Wednesday, October 31, 2012

pesan ayahanda abu nawas

Siapakah Abu Nawas? Tokoh yang dinggap badut namun juga dianggap ulama besar ini— sufi, tokoh super lucu yang tiada bandingnya ini aslinya orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di Baghdad.

Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa.Di sana ia belajarbahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang badui padang pasir.

Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran orang Arab.

la juga pandai bersyair,berpantun dan menyanyi. la sempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.

Mari kita mulai kisah penggeli hati ini. Bapaknya Abu Nawas adalah PenghuluKerajaan Baghdad bernama Maulana.
Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah tua itu sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.

Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan(Raja) untuk mengubur jenazah bapaknya itu sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tata cara memandikan jenazah hingga mengkafani,menyalati dan mendo’akannya, maka Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan bapaknya.

Namun… demi mendengar rencana sang Sultan.Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak berubah menjadi gila usai upacara pemakaman bapaknya.

Abu Nawas mengambil batang sepotong batang pisang dan diperlakukannya seperti kuda, ia menunggang kuda dari batang pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya.
Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya.

Pada hari yang lain ia mengajak anak-anak kecil dalam jumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia mengajak anak-anak bermain rebana dan bersuka cita.

Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas itu, mereka menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karena ditinggal mati oleh bapaknya.

Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang menemui Abu Nawas.
“Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana.” kata wazir utusan Sultan.

“Buat apa sultan memanggilku, aku tidak ada keperluan dengannya.”jawab AbuNawas dengan entengnya seperti tanpa beban.

“Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu.”

“Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar.” kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.

Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas.
“Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?” kata wazir

“Katakan kepada rajamu, aku sudah tahu maka aku tidak mau.” kata Abu Nawas.

“Apa maksudnya Abu Nawas?” tanya wazir dengan rasa penasaran.

“Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu.” sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman- temannya.

Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang seperti tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.

Dengan geram Sultan berkata,”Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa dia kemari dengan suka rela ataupun terpaksa.”

Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana.Dan dengan paksa Abu Nawas di hadirkan di hadapan raja.
Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkahnya ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja.

“Abu Nawas bersikaplah sopan!” tegur Baginda.

“Ya Baginda, tahukah Anda….?”

“Apa Abu Nawas…?”

“Baginda… terasi itu asalnya dari udang !”

“Kurang ajar kau menghinaku Nawas !”

“Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari terasi?”

Baginda merasa dilecehkan,ia naik pitam dan segera memberi perintah kepada para pengawalnya.

“Hajar dia ! Pukuli dia sebanyak dua puluh lima kali”

Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering itu akhirnya lemas tak berdaya dipukuli tentara yang bertubuh kekar. Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana.
Ketika sampai di pintu gerbang kota, ia dicegat oleh penjaga.

“Hai Abu Nawas! Tempo hari ketika kau hendak masuk ke kota ini kita telah mengadakan perjanjian.Masak kau lupa pada janjimu itu? Jika engkau diberi hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu bagian, aku satu bagian. Nah, sekarang mana bagianku itu?”

“Hai penjaga pintu gerbang,apakah kau benar-benar menginginkan hadiah Baginda yang diberikan kepada tadi?”

“lya, tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?”

“Baik, aku berikan semuanya, bukan hanya satu bagian!”

“Wah ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu, kau kan sudah sering menerima hadiah dari Baginda.”

Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebatang kayu yang agak besar lalu orang itu dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali.
Tentu saja orang itu menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila.

Setelah penunggu gerbang kota itu klenger Abu Nawas meninggalkannya begitu saja, ia terus melangkah pulang ke rumahnya.

Sementara itu si penjaga pintu gerbang mengadukan nasibnya kepada Sultan Harun Al Rasyid.

“Ya, Tuanku Syah Alam,ampun beribu ampun. Hamba datang kemari mengadukan Abu Nawas yang telah memukul hamba sebanyak dua puluh lima kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohon keadilan dari Tuanku Baginda.”

Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia ditanya.”Hai Abu Nawas!Benarkah kau telah memukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh lima kali pukulan?”

Berkata Abu Nawas,”Ampun Tuanku, hamba melakukannya karena sudah sepatutnya dia menerima pukulan itu.”

“Apa maksudmu? Coba kau jelaskan sebab musababnya kau memukuli orang itu?” tanya Baginda.

“Tuanku,”kata Abu Nawas.” Hamba dan penunggu pintu gerbang ini telah mengadakan perjanjian bahwa jika hamba diberithadiah oleh Baginda maka hadiah tersebut akan dibagi dua. Satu bagian untuknya satu bagian untuk saya.
Nah pagi tadi hamba menerima hadiah dua puluh lima kali pukulan, maka saya berikan pula hadiah dua puluh lima kali pukulan kepadanya.”

“Hai penunggu pintu gerbang, benarkah kau telah mengadakan perjanjian seperti itu dengan Abu Nawas?” tanya Baginda.

“Benar Tuanku,”jawab penunggu pintu gerbang.
“Tapi hamba tiada mengira jika Baginda memberikan hadiah pukulan.”

“Hahahahaha Dasar tukang peras, sekarang kena batunya kau!”sahut Baginda.”Abu Nawas tiada bersalah, bahkan sekarang aku tahu bahwa penjaga pintu gerbang kota Baghdad adalah orang yang suka narget, suka memeras orang! Kalau kau tidak merubah kelakuan burukmu itu sungguh aku akan memecat dan menghukum kamu!”

“Ampun Tuanku,”sahut penjaga pintu gerbang dengan gemetar.

Abu Nawas berkata, ”Tuanku, hamba sudah lelah,sudah mau istirahat, tiba-tiba diwajibkan hadir di tempat ini, padahal hamba tiada bersalah. Hamba mohon ganti rugi. Sebab jatah waktu istirahat hamba sudah hilang karena panggilan Tuanku. Padahal besok hamba harus mencari nafkah untuk keluarga hamba.”

Sejenak Baginda melengok,terkejut atas protes Abu Nawas, namun tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, “Hahahaha…jangan kuatir Abu Nawas.”
Baginda kemudian memerintahkan bendahara kerajaan memberikan sekantong uang perak kepada Abu Nawas.

Abu Nawas pun pulang dengan hati gembira.Tetapi sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikap aneh dan bahkan semakin nyentrik seperti orang gila sungguhan.

Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengadakan rapat dengan para menterinya.
“Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai kadi?”

Wazir atau perdana meneteri berkata,”Melihat keadaan Abu Nawas yang semakin parah otaknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja menjadi kadi.”
Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama.

“Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila karena itu dia tak layak menjadi kadi.”

“Baiklah, kita tunggu dulu sampai dua puluh satu hari,karena bapaknya baru saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh juga bolehlah kita mencari kadi yang lain saja.”
Setelah lewat satu bulan Abu Nawas masih dianggap gila, maka Sultan Harun Al Rasyid mengangkat orang lain menjadi kadi atau penghulu kerajaan Baghdad.

Konon dalam suatu pertemuan besar ada seseorang bernama Polan yang sejak lama berambisi menjadi Kadi, la mempengaruhi orang-orang di sekitar Baginda untuk menyetujui jika ia diangkat menjadi Kadi, maka tatkala ia mengajukan dirinya menjadi Kadi kepada Baginda maka dengan mudah Baginda menyetujuinya.

Begitu mendengar Polan diangkat menjadi kadi maka Abu Nawas mengucapkan syukur kepada Tuhan.
“Alhamdulillah aku telah terlepas dari balak yang mengerikan.Tapi.,..sayang sekali kenapa harus Polan yang menjadi Kadi, kenapa tidak yang lain saja.”

Mengapa Abu Nawas bersikap seperti orang gila?

Ceritanya begini: Pada suatu hari ketika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggil Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati bapaknya yang sudah lemah lunglai.

Berkata bapaknya,”Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku.”Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir bapaknya. la cium telinga kanan bapaknya,ternyata berbau harum,sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk.

“Bagamaina anakku? Sudah kau cium?”

“Benar Bapak!”

“Ceritakankan dengan sejujurnya, baunya kedua telingaku itu.”

“Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi..yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?”

“Hai anakku Abu Nawas,tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?”

“Wahai bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini.”

Berkata Syeikh Maulana “Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena aku tak suka maka tak kudengar pengaduannya.
Inilah resiko menjadi Kadi(Penghulu).

Jia kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hai yang sama,namun jika kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid.
Tapi tak bisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi.”

