Thursday, October 14, 2010

Sedikit kisah tentang ratu laut selatan

Siapakah sesungguhnya Kanjeng
Ratu Kidul itu? Benarkah ada
dalam kesungguhannya,
ataukah hanya dikenal dalam
dongeng saja?
Pertanyaan ini pantas timbul,
karena Kanjeng Ratu Kidul
termasuk makhluk halus.
Hidupnya di alam limunan
(gaib), dansukar untuk
dibuktikan dengan nyata. Pada
umumnya oarang mengenalnya
hanya dari tutur kata dan dari
semua cerita atau kata orang ini,
orang itu, bila dikumpulkan
akan menjadi seperti berikut:
Menurut cerita umum, Kanjeng
Ratu Kidul pada mudanya
bernama Dewi Retna Suwida,
seorang putri dari Pajajaran,
anak Prabu Mundhingsari, dari
istrinya yang bernama Dewi
Sarwedi, cucu Sang Hyang
Saranadi, cicit Raja siluman di
Sigaluh.
Sang putri melarikan diri dari
keraton dan bertapa di gunung
Kombang. Selama bertapa ini
sering nampak kekuatan
gaibnya, dapat berganti rupa
dari wanita menjadi pria atau
sebaliknya. Sang putri wadat
(tidak bersuami) dan menjadi
ratu diantara makhluk halus
seluruh pulau jawa. Istananya
didasar samudra indonesia.
Tidaklah mengherankan, karena
sang putri memang mempunyai
darah keturunan dari makhluk
halus.
Diceritakan selanjutnya, bahwa
setelah menjadi raru sang putri
lalu mendapat julukan Kanjeng
Ratu Kidul Kencanasari. Ada juga
sementara orang yang
menyebut Nyai Lara Kidul (di
keraton surakarta sebutan Nyai
Lara Kidul adalah untuk
patihnya, bukan untuk Kanjeng
Ratu Kidul sendiri). Malahan ada
juga yang menyebutnya Nyira
Kidul. Dan yang menyimpang
lagi adalah: Bok Lara Mas Ratu
Kidul. Kata “Lara” berasal dari
“Rara”, yang berarti perawan
(tidak kawin).
Dikisahkan, bahwa Dewi Retna
Suwida yang cantiknya tanpa
tanding itu menderita sakit
budhug (lepra). Utuk
mengobatinya harus mandi dan
merendam diri didalam suatu
telaga, di pinggir samudra.
Konon pada suatu hari, tatkala
akan membersihkan muka sang
putri melihat bayangan
mukanya di permukaan air.
Terkejut karena melihat
mukanya yang sudah rusak,
sang putri lalu terjun kelaut dan
tidak kembali lagi ke daratan,
dan hilanglah sifat
kemanusiaannya serta menjadi
makhluk halus.
Ceritaa lain lagi menyebutkan
bahwa sementara orang ada
yang menamakannya Kanjeng
Ratu Angin-angin. Sepanjang
penelitian yang pernah
dilakukan dapat disimpulakan
bahwa Kanjeng Ratu Kidul
tidaklah hanya menjadi ratu
makhluk halus saja melainkan
juga menjadi pujaan penduduk
daerah pesisir pantai selatan,
mulai darah Jogjakarta sampai
dengan Banyuwangi.
Camat desa Paga menerangkan
bahwa daerah pesisirnya
mempunyai adat bersesaji ke
samudra selatan untuk Nyi Rara
Kidul. Sesajinya diatur didalam
rumah kecil yang khusus dibuat
untuk keperluan tersebut
(sanggar). Juga pesisir selatan
Lumajang setiap tahun
mengadakan korban kambing
untuknya dan orang pun banyak
sekali yang datang.
Mr Welter, seorang warga
belanda yang dahulu menjadi
Wakil ketua Raad van Indie,
menerangkan bahwa tatkala ia
masih menjadi kontrolir di
Kepanjen, pernah melihat
upacara sesaji tahunan di
Ngliyep, salah satu pesisir pantai
selatan, Jawa timur, yang
