Monday, March 5, 2012

cahaya hati dalam penderitaan

Sebuah batu intan akan bercahaya
indah apabila sudah dibakar,diasah,digosok, serta ditempa.

Apabila sebuah intan tak mau
mengalami proses itu maka ia takkan menjadi bercahaya, tak ada orang yang akan mengagumi
keindahannya.

Begitu juga seorang manusia yang ingin berjalan menuju suatu pintu
kesadaran dan kedamaian, ia akan
ditempa oleh proses yang bernama penderitaan, kesakitan, kehilangan.

Baru setelah ia mengalami semua proses penempaan yang berwujud
penderitaan, ketika ia ikhlas
menerima semua itu, ia pasrah
mengalir bersama derita, ia bahagia dalam derita, maka hatinya akan bercahaya, ia mulai masuk pada jalan jalan pencerahan diri, jalan menuju kesadaran nurani.

Banyak contoh manusia manusia suci yang lahir menjadi bercahaya ketika bisa menikmati penderitaan. Jalarudin Rumi bercahaya setelah ia kehilangan
muridnya Syam dari Tabrit, Pema
Codron lahir dalam pencerahan ketika ia dikhianati suaminya serta
diceraikan tanpa kesalahan dan penjelasan, Mahatma Gandhi lahir dari pencerahan tekanan penjajahan.

Naik turun irama kehidupan,bahagia,derita, senang susah, sukses gagal adalah sebuah proses yang datang kepada kita dengan pesan yang berbeda.

Dalam kesuksesan,kemenangan,
kekayaan memang patut kita syukuri.

Namun pesan yang dibawakan oleh penderitaan, kehilangan, kesedihan, juga sedang mengajar kita akan perlunya wajah ikhlas serta pasrah total pada pengaturan pada Sang Pemberi Kehidupan.

Jadi, jadikanlah semua proses hidup, baik itu kemudahan maupun penderitaan untuk mengembalikan terang cahaya hati nurani kita.

“Ibarat bola lampu yang terang memancarkan cahaya setelah memadukan kutub positif dan negatif. Begitu juga manusia harus memadukan bahagia dan derita menjadi cahaya nuraninya dalam kesadaran”

No comments:

Post a Comment