Nah, itulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menjadi gila. Hanya untuk menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadi kadi,seorang kadi atau penghulu pada masa itu kedudukannya seperti hakim yang memutus suatu perkara.
Walaupun Abu Nawas tidak menjadi Kadi namun dia sering diajak konsultasi oleh sang Raja untuk memutus suatu perkara.Bahkan ia kerap kali dipaksa datang ke istana hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Baginda Raja yang aneh- aneh dan tidak masuk akal.

abu nawas memantati baginda raja

Pada suatu sore ketika Abu Nawas ke warung teh kawan-kawannya sudah berada di situ.
Mereka memang sengaja sedang menunggu Abu Nawas.

“Nah ini Abu Nawas datang.” kata salah seorang dari mereka.

“Ada apa?” kata Abu Nawas sambil memesan secangkir teh hangat.

“Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap yang dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid.
Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum Baginda Raja bila engkau berani melakukannya.” kawan-kawan Abu Nawas membuka percakapan.

“Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti kecuali kepadatAllah Swt.” kata Abu Nawas menentang.

“Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah begitu hai Abu Nawas?” tanya kawan Abu Nawas.

“Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena itu adalah pelecehan yang amat berat hukumannya pasti dipancung.” kata Abu Nawas memberitahu.

“Itulah yang ingin kami ketahui darimu. Beranikah engkau melakukannya?”

“Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah Swt. saja.
Sekarang apa taruhannya bila aku bersedia melakukannya?” Abu Nawas ganti bertanya.

“Seratus keping uang emas.Disamping itu Baginda harus tertawa tatkala engkau pantati.” kata mereka.

Abu Nawas pulang setelah menyanggupi tawaran yang amat berbahaya itu. Kawan-kawan Abu Nawas tidak yakin Abu Nawas sanggup membuat Baginda Raja tertawa apalagi ketika dipantati.
Kayaknya kali ini Abu Nawas harus berhadapan dengan algojo pemenggal kepala.

Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan kenegaraan. Para menteri,pegawai istana dan orang-orang dekat Baginda diundang, termasuk Abu Nawas.
Abu Nawas merasa hari-hari berlalu dengan cepat karena ia harus menciptakan jalan keluar yang paling aman bagi keselamatan lehernya dari pedang algojo.

Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-hari terasa amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan itu.

Persiapan-persiapan di halaman istana sudah dimulai. Baginda Raja menginginkan perjamuan nanti meriah karena Baginda juga mengundang raja raja dari negeri sahabat.

Ketika hari yang dijanjikan tiba, semua tamu sudah datang kecuali Abu Nawas.Kawan-kawan Abu Nawas yang menyaksikan dari jauh merasa kecewa karena Abu Nawas tidak hadir.

Namun teryata mereka keliru. Abu Nawas bukannya tidak datang tetapi terlambat sehingga Abu Nawas duduk di tempat yang paling belakang.
Ceramah-ceramah yang mengesankan mulai disampaikan oleh para ahli pidato.

Dan tibalah giliran Baginda Raja Harun Al Rasyid menyampaikan pidatonya.Seusai menyampaikan pidato Baginda melihat Abu Nawas duduk sendirian di tempat yang tidak ada karpetnya. Karena merasa heran Baginda bertanya, “Mengapa engkau tidak duduk di atas karpet?”

“Paduka yang mulia, hamba haturkan terima kaslh atas perhatian Baginda. Hamba sudah merasa cukup bahagia duduk di sini.” kata Abu Nawas.

“Wahai Abu Nawas, majulah dan duduklah di atas karpet nanti pakaianmu kotor karena duduk di atas tanah.” Baginda Raja menyarankan.

“Ampun Tuanku yang mulia,sebenarnya hamba ini sudah duduk di atas karpet.”

Baginda bingung mendengar pengakuan Abu Nawas.Karena Baginda melihat sendiri Abu Nawas duduk di atas lantai.

“Karpet yang mana yang engkau maksudkan wahai Abu Nawas?” tanya Baginda masih bingung.

“Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa karpet ke manapun hamba pergi.” Kata Abu Nawas seolah-olah menyimpan misteri.

“Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawa.” kata Baginda Raja bertambah bingung.

“Baiklah Baginda yang mulia,kalau memang ingin tahu maka dengan senang hati hamba akan menunjukkan kepada Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas sambil beringsut-ringsut ke depan.

Setelah cukup dekat dengan Baginda, Abu Nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang ditempelkan di bagian pantatnya. Abu Nawas kini seolah-olah memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid.

Melihat ada sepotong karpet menempel di pantat Abu Nawas, Baginda Raja tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh para undangan. Menyaksikan kejadian yang menggelikan itu

kawan-kawan Abu Nawas merasa kagum. Mereka harus rela melepas seratus keping uang emas untuk Abu Nawas

abu nawas jadi pengemis

Abunawas kaget, ketika tiba-tiba disuruh menuju ke istana. Disana telah menunggu Baginda yang tengah duduk tegap di Singgasana istana.

“Hai apa kabar, Abunawas?” sapa Baginda.
“Aku benar-benar mengharap bantuanmu.”

“Bantuan apa, Baginda?” Abunawas balik bertanya.

“Begini, Abu,” Baginda mulai bercerita, “Aku dengar Tuan Habul sudah mulai membangkang terhadap kewajiban negara.
Pembantu-pembantuku di daerah melaporkan kalau dia sudah tidak mau lagi membayar zakat. Padahal dia orang yang kaya raya,lho!”

“Mengapa Baginda tidak panggil saja dia ke istana?Lantas jebloskan ke dalam penjara. Habis perkara. Gitu aja kok repot….”

“Sebenarnya bisa saja aku berbuat begitu. Tapi apa tidak ada cara lain? Soalnya sayang kalau aku menghukumnya.
Bagaimana pun dulu dia adalah orang yang paling rajin membayar zakat. Tapi entah mengapa, semakin dia kaya, semakin malas pula dia membayar zakat.”
Sebenarnya kalau ingat nama Tuan Habul, Abunawas inginnya dia dipenjara.Karena seantero negeri tahu, kalau Tuan Habul orang yang sangat pelit. Hampir tidak ada orang yang menyukainya. Kecuali mungkin antek-anteknya saja. Tapi karena ini perintah Baginda, mau tak mau Abunawas ikut pula memikirkan jalan keluarnya.

“Begini saja, Baginda,” usul Abunawas. “beri hamba kesempatan berpikir untuk membuat dirinya sadar.
Tapi tentu saja selama berpikir, hamba tidak bisa bekerja mencari nafkah buat keluarga. Oleh sebab itu hamba minta ganti rugi selama hamba berpikir menyelesaikan masalah ini.”

“Sudah kuduga sejak semula. Kau pasti meminta imbalan kalau kuminta bantuan. Ini, bawa!” ujar Baginda kesal. Baginda mengeluarkan uang dua ratus ribu dinar kepada Abunawas.

Sambil cengar-cengir,Abunawas membawa pulang uang pemberian Baginda.

Seminggu kemudian Abunawas datang ke istana. Dia datang dengan segudang rencana yang telah disusunnya.

“Bagaimana, Abunawas?Sudah ketemu jalan keluarnya?” tanya Baginda.

“Beres, Baginda. Cuma caranya Baginda dan saya harus menyamar jadi pengemis. Apakah Baginda bersedia?”

Semula Baginda agak kaget juga mendengar usul Abunawas. Tapi karena keinginan kuat menyadarkan Tuan Habul,Baginda akhirnya bersedia.

Dengan menyamar jadi pengemis, Abunawas dan Baginda datang ke rumah Tuan Habul. Pucuk dicinta ulam tiba, Tuan Habul sedang ada di rumah.Abunawas pun segera uluk salam.

“Selamat pagi, Tuan. Kami ini pengemis. Apakah Tuan ada sedikit uang receh?”

“Tidak ada!” jawab Tuan Habul dengan angkuh.

“Kalau begitu, apakah Tuan punya pecahan roti kering sekadar untuk mengganjal perut kami yang sedang lapar?”

“Tidak ada!”

“Kalau begitu, kami minta air putih saja. Tidak banyak,masing-masing satu gelas saja.”

“Sudah kubilang sedari tadi aku tidak punya apa-apa!”
Tuan Habul mulai tidak bisa menahan emosinya.

Dan rupanya jawaban ini yang ditunggu-tunggu Abunawas. “Kalau Tuan tidak punya apa-apa,” cetus Abunawas, “mengapa Tuan tidak ikut kami saja jadi pengemis?”

