Seorang tukang roti di sebuah desa kecil membeli satu kilogram mentega dari seorang petani. Ia curiga bahwa mentega yang dibelinya tidak benar-benar seberat satu kilogram. Beberapa kali ia menimbang mentega itu, dan benar, berat mentega itu tidak penuh satu kilogram. Yakinlah ia, bahwa petani itu telah melakukan kecurangan. Ia melaporkan pada hakim, dan petani itu dimajukan ke sidang pengadilan.
Pada saat sidang, hakim berkata pada petani, "Tentu kau mempunyai timbangan?"
"Tidak, tuan hakim," jawab petani.
"Lalu, bagaimana kau bisa menimbang mentega yang kau jual itu?" tanya hakim.
Petani itu menjawab, "Ah, itu mudah sekali dijelaskan, tuan hakim. Untuk menimbang mentega seberat satu kilogram itu, sebagai penyeimbang, aku gunakan saja roti seberat satu kilogram yang aku beli dari tukang roti itu."
Cukup banyak contoh, kekesalan kita pada orang lain berasal dari sikap kita sendiri pada orang lain. Kita selalu melakukan kesalahan kecil terhadap orang lain, kita tidak pernah berfikir bahwa pada suatu saat nanti pasti kita juga akan merasakan apa yang kita lakukan terhadap orang lain.
Bersikap jujur dan bijaksana merupakan suatu tindakan positif yang patut kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita bisa menerapkan sifat ini, maka hidup kita akan damai, lakukanlah hal mudah ini dari sekarang
Wednesday, August 27, 2014
Wednesday, January 29, 2014
Ketulusan hati
Cinta terlahir dari ketulusan hati,
Tulus saling menerima,
Terbuka apa adanya,
Tanpa topeng-topeng belaka.
Ketulusan hati...
Dapatkah ditemukan kembali, di tengah-tengah kedengkian hati manusia.
Masihkah ada?
Manusia melihat yang ada di depan mata,
Namun Tuhan melihat ke hati.
Manusia dapat bermuka dua, Namun Tuhan dapat menyelidiki sampai ke dalaman hati.
Terlihat tulus...
Namun ternyata busuk.
Terlihat indah di depan...
Namun di dalamnya seperti bangkai.
Hanya insan-insan yang terpilihlah Yang menyimpan dan menabur harta berharga.
Yaitu ketulusan hati seperti merpati Menebar benih kedamaian dan cinta kasih.
Apakah kita adalah insan terpilih itu?
Tulus saling menerima,
Terbuka apa adanya,
Tanpa topeng-topeng belaka.
Ketulusan hati...
Dapatkah ditemukan kembali, di tengah-tengah kedengkian hati manusia.
Masihkah ada?
Manusia melihat yang ada di depan mata,
Namun Tuhan melihat ke hati.
Manusia dapat bermuka dua, Namun Tuhan dapat menyelidiki sampai ke dalaman hati.
Terlihat tulus...
Namun ternyata busuk.
Terlihat indah di depan...
Namun di dalamnya seperti bangkai.
Hanya insan-insan yang terpilihlah Yang menyimpan dan menabur harta berharga.
Yaitu ketulusan hati seperti merpati Menebar benih kedamaian dan cinta kasih.
Apakah kita adalah insan terpilih itu?
Ketulusan Hati
Cinta terlahir dari ketulusan hati,
Tulus saling menerima,
Terbuka apa adanya,
Tanpa topeng-topeng belaka.
Ketulusan hati...
Dapatkah ditemukan kembali, di tengah-tengah kedengkian hati manusia.
Masihkah ada?
Manusia melihat yang ada di depan mata,
Namun Tuhan melihat ke hati.
Manusia dapat bermuka dua, Namun Tuhan dapat menyelidiki sampai ke dalaman hati.
Terlihat tulus...
Namun ternyata busuk.
Terlihat indah di depan...
Namun di dalamnya seperti bangkai.
Hanya insan-insan yang terpilihlah Yang menyimpan dan menabur harta berharga.
Yaitu ketulusan hati seperti merpati Menebar benih kedamaian dan cinta kasih.
Apakah kita adalah insan terpilih itu?
Tulus saling menerima,
Terbuka apa adanya,
Tanpa topeng-topeng belaka.
Ketulusan hati...
Dapatkah ditemukan kembali, di tengah-tengah kedengkian hati manusia.
Masihkah ada?
Manusia melihat yang ada di depan mata,
Namun Tuhan melihat ke hati.
Manusia dapat bermuka dua, Namun Tuhan dapat menyelidiki sampai ke dalaman hati.
Terlihat tulus...
Namun ternyata busuk.
Terlihat indah di depan...
Namun di dalamnya seperti bangkai.
Hanya insan-insan yang terpilihlah Yang menyimpan dan menabur harta berharga.
Yaitu ketulusan hati seperti merpati Menebar benih kedamaian dan cinta kasih.
Apakah kita adalah insan terpilih itu?
Subscribe to:
Posts (Atom)