khusus diadakan untuk Nyai rara
kidul. Ditunjukkannya gambar
sebuah rumah kecil dengan bilik
di dalamnya berisi tempat
peraduan dengan sesaji
punjungan untuk Nyai Rara
Kidul.
Seorang perwira ALRI yang
sering mengadakan latihan
didaerah ngliyep menerangkan
bahwa di pulau kecil sebelah
timur ngliyep memang masih
terdapat sebuah rumah kecil,
tetapi kosong saja sekarang.
Apakah rumah ini terlukis
gambar Tuan Welter, belumlah
dapat dipastikan.
Pengalaman seorang kenalan
dari Malang menyebutkan
bahwa pada tajun 1955 pernah
ada serombongan oran-orang
yang nenepi (pergi ke tempat-
tempat sepi dan keramat)
dipulau karang kecil, sebelah
timur Ngliyep.
Seorang diantara mereka adalah
gurunya. Dengan cara tanpa
busana mereka bersemadi
disitu. Apa yang kemudian
terjadi ialah, bahwa sang guru
mendapat kemben, tanpa
diketahui dari siapa asalnya.
Yang dapat diceritakannya ialah
bahwa ia merasa melihat
sebuah rumah emas yang
lampunya bersinar-sinar terang
sekali.
Dipacitan ada kepercayaan
larangan untuk memakai
pakaian berwarna hijau gadung
(hijau lembayung), yang erat
hubungannya dengan Nyai Rara
Kidul. Bila ini dilanggar orang
akan mendapat bencana. Ini di
buktikan denga terjadinya suatu
malapetaka yang menimpa
suami-istri bangsa belanda
beserta dua orang anaknya.
Mereka bukan saja tidak percaya
pada larangan tersebut, bahkan
mengejek dan
mencemoohkannya. Pergilah
mereka kepantai dengan
berpakaian serba hijau.
Terjadilah sesuatu yang
mengejutkan, karena tiba-tiba
ombak besar datang dan dan
kembalinya kelaut sambil
menyambar keempat orang
belanda tersebut…………
Seorang dhalang di Blitar
menceritakan bahwa
didaerahnya sampai kegunung
Kelud masih ditaati pantangan
Kanjeng Rati Kidul, ialah
memakai baju hijau. Tak ada
seorang pun yang berani
melanggarnya.Sampai pada
waktu akhir-akhir ini orang
masih mengenal apa yang
disebut ‘lampor’, yaitu suatu
hal yang di pandang sebagai
perjalanan Kanjeng Ratu Kidul,
yang naik kereta berkuda.
Suaranya riuh
sekali,gemerincing bunyi genta-
genta kecil dan suara angin
meniup pun membuat suasana
menjadi seram. Orang lalu
berteriak “Lampor! Lampo!
Lampor!”, sambil memukul-
mukul apa saja yang dapat
dipukul, dengan maksud agar
tidak ada pengiringnya yang
ketinggalan singgah
dirumahnya, untuk
mengganggu atau merasuki.
Menurut “penglihatan”
seorang pemimpin Theosofi
bangsa Amerika, Kanjeng Ratu
Kidul bukan pria, bukan pula
wanita. Dan dikatakannya,
bahwa Kanjeng Ratu Kidul dapat
di golongkan sebagai Dewi
Alam, dalam hal ini Dewi Laut.
Kesimpulan mengenai Kanjeng
Ratu Kidul ialah, bahwa adanya
bukanlah hanya dalam dongeng
atau tahayul saja. Ini adalah hal
yang nyata ada, tetapi yang
tidak termasuk dalam alam
manusiawi, melainkan dalam
alam limunan (alam makhluk
halus). Ia bukan didalam alam
kita, manusia biasa. Yang dapat
menerobos alamnya hanya
manusia utama seperti Wong
Agung Ngeksi Ganda saja, ialah
yang dapat menguasai kedua
alam, baik alam manusia
maupun alam makhluk halus.
Dua alam yang melambangkan
suatu dwitunggal yang suci.

No comments:

Post a Comment