Wajah Tuan Habul pucat pasi mendengar cetusan Abunawas. Rasa marah,tersinggung dan terhina bercampur aduk menjadi satu. Tapi, belum sempat kesadaran Tuan Habul pulih,Abunawas dan Baginda segera membuka kedoknya.

“Bagaimana, Habul,” kali ini giliran Baginda yang berbicara, “mau pilih jadi orang kaya atau menjadi orang yang tidak punya apa-apa?
Kalau pilih jadi orang yang tidak punya apa-apa, ya ikut saja Abunawas mengemis dari rumah ke rumah.

Tapi kalau pilih menjadi orang kaya, ya jangan lupa membayar zakatnya. Bukan begitu, Habul?”

Mendengar penuturan Baginda, Tuan Habul terdiam seribu bahasa. Dia merasa sangat malu.Sedang Abunawas hanya cengengesan menyaksikan kejadian itu.

“Enak saja Baginda menyuruhku jadi pengemis,” gumam Abunawas sambil mengumpat dalam hati.

Apa boleh buat, zakat kewajiban bagi yang mampu untuk menunaikannya

lembu pandai bicara

Pada suatu hari, Sultan Harun al-Rasyid memanggil Abu Nawas menghadap ke Istana. Kali ini Sultan ingin menguji kecerdikan Abu Nawas.

Sesampainya di hadapan,Sultan bertitah, “Hai, Abu Nawas, aku menginginkan enam ekor lembu berjenggot yang pandai bicara, bisakah engkau mendatangkan mereka dalam waktu seminggu?Kalau gagal, akan aku penggal lehermu.

“Baiklah, tuanku Syah Alam,hamba junjung tinggi titah tuanku.”

Semua punggawa istana yang hadir pada saat itu,berkata dalam hati, “Mampuslah kau Abu Nawas!”

Abu Nawas bermohon diri dan pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah, ia duduk berdiam diri merenungkan keinginan Sultan. Seharian ia tidak keluar rumah,sehingga membuat tetangga heran.
Ia baru keluar rumah persis setelah seminggu kemudian, yaitu batas waktu yang diberikan Sultan kepadanya. Ia segera menuju kerumunan orang banyak, lalu ujarnya, “Hai orang-orang muda, hari ini hari apa?”

Orang-orang yang menjawab benar akan dia lepaskan, tetapi orang-orang yang menjawab salah,akan ia tahan. Dan ternyata,tidak ada seorangpun yang menjawab dengan benar.

Tak ayal, Abu Nawas pun marah-marah kepada mereka, “Begitu saja kok anggak bisa menjawab. Kalau begitu, mari kita menghadap Sultan Harun Al-Rasyid, untuk mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya.”

Keesokan harinya, balairung istana Baghdad dipenuhi warga masyarakat yang ingin tahu kesanggupan Abu Nawas mambawa enam ekor Lembu berjenggot.

Sampai di depan Sultan Harun Al-Rasyid, ia pun menghaturkan hormat dan duduk dengan khidmat.

Lalu, Sultan berkata, “Hai Abu Nawas, mana lembu berjenggot yang pandai bicara itu?”

Tanpa banyak bicara, Abu Nawas pun menunjuk keenam orang yang dibawanya itu, “Inilah mereka, tuanku Syah Alam.”
“Hai, Abu Nawas, apa yang kau tunjukkan kepadaku itu?”

“Ya, tuanku Syah Alam,tanyalah pada mereka hari apa sekarang,” jawab Abu Nawas.

Ketika Sultan bertanya,ternyata orang-orang itu memberikan jawaban berbeda-beda. Maka berujarlah Abu Nawas, “Jika mereka manusia, tentunya tahu hari ini hari apa. Apalagi jika tuanku menanyakan hari yang lain,akan tambah pusinglah mereka. Manusia atau hewan kah mereka ini?
“Inilah lembu berjenggot yang pandai bicara itu,Tuanku.”

Sultan heran melihat Abu Nawas pandai melepaskan diri dari ancaman hukuman.Maka Sultan pun memberikan hadiah 5.000 dinar kepada Abu Nawas.

Istana awang-awang

Pada saat ini Baginda amat membutuhkan bantuan Abu Nawas. Beberapa hari terakhir ini Baginda merencanakan membangun istana di awang-awang.
Karena sebagian dari raja-raja negeri sahabat telah membangun bangunan-bangunan yang luar biasa.

Baginda tidak ingin menunggu Abu Nawas lebih lama lagi. Beliau mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk mencari Abu Nawas. Mereka tidak berhasil menemukan Abu Nawas kerena Abu Nawas ternyata sudah berada di rumah ketika mereka baru berangkat.

Abu Nawas menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Baginda amat riang, Saking gembiranya beliau mengajak Abu Nawas bergurau. Setelah saling tukar menukar cerita-cerita lucu, lalu Baginda mulai mengutarakan rencananya.

“Aku sangat ingin membangun istana di awang- awang agar aku Iebih terkenal di antara raja-raja yang lain.
Adakah kemungkinan keinginanku itu terwujud, wahai Abu Nawas?”

“Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan di dunia ini Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas berusaha mengikuti arah pembicaraan Baginda.

“Kalau menurut pendapatmu hal itu tidak mustahil diwujudkan maka aku serahkan sepenuhnya tugas ini kepadamu.” kata Baginda puas.

Abu Nawas terperanjat. la menyesal telah mengatakan kemungkinan mewujudkan istana di awang-awang.Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kata-kata yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali. Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu.

Rasanya tak ada yang lebih berat bagi Abu Nawas kecuali tugas yang diembannya sekarang.Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun sudah merupakan hal yang mustahil dikerjakan. Hanya Tuhan saja yang mampu melakukannya.
Begitu gumam Abu Nawas.

Hari-hari berlalu seperti biasa. Tak ada yang dikerjakan Abu Nawas kecuali memikirkan bagaimana membuat Baginda merasa yakin kalau yang dibangun itu benar-benar istana di langit.Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubung- hubungkan. Abu Nawas bahkan berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya.

Sampai ia ingat bahwa dulu ia pernah bermain layang-layang. Dan inilah yang membuat Abu Nawas girang. Abu Nawas tidak menyia-nyiakan waktu lagi.la bersama beberapa kawannya merancang layang-layang raksasa berbentuk persegi empat.
Setelah rampung baru Abu Nawas melukis pintu- pintu serta jendela-jendela dan ornamen- ornamen lainnya.

Ketika semuanya selesai Abu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan layang-layang raksasa itu dari suatu tempat yang dirahasiakan. Begitu layang-layang raksasa berbentuk istana itu mengapung di angkasa,penduduk negeri gempar.
Baginda Raja girang bukan kepalang. Benarkah Abu Nawas berhasil membangun istana di langit?

Dengan tidak sabar beliau didampingi beberapa orang pengawal bergegas menemui Abu Nawas. Abu Nawas berkata dengan bangga. “Paduka yang mulia,istana pesanan Paduka telah rampung.”

“Engkau benar-benar hebat wahai Abu Nawas.” kata Baginda memuji Abu Nawas.

“Terima kasih Baginda yang mulia.” kata Abu Nawas

“Lalu bagaimana caranya aku ke sana?” tanya Baginda.

“Dengan tambang, Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas.

“Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku dari dekat.” kata Baginda tidak sabar.

“Maafkan hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu. Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun.” kata Abu Nawas.

“Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi?” tanya Baginda.

“Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas dengan bangga.

“Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa terbang ke sana.” kata Baginda.

“Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi.” kata Abu Nawas menjelaskan.

“Engkau berani mengatakan aku gila sepertimu?” tanya Baginda sambil melotot.

“Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu.” jawab Abu Nawas tangkas.

“Apa maksudmu?” tanya Baginda lagi.

“Baginda tahu bahwa membangun istana di awang-awang adalah pekerjaan yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjakannya.
Sedangkan hamba juga tahu bahwa pekerjaan itu mustahil dikerjakan, Tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk akal itu.” kata Abu Nawas berusaha meyakinkan Baginda.

Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiring para pengawalnya.

Abu Nawas berdiri sendirian sambi memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang.

“Sebenarnya siapa diantara kita yang gila?” tanya Baginda mulai jengkel.

“Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras Tuanku.” jawab Abu Nawas tanpa ragu.

tiga pertanyaan sama dengan jawaban berbeda

Tak selamanya Abu Nawas bersikap konyol. Kadang-kadang timbul kedalaman hatinya yang merupakan bukti kesufian dirinya.
Bila sedang dalam kesempatan mengajar, ia akan memberikan jawaban-jawaban yang berbobot sekalipun ia tetap menyampaikannya dengan ringan.

Seorang murid Abu Nawas ada yang sering mengajukan macam-macam pertanyaan.Tak jarang ia juga mengomentari ucapan-ucapan Abu Nawas jika sedang memperbincangkan sesuatu.

Ini terjadi saat Abu Nawas menerima tiga orang tamu yang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Abu Nawas.

“Manakah yang lebih utama,orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” ujar orang yang pertama.

“Orang yang mengerjakan dosa kecil,” jawab Abu Nawas.

“Mengapa begitu,” kata orang pertama mengejar.

“Sebab dosa kecil lebih mudah diampuni oleh Allah,” ujar Abu Nawas.

Orang pertama itu pun manggut-manggut sangat puas dengan jawaban Abu Nawas.

Giliran orang kedua maju. Ia ternyata mengajukan pertanyaan yang sama, “Manakah yang lebih utama,orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.

“Yang utama adalah orang yang tidak mengerjakan keduanya,” ujar Abu Nawas.

“Mengapa demikian?” tanya orang kedua lagi.

“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu pengampunan Allah sudah tidak diperlukan lagi,” ujar Abu Nawas santai.

Orang kedua itu pun manggut-manggut menerima jawaban Abu Nawas dalam hatinya.

Orang ketiga pun maju,pertanyaannya pun juga seratus persen sama.
“Manakah yang lebih utama,orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.

“Orang yang mengerjakan dosa besar lebih utama,” ujar Abu Nawas.

“Mengapa bisa begitu?” tanya orang ketiga itu lagi.

“Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hambaNya,” ujar Abu Nawas kalem.

Orang ketiga itu pun merasa puas argumen tersebut. Ketiga orang itupun lalu beranjak pergi.

Si murid yang suka bertanya kontan berujar mendengar kejadian itu.
“Mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan tiga jawaban yang berbeda,” katanya tidak mengerti.

Abu Nawas tersenyum. “Manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati,” jawab Abu Nawas.

“Apakah tingkatan mata itu?” tanya si murid.

“Seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, ia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yang tampak dimatanya,” jawab Abu Nawas memberi perumpamaan.

“Lalu apakah tingkatan otak itu?” tanya si murid lagi.

“Orang pandai yang melihat bintang di langit, ia akan mengatakan bahwa bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan,” jawab Abu Nawas.

“Dan apakah tingkatan hati itu?” Tanya si murid lagi.

“Orang pandai dan paham yang melihat bintang di langit, ia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil,sekalipun ia tahu yang sebenarnya bintang itu besar, sebab baginya tak ada satupun di dunia ini yang lebih besar dari Allah SWT,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum.

Si murid pun mafhum. Ia lalu mengerti mengapa satu pertanyaan bisa mendatangkan jawaban yang berbeda-beda.
Tapi si murid itu bertanya lagi. “Wahai guruku,mungkinkah manusia itu menipu Tuhan?” tanyanya.

“Mungkin,” jawab Abu Nawas santai menerima pertanyaan aneh itu.

“Bagaimana caranya?” tanya si murid lagi.

“Manusia bisa menipu Tuhan dengan merayuNya melalui pujian dan doa,” ujar Abu Nawas.

“Kalau begitu, ajarilah aku doa itu, wahai guru,” ujar si murid antusias.

“Doa itu adalah, “Ilahi lastu lil firdausi ahla, Wala Aqwa alannaril Jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzambil adzimi.” (Wahai Tuhanku, aku tidak pantas menjadi penghuni surga, tapi aku tidak kuat menahan panasnya api neraka. Sebab itulah terimalah tobatku dan ampunilah segala dosa-dosaku, sesungguhnya Kau lah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar).
Banyak orang yang mengamalkan doa yang merayu Tuhan ini.

abu nawas dan telur unta

Suatu ketika Raja Harun Al Rasyid terkena penyakit aneh. Tubuh Raja Harun Al Rasyid terasa kaku dan pegal. Suhu badannya panas dan tak kuat untuk melangkah. penyakitnya itu membuat sang raja tidak mau makan sehingga sakitnya bertambah parah. Berbagai tabib sudah berdatangan mengobatinya tetapi tetap saja sakit.Obat pun banyak yang ia minum tapi tetap saja hasilnya.

Namun demikian, raja tidak mau menyerah. Ia ingin sembuh. Maka iapun memerintahkan pengawalnya untuk mengumumkan sebuah sayembara. Barang siapa bisa menyembuhkan penyakit sang Raja, maka akan diberikan hadiah.

Berita sayembara itu didengar oleh Abu Nawas. Ia tertarik dengan sayembara ini. maka tidak lama kemudian, iapun memutar otak sebentar dan pergi ke istana Raja Harun Al Rasyid.

Sang Raja terkejut ketika melihat Abu Nawas datang hendak mengobati dirinya.Hei Abu Nawas, setahuku kau bukan tabib, tapi mengapa kau ikut sayembara ini?. Heran sang raja.

He he he.. tuan raja,janganlah Anda melihat penampilanku, begini begini aku bisa mengobati orang sakit.

Benarkah? kaget sang raja.Berarti engkau bisa menyembuhkan sakitku juga?

Oh tentu Raja, jawab Abu Nawas, sebenarnya apa sakit Anda? Aku juga tidak tahu, tapi aku merasa seluruh tubuhku sakit dan badanku panas. Aku tampak lesu Abu Nawas.keluh sang raja Harun Al Rasyid.

ha ha ha ha ha.... Abu Nawas tertawa dengan jenaka. Hei Abu Nawas, apa yang lucu?tidak Tuan, kalau penyakit itu sih gampang sekali menemukan obatnya,terang Abu Nawas.

Sungguh, kaget sang raja,apa nama obat itu dan dimana saya bisa menemukan obat itu?

baiklah saya beritahu Anda,nama obat itu adalah telur unta. Anda bisa mendapatkannya di kota Baghdad ini.

Mendengar informasi itu sang raja merasa bersemangat ingin segera mendapatkan telur unta itu.

Hei Abu Nawas, awas jika kau bohong. Akan ku hukum kau? Carilah dulu telur unta itu, jangan asal hukum saja sanggah Abu Nawas.

Dikisahkan dalam cerita humor ini Keesokan harinya sang raja berangkat dengan pengawalnya. Ia memakai baju rakyat biasa karena tidak ingin diketahui bahwa ia seorang raja.
Raja Harun Al Rasyid mengunjungi pasar-pasar yang ada di daerah baghdad tapi tidak ditemukan telur unta itu. Raja Harun Al Rasyid tidak mau menyerah ia terus berjalan kerumah-rumah warga tapi tetap saja ia tidak menemukan telur unta.

Semangat Raja Harun Al Rasyid ini sungguh kuat sekali, ia tidak peduli seberapa jauh jarak yang ia tempuh untuk mencari telur unta. Hingga akhirnya ia sampai disebuah hutan.

Raja terus berjalan tanpa menghiraukan pengawalnya yang sudah kelelahan, sambil menggerutu ia tetap berfikir dimanakah telur unta itu berada. Awas kau Abu Nawas, kalau aku tidaktmenemukan telur itu akan ku hukum kau! gerutu sang raja.

Pengawal bersiaplah menghukum Abu Nawas besok! siap raja, kata pengawal yang sudah kelelahan,tapi lebih baik kita pulang saja sekarang.memang sepertinya kita tidak menemukan telur itu.

Raja Harun Al Rasyid pun mempertimbangkan saran pengawalnya, namun beberapa saat kemudian ia melihat seorang kakek yang sedang membawa ranting.Tunggu dulu pengawal, kita coba tanyakan kepada satu orang lagi,seru raja Harun Al Rasyid. Sang Raja menghampiri kakek yang membawa ranting itu.

Melihat kondisinya yang sudah tua ia amat kasihan,maka iapun menawarkan jasanya untuk membawakan kayu-kayu itu. setelah sampai dirumahnya, Sang kakek mengucapkan terima kasih kepada Raja Harun Al-Rasyid yang ia tidak menyangka bahwa ia adalah seorang raja.

Terima kasih tuan, semoga Allah membalas kebaikan tuan? Sama-sama kek,jawab Raja Harun Al Rasyid.
oh iya kek, saya mau bertanya, apakah kakek punya telur unta tanya raja Haru Al Rasyid pada si kakek.

