama 350 tahun dan
banyak menyengsarakan rakyat
Indonesia.
Syekh Siti Jenar mempunyai efek
khusus yang kita anggap
sebagai “insiden” diantara
pemuka-pemuka Agama Islam
pada abad ke 16 M, lambat laun
ketika itu banyak orang-orang
yang mengaji tasawuf/ hakiki,
misalnya : perihal ilmu bedanya
antara Kawula dan Gusti dan
Tunggalnya Kawula dan Gusti.
Atas tuduhan Syekh Maulana
Maghribi, bahwa Syekh Siti Jenar
mengaku dirinya ALLAH, dan
oleh Sunan kalijogo ditanyakan
apakah benar tuduhan tersebut,
beliau mengakuinya benar
adanya, maka dewan wali dalam
sidangnya sepakat untuk
menjatuhkan hukuman mati
bagi si tertuduh, dan Sekh Siti
Jenar menerima putusan
tersebut agar segera
dilaksanakan, dan yang harus
melaksanakan keputusan
tersebut yaitu Sunan Kudus
dengan keris Ki Kantanaga yang
diberikan oleh Sunan Gunung
Jati.
Sebelum eksekusi berlangsung,
terjadilah kejadian yang sangat
mencengangkan masyarakat
karena memang disaksikan
secara terbuka dihalaman
masjid Agung Cirebon, dan
dialog tersebut diantaranya
sbb :
Menempelnya keris Ki Kantanaga
ke jasad Syekh Siti Jenar,
terdengar suara yang sangat
keras seprti beradunya kedua
besi yang sangat besar, lalu para
Wali saling tersenyum, sambil
berkata,” Masa ada ALLAH
seperti besi ?”.
Syekh Siti Jenar menjawab,”
Coba, tusuklah sekali lagi,”
Ketika tusukan kedua, Syekh Siti
Jenar menghilang tidak ada ujud
jasadnya.
Para Wali berkata kembali,”
Masa matinya ALLAH seperti
syaitan,?.
Secepatkilat Syekh Siti Jenar
menampakan diri lagi, sambil
berkata, “ Coba tusuk sekali
lagi?”
Ketika tusukan ketiga, Syekh Siti
Jenar membujur tergolek di
lantai masjid, dari lukanya
keluar darah merah, dan para
Wali berkata kembali,” Masa
matinya ALLAH seperti
kambing.?
Syekh Siti Jenar bangun hidup
kembali tanpa luka dan
berkata,” Coba tusuk sekali
lagi?”.
Kemudian pada tusukan
keempat , Syekh Siti Jenar rebah,
mati dan dari lukanya mengalir
darah putih, seketika itu para
wali berkata kembali,” Masa
matinya ALLAH seperti
cacing!”, karena berkali-kali
tusukan selalu mati, hidup, mati,
hidup, maka, Syekh Siti Jenar
berkata, “ Lalu harus
bagaimana mati saya menurut
keinginan anda?”dan dijawab
oleh seluruh Wali,” Biasa!”,
seperti orang tidur badannya
lemas, begitulah mati bagi
seorang Insanul kamil,”
Sesudah itu ditusuklah jasadnya
dan wafatlah Syekh Siti Jenar
seperti umumnya manusia.
(ref : Babad Cirebon, P. Sulaiman
Sulendraningrat, ketua umum
lembaga kebudayaan wil III
Jabar, th 1974 ),
Disini dapat disimpulkan bahwa
Syech Siti Jenar Benar dan Salah
Tergantung pandangan dari
setiap orang dari tingkat
(makom) Keimanan orang
tersebut, Ilmunya Syech Siti
Jenar adalah Ma’rifat (ilmu
laduni tingkat tinggi) dan sama
sekali bukan Syirik, Para Wali
Songo memutuskan untuk
membunuh Siti Jenar , bukan
kok menyalahkan keyakinannya,
melainkan jika Tingkat
keyakinan Syech Siti Jenar yang
begitu tinggi JIKA NANTI DI ANUT
PARA MURID DAN ORANG LAIN
akan banyak memelesetkan dan
salah arah, jadi yang disalahkan
para Wali Songo adalah Jangan2
muridnya nanti bisa terbelokkan
arah iman (syirik) bukankah
UMUM nya Iman kita berangkat
dari Syareat, Hakekat, terus ke
Ma’rifat (disini perlu sangat
difahami disertai GURU Spiritual)
disini bisa di umpamakan
Seorang Profesor mengajar anak
TK (tidak cocok, banyak resiko
meskipun sang professor benar,
tapi anak TK bisa bingung dan
salah arah)

No comments:

Post a Comment