Telur unta? sang kakek kemudian berfikir sejenak.Ha Ha Ha Ha Ha tawa sang kakek. Raja Harun Al Rasyid pun keheranan dan bertanya kepada sang kakek.

Apa saya salah tanya kek?tanya Raja harun Al Rasyid keheranan. bisa Anda jelaskan?

Tuan, di dunia ini mana ada telur unta. setiap hewan yang bertelinga itu melahirkan bukan bertelur.jadi mana ada telur unta.

mendengar penjelasan dari sang kakek membuat sang raja dan pengawalnya tersentak kaget. benar juga mana ada telur unta. unta kan binatang yang melahirkan bukan bertelur,gumam sang raja. Awas kau Abu Nawas!

Keesokan harinya sang raja dengan perasaan kesal menunggu kedatangan Abu Nawas yang telah mengerjainya. dia mondar-mandir kesana kemari sambil mulutnya komat-kamit. " awas kau Abu Nawas! awas kau Abu Nawas! "

Beberapa saat kemudian,Abu Nawas datang. Ia memberi senyum jenaka kepada Raja Harun Al Rasyid.Raja Harun Al rasyid langsung memarahinya. Hai kau Abu Nawas, beraninya mengerjai ku. aku tidak terima ini. sesuai dengan kesepakatan kita bahwa Aku akan menghukummu karena kau telah membohongiku. mana ada telur unta, unta itu hewan yang melahirkan bukan bertelur.

Anda benar Tuan Raja, sahut Abu Nawas membenarkan pernyataan raja Harun Al Rasyid telur unta itu sebenarnya tidak ada, unta hewan yang melahirkan bukan bertelur.Sambung Abu Nawas dengan Ceritanya.

Lantas, mengapa kau menyuruhku untuk mencari telur itu?sanggah sang raja pokokya sekarang kamu harus dihukum.

Tuggu dulu tuan raja,sebelum saya dihukum, saya ingin bertanya.

Tanya apa?

Bagaimana kondisi tubuh tuan raja hari ini?tanya Abu Nawas.

Kondisi badanku, sahut raja Harun Al Rasyid, aku merasa tubuhku tidak pegal dan sakit seperti kemarin-kemarin. suhu badanku pun turun, Sang raja pun terdiam sejenak. Abu Nawas, aku sudah sembuh,penyakitku hilang,penyakitku hilang Abu Nawas.

Raja amat gembira mendengar cerita Abu Nawas. Aku tahu,perjalananku yang amat jauh kemarin telah membuat tubuh-tubuhku yang tadinya jarang bergerak menjadi bergerak dan itu membuat aliran darahku yang semula beku menjadi lancar kembali, itu penyebabnya, terima kasih Abu Nawas. sahut raja Harun Al Rasyid.

Benar tuan, kata Abu Nawas, tubuh yang tidak dibiasakan bergerak akan membuat darah membeku dan akhirnya menjadi penyakit. maka dari itu raja,rajinlah bergerak.

Ya, memang akhir-akhir ini aku sering dikamar. jarang bergerak. kemudian aku juga banyak makan. mungkin ini yang menyebabkan aku sakit. kata sang Raja Harun Al Rasyid.
Abu Nawas maafkan aku telah memarahimu. Aku tidak akan menghukummu tapi aku akan memberikanmu hadiah karena telah memberiku saran yang luar biasa.

Terima kasih tuan raja.Jawab Abu Nawas singkat.

Banyak makna dan pembelajaran yang kita bisa dapat dari Cerita Jenaka Abu Nawas dan telur Unta tersebut, salah satunya adalah membiasakan diri untuk tidak santai dan bermalas-malasan karena dapat mendatangkan berbagai macam penyakit.

Semoga salah satu dari Koleksi Cerita Abu Nawas ini bermanfaat.

mana yg lebih dulu? Ayam atau telur...

Ketika ada pertanyaan mana yang lebih dahulu ada antara Telur dan Ayam pastilah kita sulit menjawabya. Namun, di Cerita Dongeng Abu Nawas masalah itu dapat terselesaikan dengan bijak dengan pengandaian logika,mau tahu seperti apa Cerita Dongeng Abu Nawas tersebut.
Berikut Cerita Dongeng Abu Nawas nya.

Melihat ayam betinanya bertelur, Baginda Harun al Rasyid tersenyum. Beliau memanggil pengawal agar mengumumkan kepada rakyat bahwa kerajaan mengadakan sayembara untuk umum. Sayembara itu berupa pertanyaan yang mudah tetapi memerlukan jawaban yang tepat dan masuk akal. Barangsiapa yang bisa menjawab pertanyaan itu akan mendapat imbalan yang amat menggiurkan. Satu pundi penuh uang emas.
Tetapi bila tidak bisa menjawab maka hukuman yang menjadi akibatnya.

Banyak rakyat yang ingin mengikuti sayembara itu terutama orang-orang miskin. Beberapa dari mereka sampai meneteskan air liur. Mengingat beratnya hukuman yang akan dijatuhkan maka tak mengherankan bila pesertanya hanya empat orang. Dan salah satu dari para peserta yang amat sedikit itu adalah Abu Nawas.

Aturan main sayembara itu ada dua. Pertama, jawaban harus masuk akal. Kedua,peserta harus mampu menjawab sanggahan dari Baginda sendiri.

Pada hari yang telah ditetapkan para peserta sudah siap di depan panggung. Baginda duduk di atas panggung. Beliau memanggil peserta pertama.

Peserta pertama maju dengan tubuh gemetar.Baginda bertanya, “Manakah yang lebih dahulu,telur atau ayam?”
“Telur.” jawab peserta pertama.
“Apa alasannya?” tanya Baginda.
“Bila ayam lebih dahulu itu tidak mungkin karena ayam berasal dari telur.” kata peserta pertama menjelaskan.
“Kalau begitu siapa yang mengerami telur itu?” sanggah Baginda.
Peserta pertama pucat pasi. Wajahnya mendadak berubah putih seperti kertas. la tidak bisa menjawab. Tanpa ampun ia dimasukkan ke dalam penjara

Kemudian peserta kedua maju. la berkata, “Paduka yang mulia, sebenarnya telur dan ayam tercipta dalam waktu yang bersamaan.”
“Bagaimana bisa bersamaan?” tanya Baginda.
“Bila ayam lebih dahulu itu tidak mungkin karena ayam berasal dari telur. Bila telur lebih dahulu itu juga tidak mungkin karena telur tidak bisa menetas tanpa dierami.” kata peserta kedua dengan mantap.
“Bukankah ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan?” sanggah Baginda memojokkan. Peserta kedua bjngung. la pun dijebloskan ke dalam penjara.

Lalu giliran peserta ketiga.la berkata; “Tuanku yang mulia, sebenarnya ayam tercipta lebih dahulu daripada telur.”
“Sebutkan alasanmu.” kata Baginda.
“Menurut hamba, yang pertama tercipta adalah ayam betina.” kata peserta ketiga meyakinkan.
“Lalu bagaimana ayam betina bisa beranak-pinak seperti sekarang.Sedangkan ayam jantan tidak ada.” kata Baginda memancing.
“Ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan. Telur dierami sendiri. Lalu menetas dan menurunkan anak ayam jantan. Kemudian menjadi ayam jantan dewasa dan mengawini induknya sendiri.” peserta ketiga berusaha menjelaskan.
“Bagaimana bila ayam betina mati sebelum ayam jantan yang sudah dewasa sempat mengawininya?”
Peserta ketiga pun tidak bisa menjawab sanggahan Baginda. la pun dimasukkan ke penjara.

Kini tiba giliran Abu Nawas.la berkata, “Yang pasti adalah telur dulu, baru ayam.”
“Coba terangkan secara logis.” kata Baginda ingin tahu
“Ayam bisa mengenal telur,sebaliknya telur tidak mengenal ayam.” kata Abu Nawas singkat. Agak lama Baginda Raja merenung. Kali ini Baginda tidak nyanggah alasan Abu Nawas.

Dasar Abu Nawas, memang manusia pintar dengan sejuta pemikiran.

Demikanlah Cerita Dongeng Abu Nawas. Semoga bisa menjadi inspirasi dan hiburan bagi teman-teman penggemar Cerita Dongeng Abu Nawas.

abu nawas di pabrik tukang jahit

Alkisah ketika masih muda, Abu Nawas pernah bekerja di sebuah perusahaan jasa jahit pakaian yang terkenal pada masa itu.

Majikan di tempat Abu nawas bekerja adalah orang yang pelit dan tak mau berbagi dengan sesama.

Pada suatu hari majikannya datang dengan membawa satu kendi madu. Karena sifat pelitnya dan khawatir madu itu diminum Abu Nawas, maka majikannya berbohong dengan berkata,Hai Abu Nawas, kendi ini berisi racun dan aku tidak mau kamu mati karena meminumnya
Sesaat kemudian karena ada keperluan lain, sang majikan pun pergi keluar.

Sepeninggal majikannya,Datanglah seorang pembeli yang ingin membeli pakaian.Transaksi jual-beli berlangsung dan akhirnya Abu Nawas mendapatkan uang dari hasil menjual pakaian.

Menjelang siang, karena Abu Nawas merasa lapar,pergilah ia membeli roti ke sebuah toko. Karena tidak memiliki uang, Abu Nawas menggunakan uang hasil menjual pakaian untuk membeli roti. Selain itu,sekembalinya ia di perusahaan jasa jahit ia menghabiskan madu milik majikannya.

Ketika majikannya datang usai keperluannya di luar,sang majikan tersadar bahwa pakaian yang dijualnya ternyata kurang satu sedangkan madu dalam kendi juga telah habis. Sedangkan uang hasil penjualan pakaian tidak ada.

Bertanyalah dia pada Abu Nawas. Abu, Apa sebenarnya yang telah terjadi? tanya majikan heran.

Dengan tenangnya seolah tak melakukan apa-apa Abu Nawas menjawab. Maaf tuan, tadi ada seorang pencuri yang mencuri pakaian tuan, lalu karena aku takut akan dimarahi tuan,jadi aku putuskan untuk bunuh diri saja menggunakan racun dalam kendi itu.

Dasar Abu Nawas memang cerdik dan pandai dalam mensiasati keadaan apapun.
Pembelajaran dalam cerita ini adalah agar kita tidak menjadi orang yang pelit dan kikir terhadap sesama,apalagi jika tetangga kita masih banyak yang membutuhkan bantuan kita.

Karena semua harta dan pehiasaan kita milik ALLAH SWT dan akan kembali kepadanya juga.

Tuesday, October 30, 2012

Keingin tahuan Baginda raja

Baginda Raja Harun Al Rasyid kelihatan murung.Semua menterinya tidak ada yang sanggup menemukan jawaban dari dua pertanyaan Baginda.
Bahkan para penasihat kerajaan pun merasa tidak mampu memberi penjelasan yang memuaskan Baginda.
Padahal Baginda sendiri ingin mengetahui jawaban yang sebenarnya.

Mungkin karena amat penasaran, para penasihat Baginda menyarankan agar Abu Nawas saja yang memecahkan dua teka-teki yang membingungkan itu.
Tidak begitu lama Abu Nawas dihadapkan.
Baginda mengatakan bahwa akhir akhir ini ia sulit tidur karena diganggu oleh keingintahuan menyingkap dua rahasia alam.

“Tuanku yang mulia,sebenarnya rahasia alam yang manakah yang Paduka maksudkan?” tanya Abu Nawas ingin tahu.

“Aku memanggilmu untuk menemukan jawaban dari dua teka-teki yang selama ini menggoda pikiranku.” kata Baginda.

“Bolehkah hamba mengetahui kedua teka-teki itu wahai Paduka junjungan hamba.”

“Yang pertama, di manakah sebenarnya batas jagat raya ciptaan Tuhan kita?” tanya Baginda.
“Di dalam pikiran, wahai Paduka yang mulia.” jawab Abu Nawas tanpa sedikit pun perasaan ragu,

“Tuanku yang mulia,” lanjut Abu Nawas ‘ketidakterbatasan itu ada karena adanya keterbatasan. Dan keterbatasan itu ditanamkan oleh Tuhan di dalam otak manusia. Dari itu manusia tidak akan pernah tahu di mana batas jagat raya ini. Sesuatu yang terbatas tentu tak akan mampu mengukur sesuatu yang tidak terbatas.”

Baginda mulai tersenyum karena merasa puas mendengar penjelasan Abu Nawas yang masuk akal.Kemudian Baginda melanjutkan teka-teki yang kedua.

“Wahai Abu Nawas, manakah yang lebih banyak jumlahnya : bintang-bintang di langit ataukah ikan-ikan di laut?”
“Ikan-ikan di laut.” jawab Abu Nawas dengan tangkas.
“Bagaimana kau bisa langsung memutuskan begitu. Apakah engkau pernah menghitung jumlah mereka?” tanya Baginda heran.

“Paduka yang mulia,bukankah kita semua tahu bahwa ikan-ikan itu setiap hari ditangkapi dalam jumlah besar, namun begitu jumlah mereka tetap banyak seolah-olah tidak pernah berkurang karena saking banyaknya. Sementara bintang-bintang itu tidak pernah rontok, jumlah mereka juga banyak.” jawab Abu Nawas meyakinkan.

Seketika itu rasa penasaran yang selama ini menghantui Baginda sirna tak berbekas. Baginda Raja Harun Al Rasyid memberi hadiah Abu Nawas dan istrinya uang yang cukup banyak.

Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak.Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata.

Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah Baginda mendekat,ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ, la bertanya kepada ulama itu. “Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?”

Ulama itu berpikir sejenak kemudian ia berkata, “Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular,diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya.la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilingi ular-ular.

Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?”
Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu.

Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu,termasuk benda-benda.Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya.
Saking ihdahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya.Baginda makin terkesan.

Beliau pulang kembali ke istana. Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil:

Setelah menghadap Baginda: “Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?”
“Sanggup Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu.

“Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu sarat yang akan hamba ajukan.”

“Sebutkan sarat itu.” kata Baginda Raja.

“Hamba mohon Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya.”

“Pintu apa?” tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat.” jawab Abu Nawas.

“Apa itu?” tanya Baginda ingin tahu.

“Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga,maka dunia harus kiamat teriebih dahulu.”

Mendengar penjelasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam. Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi,”Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?”

Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya

Sunday, October 7, 2012

dangukeun nyai...

Kanyaah akang moal laas ku panasna jaman, moal leeh ku serabna panon poe
najan aya mojang nu sok pirajeunan ngajak nganjang
cinta akang moal gedag ku panggoda wanoja

Nyai..., cinta akang nu sajati
satungtung anjeun satuhu nyumponan kawajiban ka caroge, akang moal rek lanca linci luncat mulang

Nyai..., pupunden hate akang
tong rempan sanajan urang paanggang, cinta akang lain ngan ukur kalangkang
clik putih clak herang tresna akang ngan ukur anjeun

Nyai..., citresna akang nu utama
kabagjaan nu ku urang ayeuna dirasa omat ulah nepi ka dirogahala, kupangbibita dunya nu moal pasti sampurna

Nyai..., bojo akang anu geulis
sing tarapti ngajaga diri sangkan urang tetep waluya dina lalakon laki rabi nu ku urang ayeuna keur disorang

Saturday, October 6, 2012

aku dan sebatang roko

Suara puji-pujian terdengar semilir di pagi dini hari yang dingin ini…

Aku pun masih berkutat dalam kesendirianku di sini.
Hening terasa… dan suara puji- pujian pun seolah menemani kegundahan dalam diri ku

Ini kah yg dinamakan kelelahan Batinku…
Atau kah ini hanya lah bunga rampai dari perjalanan kehidupan seorang anak manusia?

Tak kunjung aku mengerti langkah dan ketukan tarian ini.
Namun ku tetap memetik dawai dan berusaha mengisi kekosongan melodi yang ada.

Walau tak jarang nada-nada sumbang terdengar…
Batang terakhir rokok ku pun padam.
Begitu pun dengan hasrat tuk menuangkan karya hidup ku ini.

Menyisaan ruang kontemplasi yg luas, seluas fantasi liar ku tentang dunia yg absurd ini.

renungan dini hari

Seorang Dosen mengadakan suatu permainan kecil kepada mahasiswanya yang sudah berumah tangga.

"Mari Kita buat satu permainan, mohon satu orang bantu saya sebentar."

Kemudian salah satu mahasiswa berjalan menuju Papan Tulis.

DOSEN: Silahkan Tulis 10 nama yg paling dekat dengan anda pada papan Tulis. Dalam sekejap sudah dituliskan semuanya oleh mahasiswa tersebut.

Ada nama tetangganya, nama orang tuanya, kekasihnya,anaknya dan lain- lain.

Dosen: Sekarang silahkan Coret 2 nama yg menurut anda tidak penting.

Mahasiswa itu lalu mencoret nama tetangganya.

Dosen: Silahkan Coret 2 lagi !

Mahasiswa itu lalu mencoret nama teman2 kantornya.

Dosen: silahkan Coret 1 lagi !

Mahasiswa Itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan seterus sampai tersisa 3 nama yaitu orang tuanya,istrinya, dan anaknya.

Suasana kelas hening... Mereka mengira semua sudah selesai dan tidak ada lagi yg harus d pilih.

Tiba tiba Dosen Berkata
Dosen: Silahkan Coret 1 lag i!

Mahasiswa itu perlahan mengambil pilihan yg amat sulit lalu dia mencoret nama orang tuanya secara perlahan.

Dosen: Silahkan Coret 1 lagi!

Hatinya menjadi bingung.Kemudian mengangkat kapur dan lambat laun mencoret nama anaknya.

Dalam sekejap waktu mahasiswa itupun menangis.

Setelah suasana tenang sang Dosen bertanya kepada Mahasiswa itu. "Orang terkasihmu bukan orang tuamu dan anakmu? Orang tua yang membesarkan Anda,anak anda adalah darah daging anda , sedang istri itu bisa di cari lagi. Tapi mengapa anda berbalik memilih istri anda sebagai orang yang paling sulit untuk dipisahkan?

Semua orang didalam kelas terpana dan menunggu apa jawaban dari Mahasiswa tersebut.

Lalu mahasiswa itu perlahan berkata, "Sesuai waktu yang berlalu, orang tua akan pergi dan meninggalkan saya, sedang anak jika sudah dewasa setelah itu menikah pasti meninggalkan saya juga, yang benar2 bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah istri saya."

Friday, October 5, 2012

kanyaah kolot

Gubrag ka alam dunya, koceak dengekna jentre meupeuskeun jemplingna peuting.
Disanggap ku cireumbay kabungah nu jadi kolot.

Renghap-ranjugna indung nu ngalahirkeun, Kahariwangna Bapa anu teu aya watesna Kaubaran ku ngagoakna ceurik kuring.

Belenyehna seuri kuring matak gumbira anu jadi kolot,Rengkak polahna kuring jadi bahan gogonjakan anu jadi kolot.

Waktu kuring nandangan lara kolot kuring bingung anu teu aya hinggana, Teu kuat ngabendung kabingung indung kuring nyegruk ceurik.
Ningali kuring kasampak gering bapa kuring ngahelas bangun nalangsa, nalangsa pinuh ku kanyaah.

Basa kuring geus jadi nonoman, teu saeutik kuring boga masalah Kasaha deui mun teu ka kolot kuring, kuring ngadu Bapa kuring anu ngabeberes masalah kuring
Indung kuring anu ngupahan rasa kasedih kuring

Ayeuna kuring geus gede Ayeuna kolot kuring geus rarempo
Asa can pernah kuring mulang tarima Nu aya ngan ngaririweuh jeung mere kapusing anu jadi kolot
Boh indung kuring atawa bapa kuring
Dugi kaayeuna kanyaahna teu pegat-pegat

Kajeun jauh ditungtung lembur
Kajeun anggang ti pakarangan
Kanyaah indung bapa kuring tetep pageuh teu aya watesna

Duh…Ema, Bapa hampura kuring
kuring teu acan tiasa mulang tarima kanu jadi kolot

Wednesday, October 3, 2012

sariak layung

Sariak Layung di beulah kulon geus nembongan Tandana srangenge geus waktuna nyalindung ditukangeun gunung
Hawa sore beuki karasa
Angin peuting geus ngadagoan
Naha kuring bet inget ka wanci haneut moyan?

Di lebah buruan aya kembang kanyaah anu keur meujeugna ligar
Daunna hejo ngemploh matah betah mun ngiuhan
Waktu panon peo geus manceran Eta kembang teh bet jadi leugit teu puguh juntrunganana

Kuring ngan nyekel kembang kanyaah anu murag
Dibawa diteundeun dina kantong katresna
Ayeuna wanci geus sareupna Kuring moal bisa manggihan waktu beurang anu tadi

Sariak layung pang nepikeun ieu tresna
Panon poe pang nepungkeun deui beurang anu endah
Angin peuting wayahna pang nepikeun ieu asih

Ayeuna geus waktuna ngitung bekel
Ayeuna geus waktuna mapagkeun alam peuting
Ayeuna geus waktuna ngurus diri
Diri anu lakomot ku polah anu teu guna

7 sifat syetan yg patut ditiru

Setan dan manusia memang pada dasarnya 2 makhluk yang berbeda dan saling bermusuhan. Manusia pada umumnya pasti benci kepada setan karena sifat jahatnya.
Namun, di sifat-sifat jahat ini ternyata ada beberapa sifat setan yang patut di tiru.
Mari kita intip beberapa sifat setan yang bisa kita tiru.

1. Pantang menyerah
Setan tidak akan pernah menyerah selama keinginannya untuk menggoda manusia belum tercapai. Sedangkan manusia banyak yang mudah menyerah dan malah sering mengeluh dalam menggapai sesuatu ataupun dalam menghadapi ujian dari ALLAH SWT.

2. Kreatif
Setan akan mencari cara apapun dan bagaimanapun untuk menggoda manusia agar tujuannya tercapai, selalu kreatif dan penuh ide.Sedangkan manusia ingin enaknya saja, banyak yang malas. Kebanyakan dari manusia selalu ingin mendapatkan mendapatkan sesuatu dengan cara yang instan, padahal cara instan tersebut bisa merugikan orang lain. Yang Haram dianggap menjadi hal yang wajar(Halal)

3. Konsisten
Setan tetap konsisten pada pekerjaannya, tak pernah mengeluh dan berputus asa.Sedangkan manusia banyak yang mengeluhkan pekerjaannya, padahal banyak manusia lain yang masih nganggur dan membutuhkan pekerjaan.

4. Solider
Sesama setan tidak pernah saling menyakiti, bahkan selalu bekerjasama untuk menggoda manusia. Sedangkan manusia,jangankan peduli terhadap sesama, kebanyakan malah saling bermusuhan, membunuh dan menyakiti.

5. Jenius
Setan itu paling pintar otaknya dalam mencari cara agar manusia tergoda. Sedangkan manusia banyak yang tidak kreatif, bahkan banyak yang jadi peniru dan plagiat, tidak mau menciptakan ide-ide baru.

6. Tanpa Pamrih
Setan itu bekerja 24 Jam tanpa mengharapkan imbalan apapun. Sedangkan manusia,tidak dibayar tidak akan dilakukan. Materi seharusnya bukanlah hal yang terpenting dalam hidup ini! Harusnya kita saling membantu kepada sesama umat manusia.

7. Suka berteman dan kompak
Setan adalah mahluk yang selalu ingin berteman, berteman agar banyak temannya di neraka kelak.
Sedangkan manusia banyak yang lebih memilih mementingkan diri-sendiri dan egois. Manusia dalam mengerjakan sesuatu cenderung ingin menonjolkan kemampuannya sendiri dibanding bekerja sama dengan orang lain.

Sifat jahat setan memang hendaknya jangan ditiru! Tapi tidaklah dosa jika kita mencontoh sifat-sifat baiknya yang bisa berguna bagi kebaikan diri kita dan sesama

jemput aku sayang....

Percakapan antara dua orang kekasih lewat telepon,waktu menunjukan jam 19.15wib

Cewe : sayang , aku udah pulang,kamu jemput aku ya?
Cowo : kamu udah pulang? Ko ga ngabarin sih? Aku ada acara sama temen sejam lagi ya.
Cewe : iya gapapa sayang ,aku tungguin.
Cowo : lagian kamu pulang kok ndadak sih, ga ngasi tau lagi.
Cewe : maaf sayang kakak lagi di kantor,mama lg sakit,lagipula kan pengen nya yg pertama kali aku liat itu kamu,maaf kalo nyusahin kamu:(
Cowo : iya gpapa, tunggu 45menit lagi ya.
Cewe : hallo sayang, yah kok mati sih hapenya.
(Ngeliat hp nya terus bunyi,si cowo pun matiin hpnya)

Jam 22:00 setelah acara teman nya selesai si cowo pun langsung jemput cewenya. Tp ga ketemu . Dia mengaktifkan hpnya ada 5 sms yg diabaikan.
Si cowo menelfon cewenya dan hp nya sudah ga aktif lagi.

"Kalo soal ga dijemput kenapa pake matiin hp sih" ujar cowo itu

Si cowo pun menuju kerumah cewenya namun tak ada orang,dia pun ingin pulang namun terhenti ketika ambulance datang....

Kakak si cewe : kemana aja kamu bangsat!! Adik ku di rampok, dia nungguin kamu bukan nunggu kematiannya!
Berkali kali aku sms dia pulang , tp dia tetep bersikeras nungguin kamu!
Kalo gini jadinya siapa yg kehilangan dia,bukan km!! Tp kita semua!

Si cowo pun hanya diam mematung tanpa suara , dia buka sms dari si cewe
20:25 sayang kok hp nya dimatiin?
20:30 sayang udah belum acaranya?
20:40 sayang ada yg merhatiin aku.
20:45 aku takut,kamu dimana syg?
20:50 ya uda aku pulang sndiri,sbenernya aku pulang cuma mau ngucapin happy anniversary buat hubungan kita,makanya gak mau dijemput siapapun.
Makasih sayang buat waktu 2 tahun nya. I Love You.
Maafin aku sayang.

Ini cerita yg harus kita lihat dan kita renungkan.
Jaga apa yang kamu miliki sekarang . Sebelum akhirnya kamu nyesel krn dia udah nggak ada
sumber: hasil share temen di group sebelah

Tuesday, October 2, 2012

PSK vs ABG RUSAK

Maaf sebelumnya jika sahabat semua merasa tidak enak dengan postingan saya ini
Saya cuma mengambil bnyak kebiasaan anak zaman sekarang yang jauh dari norma norma agama..

Di harap kan jika sahabat mau coment di postingan ini,Tolong baca dulu semua.
Karna dari coment sahabat sekalian akan terlihat mana yang bodoh atau pintar..

ASSALAMUALAIKUM WR.WB..
pertama tama saya minta maaf sama semua cewe atau pun cowo yang baca postingan saya ini, saya tak ada maksud ngejugde ke semua cewe..tapi alangkah baiknya jika kita pun tetap berkaca diri lagi kepada diri sendiri..

kembali ke topik yah..
Sahabat pernah melihat Pelacur atau lebih akrab di sebut PSK mangkal di pinggir jalan.??
jika sahabat pernah ngeliat pasti tau penampilan mereka dan bagaimana pekerjaan mereka..
penampilan mereka seksi,lengkap di balut dengan make up mereka yang tebal dan menor...semua itu tidak lain bertujuan untuk mencari pelanggan yang mau memakai jasa mereka..
Pekerjaan mereka memang hina..
mereka menjual tubuh mereka untuk kesenangan para lelaki hidung pesek...

Dan sekarang bandingkan dengan wanita ABG zaman sekarang..
Sahabat semua pastilah sudah tau bagaimana bentuk abg zaman sekarang...
memakai celana hotpants dengan maksud fashion padahal itu semua tidak lebih mirip seorang pelacur yang tidak mau di sebut seorang pelacur...
bermake up, walaupun tak setebal make up para PSK,namun tetap bermaksud mencari perhatian Para lelaki gagah, bermobil, atau ganteng seperti saya (hehe...)

coba, apa yang membedakan mereka.??
kekayaan.??
derajat.?
atau nasib.?
anak abg sekarang harus nya bersyukur karna mereka masih mampu membeli segala nya walaupun dengan uang orang tuanya..

tapi banding kan dengan mereka kaum PSK..
mereka seperti itu bukan kemauan mereka..
bukan karna menuruti hawa nafsu mereka saja.
tapi mereka butuh uang, untuk apa.?
untuk makan, untuk bisa membeli perlengkapan kecantikan seperti layak nya wanita pada umumnya.

mereka pun ingin merasakan glamour nya hidup, walaupun jujur saya tekankan bahwa pekerjaan mereka itu HARAM,.!!

tapi semua itu terpaksa..
kerja itu susah, namun memang iman mereka pula yang kurang di asah. jadilah mereka seperti itu..

coba sahabat pikir...
ABG sekrang pengen masuk nya SMA atau perguruan tinggi negri.
di lengkapi fasilitas dari ortu nya berupa, mobil, BB (tak akan ketinggalan), sepeda fixi di kala hari minggu datang mereka bersepedah Ria..

tapi bandingkan dengan mereka..
kebnyakan dari mereka putus sekolah, mereka terkadang tertipu oleh germo yang berkedok penyalur orang bekerja..
dan akhirnya mereka masuk dalam dunia malam.. tak ada acara bersepeda Ria ketika hari minggu datang, mereka lebih memilih tidur, karna mereka harus bekerja full ketika malam tiba. mereka terkadang pun malu, akan pekerjaan mereka yang hina,namun semua itu terkadang jadi paksaan yang membuat mereka itu seperti ini.

apa pernah sahabat mendengar seorang pelacur yang mengatakan pekerjaan nya itu adalah benar.?

mereka pun tak mau seperti ini, hidup hanya jadi cemoohan orang, hidup hanya bermodalkan badan, hidup penuh dosa, dan tetap di kucilkan tapi tetap juga di butuhkan.
hidup dalam bayang bayang penyakit kelamin

Dilansir dari sebuah surat kabar, ini adalah percakapan seorang pelacur dengan seorang laki-laki
A : mba disini udah lama.?
M : emmh, lumayan lah udah 3 tahun.
A : weyy dah lama juga yah.?
M : iyah mas, soalnya susah nyari kerja, apalagi lulusan SD kaya saya.
A : apa sih yang gak mungkin mba, walaupun lulusan SD juga insya allah pasti ada kerjaan yang lebih baik.
M : iyah sih, saya pernah dulu jadi Pembantu, tapi saya malah sering di siksa. terus gajih kecil, sedangkan anak di rumah butuh makan.
A : anak.? mba punya anak.?lah kemana suami mba.? apa maaf nih sebelumnya. suami mba gak ngelarang mba kayak gini gitu.?
M : suami saya pergi ninggalin saya 4 tahun yang lalu. dia kawin lagi ma cewe laen.
A : sekarang mba hidup cuma berdua ma anak mba?
M : iyah mas. saya titipin dia ke pesantern, saya berharap dia kalo udah besar gak jadi kayak saya (sambil udah mulai ngucur air mata)
A : apa mba pernah berfikir,pekerjaan ini haram.?
M : bukan pernah lagi, tapi saya selalu kepikiran mas, tapi jujur bagaimana lagi saya dapet uang, saya gak mau minta minta ma tetangga atau sodara.
A : kasian anak mba, dia makan uang haram.
M : saya selalu ngedoa, biar saya lah yang nanggung dosa itu semua. yang penting anak saya bisa makan enak.
A : emmh. moga aja cepet dapet hidayah mba, terus mba dapet pekerjaan yang layak.
M : amiin mas. makasih udah mau ngbrol ma saya.
A : laah kenapa emang. kan gak salah.?
M : kebnyakan orang orang ngucilin saya. paling paling yang mau ngbrol ma saya tuh OM om atau cowo yang mau jadi langganan saya.
A : semua orang derajat nya sama mba. yang ngebedain cuma amal perbuatan mereka...

dari obrolan di atas saya terpikir. kenapa kebanyakan cewe ABg sekarang itu moral nya lebih HINA di banding PELACUR.??

bandingkan cewe ABG zaman sekarng bnyak yang udah jebol sebelum nikah.
mereka membuang buang keperawanan nya hanya demi Si pujaan hati yang dengan gampang merayu..
mereka tak pernah menyesali perbuatan mereka, bahkan mereka melakukan nya secara GRATIS.!! tanpa bayaran sepeser pun..

tapi bandingkan dengan Para PELACUR dijalan, mereka walaupun Rela di tiduri lelaki.tapi mereka melakukan semua itu hanya untuk mencari sesuap nasi..

WASSALLAM WR.WB

Pesan :jangan lah memandang Rendah kaum PSK, dan jaga lah anak kita atau pun sodara kita untuk tidak sampai melakukan yang belum sepantas nya bagi mereka..
dan bukannya saya memebela kaum PSK, tapi ada baiknya kita berkaca diri sebagai manusia terhadap yang di pandang orang orang itu HINA (PSK)..
dan juga tetep saya gak setuju jika seorang cewe bekerja sebagai PSK.!!